Sepeninggal Vianka pergi, Samuel menyadari kelakuan adiknya yang sedikit mencurigakan. Dia pergi ke kamar Vianka, mencari kunci mobil milik adiknya itu lalu memasuki kamarnyauntuk mengambil jaket berniat mengikuti kemana perginya adiknya itu.
Dengan kecepatan penuh, Sam berhasil mengekori mobil yang di tumpangi adiknya itu.
“Anak itu udah gila kali ya, kebut – kebutan tengah malam segala.” Protes Sam yang sempat kehilangan mobil Vianka, “Awas aja kalo mobil gue sampe lecet.” Lanjtunya.
Selang beberapa menit, mobil yang Vianka kendarai berhenti tepat di depan sebuah Club, membuat Sam mendadak menginjak rem agar tidak terlalu dekat dengan mobil Vianka. Hal itu semakin membuat Sam curiga dengan kelakuan adiknya itu, dengan tampang ketakutan Vianka bergerak mondar –mandir di depan mobil.
“Gue ikutin lo kali ini dek, awas kalo macam – macam.” Gumamnya sambil memperhatikan gerak –gerik Vianka yang terlihat gelisah.
Terlihat Vianka yang hendak masuk ke dalam Club, tapi langkahnya di hentikan oleh security di sana.
“Maaf dek, anak kecil gak boleh masuk ke sini.” Ujar salah satu security pada Vianka.
“Saya bukan anak kecil pak, saya kesini mau jemput suami, jadi biarin saya masuk.” Balas Vianka dengan spontan.
“Saya gak percaya ah dek, masih kecil gini paling juga kamu masih SD tingkat akhir kan?” Tanya Secutrity itu, “Soalnya anak saya segede kamu.”
Vianka memandang sengit lelaki di depannya itu, “Saya. Sudah. Besar. Dan saya sebentar lagi masuk SMA, udah lah pa biarin saya masuk. Kasian suami saya. “
“Ga bisa dek, lebih baik kamu pulang sebelum mama kamu nyariin. Husshh sana!” Usir security.
“Saya bukan anak kecil bapak security yang terhormat.” Protes Vianka seraya membungkukukkan badannya, lalu tanpa aba – aba Vianka menerobos masuk menderong tubuh security itu. Namun sayang, security itu sangat kuat membuat Vianka meronta - ronta saat security yang lainnya hendak menyeret dirinya.
“Biarin dia masuk, dia bareng gue.” Titah seseorang di belakang Vianka, membuat security itu langsung melepaskan tangan Vianka dengan cepat, “Siap bos!”
“Eh?” Kaget Vianka saat memutarkan badannya hendak mengucapkan terima kasih pada seseorang yang telah menolongnya.
Vianka mendapat pelototan tajam dari orang di depannya, hal itu membuat Vianka cengengesan begitu saja.
“Bos kenal sama itu cewek?” Tanya salah satu security.
“Kagak.” Ketus seseorang yang di panggil bos, setelah itu dia masuk ke dalam meninggalkan Vianka dan security, sampai terdengar sebuah teriakan, “Bawa dia ke ruangan gue, jangan sampe ada yang nyentuh adek gue sedikit pun.” Teriak lelaki itu.
'Katanya gak kenal, tapi ngakuin gue adiknya.' Gerutu Vianka kesal.
“Lo adeknya ya?” Tanya security yang masih sangat terlihat muda dan tampan.
“Iya, minggir lo.” Sinis Vianka sambil mengibaskan rambutnya, dia berjalan masuk ke dalam yang langsung diikuti security.
Vianka berbalik dan menunjuk salah satu security, “Heh tampan! Tunjukin jalannya.” Titah Vianka seraya mengedipkan sebelah matanya genit.
Melihat aksi konyol adik dari bosnya itu membuat mereka tertawa terbahak – bahak, apalagi saat melihat Vianka berjalan dengan gaya seperti model.
“Tu bocah konyol ya.” Tawa seorang security yang mengikuti Vianka dari belakang, Vianka mendengarnya lalu berbalik dan menatap lelaki itu tajam, “Ish kalian itu ya, tampang doang yang bagus, sikapnya gak ada bagusnya.” Protes Vianka.
Security tadi hendak membalas Vianka, namun di hentikan oleh suara seseorang. “Kamu kok disini sayang, ngapain?” Tanya seorang lelaki yang baru datang langsung memeluk tubuh kecil Vianka.
Vianka tak bisa melihat siapa yang memeluknya, tapi dia mencium aroma yang menempel di tubuh lelaki yang memeluknya itu. “Axel.” Gumam Vianka hanya terdengar oleh Axel.
Pelukan Axel pada Vianka di lepas paksa oleh security, mereka hendak memukul Axel. Vianka yang melihat langsung menghentikannya, “Eh jangan di pu – kul” ‘GREB` Ucapan Vianka terpotong saat seseorang kembali memeluk dirinya.
“Eh ada cintaku datang, pasti mau jempun Zacky ya.” Ucap lelaki yang memeluk Vianka, ternyata dia Zacky.
