Pagi ini Vianka bangun lebih awal dari biasanya, kali ini dia tidak mau kesiangan seperti minggu kemarin. Dia sudah siap, seragam kebesaran miliknya sudah dia pakai tak lupa dengan kaca mata bulat sudah bertengger di hidungnya. Kini dia tengah bercermin sambil mengepang rambutnya menjadi dua bagian, untuk polesan terakhir dia memoleskan lipbalm di bibirnya.
Rutinitas kegiatan sebelum berangkat sekolah Vianka akhiri dengan acara makan. Makan pagi ditemani dengan keluarga tercinta.
“Bagaimana kemarin acara pindahannya sayang?” Tanya Dina.
Vianka terkekeh diikuti Sam, “Bukan kemarin mah, itu udah empat hari yang lalu tau.” Kekeh Vianka.
“Eh iya? Mama kan lupa.” Sahut Dina.
Dina baru sempat bertanya kepada Vianka setelah acaranya kemarin beberapa hari yang lalu pergi ke Jakarta karena ada pekerjaan, sepulangnya Dina dan Deni kemarin Vianka sudah tidur lelap jadi kemarin tak sempat ada cakap.
“Beres kok ma, tinggal nanti Vianka yang pindahan ma.” Ucap Vianka.
“Memangnya kamu jadi pindah sayang?” Tanya Deni.
“Jadi Pa.” Sahut Vianka.
“Sering – sering main ke rumah mama loh sayang.” Rengek Dina pada Vianka.
“Iyalah, mana mungkin si Vianka betah disana tanpa mama palingan juga besoknya lagi pengen pindah.” Ledek Sam.
Vianka cemberut, “Udah deng jangan usil, masih pagi.”
“Berarti siang – malam bebas usilin adek dong.” Goda Sam.
“Papaaaaa.” Rengek Vianka, berniat mengadu pada Deni.
Sam merenggut kesal, “Lo mah bisanya ngadu ah.”
“Sam!” Dehem Deni.
“Hehe iya pa, Sam makan nih.” Ucap Sam cengengesan.
Setelah hampir 1,5 jam Vianka berada di rumah, tibalah dia berada di sekolah. Sepanjang perjalanan menuju kelas, Vianka melihat siswa-siswi yang sudah tiba di sekolah. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang sedang bercengkerama diluar, melakukan piket, menyiram tanaman, dan berjalan menuju kelas seperti Vianka. Tak sedikit juga yang memperhatikan dirinya, pandangan mereka seperti merendahkan Vianka, bahkan ada yang terang – terangan mengejek dirinya.
“Eh ada babu gue, morning babu!” Sapa siswi bername tag Fiona pada Vianka.
Vianka mengabaikan sapaan yang ditujukan padanya, dia melanjutkan jalannya sambil menunduk mengotak – atik ponselnya. Namun dengan cepat Fiona menghadang jalannya.
“Mau kemana lo? Udah berani lawan gue lo?” Cegah Fiona.
Vianka masih sibuk dengan instagramnya, dia sibuk membalas satu persatu komenannya, dia tersenyum melihat postingannya tadi di mobil. Foto yang diambil Axel ketika membersihkan gudang, banyak komenan positif yang dia terima.
Vianka semakin puas saat melihat komentar orang - orang di depannya, Fiona mengomentari postingan Vianka yang isinya menyanjung kecantikan Vianka. Bahkan teman – teman Fiona pun ikut memujinya.
(PICTURES)
VncaPril, I shoud do as i like
1.899.329 Suka
Lihat semua komentar
Fionalydr, Ya ampun, calon adek ipar gue cantik banget sih.
Slssapcr, Lo bener Fi, Cantik banget.
Tkrssn, (2)
Krstal, (3)
AxlrDno, Mine :*
Rioiyoooooo, Oh yang ini @AxlrDno
Dlvvvvv, (2)
RyhnZcky, Bisa secantik ini juga ya pacar gue @AxlrDno
SmlPoursly, Bagus Dek @VncaPril Samperin dulu abangnya kalo berani@AxlrDno Gue tampol lo ya @RyhnZcky
@VncaPril, Kakak bisa aja deh, btw makasih ya @Fionalydr Mksh@Slssapcr @Tkrssn @Krstal Apaan sih kalian @AxlrDno @RyhnZcky Iya yang ini kak, haha @ Rioiyoooooo @ Dlvvvvv Cie abang @SmlPorsly
“Heh Babu! Lo gak budeg kan?” Tanya Fiona sarkas.
‘DRRTT’
Ponsel milik Fiona bergetar, membuat Vianka tersenyum sinis.
“Ya amun guys, kalian harus liat ini. Vianka ngomen komentar gue dong, anjir seneng banget gue.” Ujar Fiona berteriak girang.
‘Cih’ Vianka mendecih sembari melenggang pergi meninggalkan Fiona CS.
“Eh tapi kok si Zacky sama Axel ikutan ngomen sih?” Tanya salah satu siswa.
“Terus mereka kan temenan setahu gue, jangan bilang mereka ngerbutin si Vianka itu.”
“EH Fiona, katanya adik Sam lagi di luar negeri ya?”
“Udah pulang kemarin kata Sam.” Ujar Fiona, “Eh temenin gue shopping ya nanti, gue mau beli hadiah buat adeknya Sam.” Lanjut Fiona seraya tersenyum senang.
“Eh Fiona, Babu lo kabur.”
“Biarin ah gue lagi baik nih, kalian semua nanti istirahat gue traktir ok.” Teriak Fiona.
-
Tiba di kelas Vianka menduduki bangku yang kini menjadi tempat duduknya dan Zacky. Bangku semula yang berada didepan kini berganti penghuni, karena kemarin wali kelas Vianka mengacak tempat duduk. Tapi tidak ada yang mau duduk dengan Vianka lagi selain Zacky. Vianka kebagian tempat duduk di dekat jendela, barisan kedua dari pojok belakang sebelah kiri, sungguh tempat yang indah untuk bersantai ria.
“Cie yang dibilang cantik sama calon kakak ipar.” Ledek Zacky.
“Lo kekencengan bego, ngapain sih muncul di komentar gue, mereka curiga kenapa lo sama Axel muncul barengan.”
“Suka – suka gue lah, kenapa? Risih?.” Sewot Zacky tak suka.
“Bodo ah terserah lo aja.” Sahut Vianka tak kalah sewotnya dari Vianka.
“ZACKYYYYY!” Teriak seseorang.
“Shit.” Umpat Zacky.
Vianka menyenggol lengan Zacky, “Makan tuh nenek lampir.” Ledek Vianka.
“Zacky ih kemana aja, Salsa cari ke kantin sama ke rooftop ternyata ada di kelas. Hehe.” Ucap Salsa yang masih satu komplotan dengan Fiona.
“Gue mau belajar, sana lo.” Sinis Zacky.
“Iya udah aku balik kelas lagi ya, kamu jangan deket – deket sama si Babu itu ya nanti ketularan miskin sama jelek.” Ledek Salsa.
“Terus kalo gue jelek sama miskin lo gak mau sama gue kan?” Tanya Zacky yang langsung membuat Salsa mengangguk.
“Ya udah kalo gitu gue mau deketan aja sama si Babu.” Ucap Zacky seraya mendekatkan kusri yang dia duduki ke samping Vianka.
Salsa cemberut, “Ih Zacky jauhan sana, jangan deketan sama si Babu.” Kesal salsa seraya menarik kursi Zacky.
“Udah sana lo pergi.” Sentak Zacky.
“Iya – iya Salsa pergi nih.” Pamit Salsa, “Eh tapi Salsa mau tanya, kenapa tadi kamu ikutan ngomen di status Vianka sih?”
“Suka – suka gue lah, kenapa? Risih?.” Sewot zacky.
`PPFFT`
Perkataan Zacky membuat Vianka keceplosan tertawa, dia mengingat itulah yang tadi Zacky ucapkan padanya.
“Ma – maaf.” Cicit Vianka saat mendapati dirinya tengah ditatap oleh Salsa.
“Udah minggir.” Usir Zacky seraya mendorong Salsa.
Setelah kepergian Salsa dari kelasnya, datanglah guru yang akan mengajar di kelas sembilan A itu.
- -
“Woy Tono! Lo kagak denger perintah si Axel tadi hah?” Teriak Rio pada lelaki cupu.
“I – iya gu –gue denger.” Gagap Tono.
“Cepetan salin PR lo di buku gue, kalo enggak lo gak bakalan bisa pulang hari ini.” Sinis Axel.
Saat Axel hendak duduk di bangku miliknya, ada sebuah suara mengintrupsi dirinya. “Xel, si Delva di pukulin anak SMA sebrang.” Teriak seseorang.
“b*****t!” Umpat Axel beranjak dari bankunya.
“Liona, nanti buku PR punya gue sama Rio ikut kumpulin juga ke pa Doni oke.” Titah Axel pada saudara perempuannya.
“Iya Xel.” Sahut Liona.
Axel pergi keluar kelas, berniat menyusul Delva di kantin belakang sekolah.
“WOY BANG SAT!” Teriak Axel saat sudah sampai di belakang sekolah.
“Minggir Xel!” Umpat Sam yang ternyata ada di sana.
“Bang Sam ngapain di sini?” Tanya Axel heran.
“Temen lo si Delva kagak bener Xel, dia berani main cewek di belakang adiknya si Satria.” Jelas Sam.
“Maksud lo?”
“Si Satria liat Delva lagi makan sama pegawai cewek Cafe Flawless.” Tutur Sam.
Samuel teringat sesuatu, “Jangan bilang.....” Tutur Sam.
Sam menghampiri Satria yang tengah memukul si Delva, “Sat sini bentar.” Titah Sam sembari menarik baju Satria.
“Ga usah ikut campur Sam!” Bentak Satria.
“BANG !!” Sentak Axel seraya mendorong tubuh Satria.
“Apaan Xel?” Sentak Satria.
“Bang Sam mau ngobrol bentar, dengerin!” Sahut Axel sangat dingin.
Satria menuruti ucapan Axel, sesungguhnya banyak yang takut ketika melihat Axel marah. Dan tadi pun sudah menunjukkan tanda – tanda kemarahan Axel.
“Ini pegawai cewek yang lo maksud Sat?” Tanya Sam memperlihatkan sebuah Foto di layar ponselnya.
Satria mengangguk seraya menahan emosinya, “lo tau sama ni cewe? Kasih tau gue dimana dia tinggal!”
“Lo mau tau?” Tanya Samuel memastikan, “Datang ke rumah gue malam ini.” Lanjut Sam seraya pergi meninggalkan tempat kejadian.
‘DEG`
“VIANKA!” Batin Axel.