Chapter 11

1166 Kata
C H A P T E R  11 Sawyer muncul entah dari mana, atau bahkan dia sudah berdiri di sana cukup lama dan Mia tidak menyadarinya. "Sawyer, sejak kapan kau di sana?" tanya Mia terkejut. "Aku sedang mencarimu dan aku melihatmu sedang berbicara, jadi aku tidak mau mengganggu. Aku juga baru beberapa menit di sini," jawab Sawyer. Alex memandang pria yang baru saja datang dan menggangunya dengan Mia. Sorot mata Alex menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan Sawyer. Sama seperti dulu Alex memandang Sam. Dan pria itu juga merasakan suasana yang tidak asing baginya. Alex menarik lengan Mia hingga ke belakang tubuh Alex. Dalam posisi ini, Alex terlihat seperti sedang melindungi Mia dari sesuatu. "Alex, apa yang kau lakukan?" tanya Mia kebingungan. Pria itu tidak menjawab dan terus menahan Mia untuk tetap di belakangnya. Sawyer tertawa saat melihat Alex yang begitu menjaga Mia. Pria itu sebenarnya tidak tahu siapa Alex sebenarnya dan apa hubungannya dengan Mia. Tapi Sawyer sungguh ingin tahu, terutama saat berhubungan dengan Mia. "Aku tidak tahu kau siapa, tapi aku bisa memperkenalkan diriku. Namaku Sawyer Sherwood." Sawyer menyodorkan tangannya, tapi Alex tidak menyambutnya. Alex kemudian berbalik dan menarik lengan Mia untuk mengikutinya. Sedangkan Mia hanya bisa mengekspresikan wajah maafnya pada Sawyer. Saat mereka sudah cukup jauh dari Sawyer, Mia menarik lengannya dari Alex. "Kau ini kenapa, sih?" tanya Mia kesal. "Aku tidak suka dengannya dan aku juga merasakan hal yang aneh padanya. Sama seperti saat aku bertemu Sam," kata Alex. Mia membenarkan rambutnya yang tertiup angin malam. "Kau selalu berpikiran negatif," ujarnya. "Tidak, aku merasakan hal yang sama seperti saat bertemu Sam. Dan kau tahu aku dulu memburu mereka, jadi itu seperti insting saat aku bisa merasakan hal yang bersangkutan dengan kaum mereka." Alex mengatakannya dengan serius. Tapi pria itu tidak ingat bahwa Mia juga salah satu kaum seperti Sam. "Mungkin maksud insting anehmu itu adalah aku. Aku memang memiliki darah kaum Orion." Mia melipat lengannya di d**a kesal. Alex kemudian menatap Mia. Dia tahu bahwa perkataannya mungkin telah melukai Mia. "Maafkan aku, tapi maksudku kaum Orion murni. Kau masih darah campuran, Mia." Mia menggeleng. "Aku akan berbicara padamu lagi nanti," kata Mia dan meninggalkan Alex. *** Sam terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang aneh. Dia bermimpi tentang seorang gadis yang dia lihat beberapa waktu lalu dalam pikirannya saat dia berjalan menuju Hall untuk makan bersama. Wajah gadis itu masih samar-samar dalam mimpinya, namun dia tahu gadis itu sama dengan yang dia lihat waktu itu. Sam bangkit dari tempat tidurnya kemudian mengenakan baju. Dia keluar dari kamarnya dan pergi untuk menemui Val. Karena baginya, hal ini sangat mengganggu pikiran Sam. Sam mengetuk pintu kamar Val tiga kali dan saat gadis itu keluar dari kamarnya, wajahnya menunjukkan kebingungan. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Val. "Aku bermimpi tentang seorang gadis," kata Sam. Dengan cepat, Val langsung menarik Sam masuk ke dalam kamarnya. Karena gadis itu tahu apa yang harus dia katakan pada Sam. "Itu Mia," ujar Val. "Kau harus menemuinya." Val mengatakannya dengan ekspresi yang begitu serius. "Kenangan apa yang membuatku terus memimpikan gadis itu?" tanya Sam kemudian. Ekspresi wajah Val mulai mengendur. "Dulu aku tidak percaya bahwa Patriot bisa mencintai seseorang sebelum semua ini berakhir. Tapi kau membutikan bahwa Patriot juga bisa mencintai seseorang. Cintamu pada Mia membuat kau melakukan apapun demi gadis itu," jelas Val. Sekarang wajah ekspresi Sam yang bingung. "Kenapa aku bisa mencintainya? Apa ada hal yang membuatku jatuh cinta padanya?" tanya Sam lagi. "Aku tidak tahu, hanya kau yang tahu. Atau mungkin, Mia tahu kenapa kau mencintainya. Karena itu aku ingin kau menemuinya." Val duduk di pimggiran tempat tidurnya. "Aku akan pikirkan itu nanti, terima kasih atas penjelasannya." Sam kemudian pergi keluar dari kamar Val dan berjalan kembali menuju kamarnya. Tapi pria itu tidak bisa tidur karena pikirannya yang terus menghantui tentang Mia. Sam berjalan keluar untuk berjalan-jalan sambil mencsri udara segar di malam hari. Suasana di Cavity sangat sepi dan serasa tinggal di sebuah penjara.   