Melihat Vianka di peluk oleh Zacky, seketika kesadaran Axel muncul. Dia berontak melepaskan cekalan pada tangannya, dengan jalan sempoyongan dia menghampiri Vianka lalu mendorong Zacky agar terlepas dari Vianka. Zacky yang belum sadar langsung tersungkur ke lantai, Vianka yang terkejut melihat Zacky tersungkur, tiba – tiba Axel hendak mencium pipinya, namun Vianka malah menoleh ke depan membuat bibir Axel menempel tepat di bibir milik Vianka .
Seketika Vianka tersadar, dia mendorong tubuh Axel yang masih sempoyongan. Sama dengan Zacky, Axel pun terjengkang ke belakang.
Vianka menghela nafas kasar, “kalian bawa mereka ke ruangan si Sam juga.” Titah Vianka pada security yang sedang mencekal kedua teman Vianka. “Tunjukin jalannya lagi tampan.” Lanjut Vianka dengan sedikit godaan seraya berjalan membuat security itu kembali terkekeh pelan.
~
Keesokan harinya Sam memberi hukuman kepada Vianka, Axel dan Zacky. Kini mereka tengah berada di gudang belakang rumah Vianka dan Sam, banyak perabotan yang sudah tidak di pakai berserakan di gudang, tak lupa juga kecoa dan tikus berlarian kesana kemari.
“Gue mau bikin tempat ini jadi tempat maen gue, segede gini kayaknya bisa muat buat satu meja billiard, mesin basket, tempat musik, meja tenis, terus buat gue olahraga juga mm oh iya sama tempat buat ngegame. Lumayan kan buat nongkrong sama temen – temen.” Ucap Sam.
“Terus apa hubungannya sama kita – kita?” Tanya Vianka.
Sam memasukkan tangannya pada saku celananya, “gue mau kalian renovasiin gudang ini, semua biaya gue yang tanggung.”
Axel dan Vianka tercengang, “What? Ini tempat gede banget bang, mending gue nyumbangin dana aja deh.” Pinta Axel diangguki Zacky dan Vianka.
Samuel menggeleng, “Gue masih sanggup kok soal dana.” Tolak Sam dengan gaya so cool nya.
“Udah cepet – cepet, gak mau tau pokoknya besok lusa harus bisa di pakai” Titah Sam langsung meninggalkan mereka yang tengah menatap Sam dengan tatapan seperti ingin membunuh lelaki itu.
“SAMUEEEEL!” Teriak Vianka, Zacky dan Axel barengan.
“Aish, pokoknya Vika gak mau tau kalian harus beresin itu berdua.” Titah Vianka.
“Gak bisa gitu lah, lo juga dihukum.” Protes Axel.
“Ga, siapa suruh kalian pake acara mabuk segala heh?” Sentak Vianka pada Axel dan Zacky.
“Siapa suruh lo pergi kesana sih?” Sahut Zacky menggusar rambutnya kasar.
“Ada yang telpon gue, katanya kalian mabok ish.” Ucap Vianka.
“Siapa sih? Lagian kan yang tahu nomor lo cuma gue sama Axel doang ya kan Xel?” Tanya Zacky memastikan tanpa menoleh pada temannya itu.
Axel tidak menjawab, dia merasa dibentak oleh Vianka, tiba – tiba Axel menunduk. Hal itu membuat Vianka dan Zacky melihatnya frustasi.
“Sialan lo Xel, ngapain nangis sih.” Umpat Zacky.
“Aduh Axel, jangan nangis dong. Maafin gue ya, gue gak sengaja, padahal kan niatnya gue mau bentak Zacky doang.” Ucap Vianka sambil menenangkan Axel.
Zacky merengut kesal, “Lo curang, pilih kasih ah.” Ucapnya seraya duduk di samping Axel.
“Diem dulu lo Zacky,” Umpat Vianka yang tengah berusaha menghentikan tangis Axel yang malah semakin kencang seperti tangisan bayi.
“Eh kok nangis lagi, ya ampun.” Ucap Vianka terdengar lelah, membuat Axel melepaskan pelukannya.
Axel melepaskan pelukannya secara kasar, dia menatap Zacky tajam. “Minggir.” Titah Axel sambil menyeka air matanya.
“Hah?” Tanya Zacky bingung.
“Minggir ih Zack, lo nginjek si bungsu.” Ringis Axel kesal, kakinya yang hanya memakai sandal jepit pun di injak oleh Zacky yang memakai sepatu bot gede.
Zacky menunduk melihat sepatunya, pandangannya beralih menatap Axel. “Hahaha bahasa lo yang bener, apaan si bungsu .” Tawa Zacky yang masih diam di posisi itu.
“Sialan lo, angkat sepatunya bego.” Umpat Axel pada Zacky tak lupa dengan jitakan di kepala temannya itu.
Zacky mengangkat kakinya, menjauhi Axel sebelum kena amuk temannya itu.
Axel mengusap - usap ujung jari kelingking kakinya yang sedikit memerah, “Awas lo Zack, tunggu balasan dari gue.” Gerutu Axel.
Berbeda dengan Axel yang tengah kesal, Vianka hanya memandang kedua temannya itu sambil geleng – geleng kepala.
“Terima kasih telah menghadirkan mereka untukku, aku menyayangi mereka.” Gumam Vianka yang hanya bisa di dengar olehnya saja.