Samuel tengah menatap Satria dengan pandangan penuh kemarahan, sejak awal kedatangan Satria dan Delva kekesalan Samuel meningkat. Tatapan tajamnya seolah mampu membunuh kedua lelaki di hadapannya, Samuel tak terima kalau adik kesayangannya ada yang menyakitinya bahkan seujung kuku sekalipun.
Bukannya Samuel tak berani menghadapi Satria, dia sudah tahu betul kelakuan temannya yang satu itu. Sekalinya membenci seterusnya tidak akan bisa berubah, apa yang Satria benci tak boleh terlihat lagi olehnya. Satu kejadian dimana mantan pacar adiknya selingkuh dan Satria mengetahuinya, besoknya pacar selingkuhan adiknya masuk rumah sakit.
Samuel adalah ketua dari sekelompok geng di Bandung, mereka terkenal kejam bukan karena jago membunuh lawan, cara mereka mematikan lawan bukan dengan membunuhnya tapi mereka merusak pikiran musuhnya, membuat musuhnya mengalami trauma berat sehingga tak banyak targetnya mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri.
“So, ngapain lo nyuruh gue kesini bawa Priclla segala.” Tanya Satria.
“Lo lagi nyari Vianka kan? Cewek yang lo liat di Cafe bareng Delva.” Balas Samuel.
“Iya lah, gue masih nyari info tentang itu cewek.”
“Gue tau.” Ucap Samuel dengan muka tenangnya.
“Lo tau Sam? Kasih tau gue dia tinggal dimana bro?”
“Kalo gue kasih tau, lo harus ikutin satu perintah gue.” Nego Sam.
“Cih, emang lo siapa gue?” Sinis Satria meludah di samping Samuel.
Samuel memandang Satria jijik, “Lo lupa, gue adalah ketua yang memimpin semua geng kota ini. Lo gak boleh lupa, kalo lo masih berada jauh di bawah gue.” Tutur Samuel seraya menaikkan alisnya sebelah.
Satria terpancing emosinya, “Anj*ng lo emang!”
“Bang udah lah, gak usah cari gara – gara.” Cela Delva hendak meraih tangan Satria agar menjauh dari Samuel.
“Diem b*****t!” Sentak Satria pada Delva, seraya menyentakkan tangannya yang di cekal Delva.
“Abangh.” Lirih Priclla ketakutan saat melihat abangnya begitu kasar.
Satria mengabaikan ucapan adiknya, dia semakin maju ke depan lalu meraih kerah baju Samuel dan mencengkramnya, “jelasin sama gue, siapa cewek itu?”
“Cih, ini yang paling gue gak suka dari lo Sat sama kalian semua, lo terlalu lemah buat ngatur emosi.” Tenang Samuel seraya menatap mata Satria penuh kesinisan, serta memandang anak buahnya yang baru saja datang dari arah pintu. Melihat tatapan sinis ketuanya, mereka kembali masuk ke rumah dan menunggu di ruang tamu.
Satria terdiam, jauh di dalam hatinya dia sangat membenarkan ucapan Samuel.
“Oke kasih tau gue sekarang, gue turutin perintah lo.”
“Gue mau, lo. jauhin. adek. gue. Jangan ganggu dia.” Tekan Samuel tepat di depan muka Satria.
“Ck, ngapain gue ganggu adek lo kenal aja kagak.” Sahut Satria seraya melepas cengkramannya pada baju Sam.
‘UHUKK’ Batuk Delva tiba – tiba, hal itu membuat Samuel tersenyum tipis.
“Oke, gue pegang kata – kata seorang Satria.” Tegas Samuel memandang remeh Satria, “Gue panggil adek gue sekarang.” Lanjut Samuel.
“VIANKA!” Panggil Samuel dari belakang halaman.
“DEK, TURUN LO!” Teriak Samuel saat melihat Vianka di balkon atas tengah menatap ke arahnya seraya ketakutan.
Penerangan ke balkon Vianka sangat minim, membuat Satria dan Priclla tak bisa melihat jelas siapa perempuan itu.
“AXELIOR DINO GENDONG ADEK GUE TURUN!” Titah Samuel pada Axel.
“SIAP BANG!” Axel menjawab seraya langsung menggendong Vianka bridal style.
Satria merengut, “Axel geng kita Sam?”
Samuel mengangguk, “Yap, mereka lagi deket dari sebulan yang lalu. Paling juga besok jadian.” Sahut Sam seraya pergi ke meja dekat kolam untuk mengambil minum.
- - -
“Axel ih, lepasin gue. Gue gak mau ketemu mereka, kata Zacky geng yang di pimpin bang Sam itu pada bahaya semua.” Rengek Vianka seraya berontak dalam gendongan Axel.
Axel mendengus, “Gak semua Vianka.” Balasa Axel dengan sabar.
“Lo tau dari mana? Apa lo bisa buktiin?” Cicit Vianka sedikit diam karena cape.
“Buktinya gue sama Zacky baik sama lo, kita semua punya titik bahaya masing – masing Vianka, tapi bahaya itu gak berlaku buat lo.” Tutur Axel seraya mengecup Vianka yang masih dalam gendongannya.
Vianka melongo tak percaya, “lo?” Tanya Vianka kaget.
Axel mengangguk, “Iya, gue sama Zacky masuk geng. Hehe.” Cengir Axel.
Vianka mencubit d**a Axel sangat kencang, membuat pemiliknya meringis. “Auh.”
“Ish, kalian semua itu ya nakal banget. Kalo aja mama sama papa gak ke Jakarta, udah aku aduin kalian biar kena poukul papa.” Sungut Vianka kesal.
Axel hanya cengengesan tak jelas, hal itu semakin membuat Vianka semakin gemas padanya.
“Ishh, awas ya kalian nanti Vianka hukum.” Ancam Vianka seraya berontak minta turun, “Turunin, udah deket juga.”
Axel menurunkan Vianka dan berkata, “Tadi aja sok – sok an nolak gak mau kesana eh sekarang jalan sendiri ke sana.” Oceh Axel.
“Mau gak mau juga udah terlanjur masuk kandang yang isinya harimau semua.” Sahut Vianka seraya menatap Axel sinis, “eh enggak deng, ada satu kucing.” Lanjut Vianka.
“Maksudnya?”
“Gak ah.” Lalu pergi meninggalkan Axel sendiri,
Sesampainya di halaman, Vianka disuguhkan pandangan tak enak. Di pinggir kolam ada Samuel berdiri menatap tajam Satria dan teman – temannya bergantian yang ternyata mereka sedang menatap tajam Vianka, di samping Satria ada seorang gadis seumuran dengannya yang tengah memeluk lengan Delva di sampingnya dengan erat, pandangan gadis itu naik – turun memperhatikan penampilan Vianka yang hanya memakai kaos putih kebesaran dengan bahan yang sangat tipis dan celana jeans setengah paha yang hampir tak terlihat oleh baju yang Vianka kenakan. Walaupun cahaya minim, kaos tipis kebesaran milik Vianka itu sangat cukup menerawang, apa lagi bagi yang melihatnya dari kejauhan.
‘Sepertinya gue salah kostum deh, mana sih si Axel sialan, pake maksa gue make baju ini lagi, dasar TOD sialan’ Batin Vianka mengumpat.
Vianka melihat Zacky duduk di kursi yang tersedia di pinggir kolam, lelaki itu terdiam memperhatikan penampilan Vianka.
Vianka semakin gelisah kala Satria mendekat ke arahnya, seprtinya waktu berjalan lambat. Langkah Satria mendadak melambat, tatapannya masih tetap tajam, namun kali ini pandangannya turun ke bawah.
Hal itu semakin membuat Vianka panas dingin, sepertinya nanti dia akan kena marah Samuel dan Zacky.
“A – Xel.” Cicit Vianka pelan berusaha mencari keberadaan Axel, tapi matanya tak menangkap sosok Axel.
‘Axel gue mohon bantu gue, Bang Sam ngapain diem aja coba, Zacky udah gak ada harapan lagi’ Batin Vianka.
Tiba – tiba ada seseorang yang datang membalikkan badan Vianka dan menarik Vianka ke dalam pelukannya, Vianka mengenal aroma ini. Baunya seperti wangi parfum Axel, “A – Xel.”
Axel membuka sweater hitam miliknya, lalu memakaikannya kepada Vianka. “Maaf ya, aku lupa gak nyuruh ganti baju.” Ucap Axel.
Dengan cepat Vianka mengangguk, “makasih ya.”
“Lo adek Samuel?” Tanya Satria langsung saat sudah di hadapan Vianka dan Axel.
Vianka mendadak gemetaran saat mengetahui Samuel sudah di hadapannya, melihat itu Axel menggeram marah. “Ya bang, dia adek bang Sam sekaligus CALON PACAR GUE.” Tekan Axel.
“Ckckck, Sam ternyata adik lo cantik ya. Apalagi kalo lagi pake blush di pipi kirinya.” Ujar Satria seraya menatap Sam dengan senang saat melihat hasil karyanya yang begitu indah.
Samuel memelototkan matanya baru menyadari kalau pipi Vianka merah sebelah, hal itu membuat Satria mengangkat kedua tangannya seraya mundur lima langkah.
“Ok ok Sam, gue mundur nih. Lagian ya, gue gak ada niat jahat kok. Gue Cuma mau ngasih rona pipi adek lo yang sebelahnya lagi tadinya.” Ledek Satria hendak maju kembali.
“Cukup Bang!” Teriak Zacky seraya bangkit lalu menghampiri Axel dan Vianka.
“Ck, santai aja kali Zack.”
“Sorry bang, gue gak bisa santai kalo nyangkut Vianka.” Balas Zacky dengan dingin.
“Ooo, tadi Axel calon pacarnya sekarang lo siapanya? Calon suaminya? Atau calon selingkuhan? Upss, hahaha.” Sinis Satria seraya menutup mulutnya seolah dia sedang keceplosan.
Dengan gerak cepat Axel melesat menghampiri Satria, lalu . . . . ‘BUGHH’
“b*****t emang lo bang!” Sinis Axel seraya terus memberi pukulan pada wajah Satria.
Satria yang belum siap menerima perlakuan Axel hanya bisa pasrah dan berusaha mencari kelengahan lawannya.
Tepat disaat Vianka ingin menghentikan ada seseorang yang menyandranya, orang itu mencekik Vianka dari belakang lalu menjambak rambut Vianka dengan kencang.
“VIANKA!”