Dari kejauhan, Sam mendengar suara seseorang berbicara. Suara seorang wanita. Sam mencari sumber suara untuk menguping dan mendengar lebih jelas apa yang dibicarakan wanita itu. "Dua orangmu berada di penjara kami, jika kau memang menginginkannya serahkan Gungnir yang kau punya," kata wanita itu. Sam bisa melihat Miranda dengan jubah kebanggaannya. "Aku akan mengampuni kedua pria itu jika kau memberikan Gungnir dan aku akan mengembalikan mereka padamu." Pria yang berbicara dengan Miranda lewat hologram itu tertawa. "Kau kira aku tidak tahu apa yang kau lakukan dengan Gungnir itu? Aku tahu kau ingin tetap hidup abadi karena itu kau ingin menyimpannya untuk dirimu sendiri." Sam semakin mendekat untuk mendengar percakapan itu lebih jelas lagi. "Aku tahu kau menginginkan peperangan ini, jadi lebih baik begitu, kan?" Miranda mengibaskan rambutnya. "Huh, kau kira aku sebodoh itu? Aku tahu kau membunuh semua ornag tua dari para prajurit mudamu. Kau ingin menjadi yang berkuasa di antara semuanya, kau ingin dianggap yang paling mengenal sejarah." Pria dalam hologram itu mulai membeberkan semua yang dia ketahui mengenai Miranda. Alih-alih dia melihat bayangan seseorang dari balik pintu. "Jaga omonganmu," bantah Miranda. "Aku tahu itu benar. Jika tidak bagaimana bisa hanya kau yang paling tua diantara semua prajuritmu?" Pria itu kemudian menatap Sam yang sedang memandangi Miranda dari balik pintu. Miranda kemudian menatap ke belakangnya dan mendapati Sam yang sedang memandangi penuh kebencian. Dia memang seharusnya mempercayai adiknya. Karena semua yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran. "Sam, semua ini adalah sebuah kebohongan yang dia buat." Miranda mengucapkannya dengan penuh hati-hati agar tidak salah mengucapkan apapun. "Kau yang telah membunuh keluargaku! Aku seharusnya memepercayai perkataan Will!" Suara Sam mulai meninggi. "Tidak, Sam. Apapun yang adikmu katakan adalah sebuah kebohongan. Kau tidak mengerti," bantah Miranda. Miranda kemudian berusaha mendekati Sam. "Jangan mendekat! Atau aku akan melukaimu!" katanya. Miranda tidak mendengar perkataan Sam dan tetap mendekat. Sesaat kemudian Sam mengeluarkan benda dari tangannya dan melemparkannya pada Miranda. Miranda terlempar ke belakang menembus hologram. Pria dalam hologram itu memandangi Sam terkejut, begitu juga Miranda. Ekspresi Sam hanya menunjukkan kebencian dan amarah. Pria itu tidak pernah semarah itu sebelumnya. Dan kemudian Sam pergi meninggalkan Miranda. Wanita itu berdiri sambil mengusap kepalanya frustasi dan masih terkejut dengan semuanya. Terutama saat Sam menggunakan kekuatan kinesisnya. Beberapa menit kemudian alarm berbunyi. The Cavity berubah menjadi siaga satu. Miranda menatap pria dalam hologram itu yang tersenyum, kemudian menghilang. Seluruh prajurit di Cavity keluar sambil mengenakan baju bertarung dan membawa senjatanya masing-masing. "Ini bukan latihan, semua prajurit menuju lapangan untuk bertempur. Para pemberontak sudah berada di gerbang." Suara seorang wanita dari pengeras suara membuat seluruh penjuru Cavity semakin ramai. "Apa yang terjadi?" tanya Jace pada Irial yang sedang mengenakan baju tempurnya. "Aku tidak tahu," jawab Irial. "Bisa pegangkan ini untukku sebentar?" pinta Irial saat pria itu kesusahan untuk mengenakan bajunya. Jace mengambilnya sambil terus berjalan. Di belakang, Hale sedang menyusulnya sambil membawa senjatanya. Saat mereka sampai di lapangan, Celine dan Isla sudah memepersenjatai dirinya sendiri. Jace sebenarnya selalu khawarir jika adiknya ikut dalam pertempuran. Umur adiknya belum cukup jika dalam hitungan normal, tapi bagi kaum Orion tidak ada lagi ukuran normal bagi siapapun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN