DP 15. Dijodohkan??

3786 Kata
Karena mereka sudah saling menganggap keluarga, maka Delisha juga tidak segan menyiapkan sarapan untuk Mister D seperti ia menyiapkan sarapan untuk ayahnya. Bukankah pria itu dipercaya untuk menjaganya? Maka sudah sewajarnya ia menghormati ayah Rani seperti ayahnya juga. "Delisha-ji, kau tidak keberatan 'kan membuatkan secangkir kopi untuk ayahku? Aku masih harus mengucir rambutku," alasan Rani agar Delisha saja yang sibuk di dapur. Rambut Rani memang panjang dan tebal, harus dianyam seperti kebiasaan anak gadis India berdandan ke sekolah mereka. Setiap pagi, ia menata sendiri rambutnya. "Tentu, Rani, tidak masalah," sahut Delisha dengan senang hati menyeduhkan secangkir kopi. Ia membuatnya dengan air panas mendidih langsung dari ketel, kemudian menambahkan sesendok gula dan mengaduknya. Delisha mencicipi kopi itu terlebih dahulu menggunakan sendok pengaduk. Dirasakan sudah pas, ia letakkan di nampan, siap diantar ke lantai atas. "Biar saya yang mengantarnya, Nona," ujar Vijay, disahut ramah oleh Delisha. "Silakan." Vijay membawa seduhan tersebut. Dari situ Delisha mempelajari bahwa Mister D tidak akan menampakkan batang hidungnya padanya. Karena pegawai dan anak-anak Mister D bebas naik, keluar masuk kamar atau ruang kerja Mister D, tetapi pria itu tidak pernah terlihat olehnya, bahkan walau sekadar lewat apalagi bertegur sapa. Berbicara saja selalu berupa pesan yang disampaikan oleh orang lain. "Kata Tuan, terima kasih, kopinya enak sekali," ucap Vijay sekembalinya dari mengantar kopi. Delisha sedang memasak adonan dadar crepes, menyahut singkat. "Oh ya? Aku juga membuat crepes kayu manis dan gula palem. Apakah Mister D akan memakannya? Jika tidak, aku akan membuat untuk Rani dan si kembar saja." "Buat saja yang banyak, Nona. Tuan saya pasti akan memakannya." Devdas kelaparan masakan Delisha. Ibaratnya, meskipun Delisha memasak batu, Devdas akan memakannya tanpa bertanya-tanya, apalagi kue crepes yang terlihat sangat lezat. Aromanya sangat harum menyebar ke dalam rumah. Delisha membuat puluhan lembar crepes. Selesai pekerjaan itu, ia menaruh wajan datar ke bagian bak cuci. Vijay naik lagi mengantarkan crepes untuk tuannya. Baru selesai satu pekerjaan, Aaryan dan Chander turun sambil menggerutu berusaha membenahi dasi seragam sekolah mereka. "Bisakah bantu kami, Delisha-ji? Kami tidak tahu kenapa dasi ini tidak bisa terikat rapi." Delisha turun tangan mengikatkan dasi anak-anak itu. "Memangnya biasanya siapa yang memasangkan dasi kalian?" gumam Delisha. Si kembar sebenarnya bisa melakukannya sendiri, tetapi mereka ingin perhatian khusus dari sang ibu. Mereka berkilah, "Biasanya ayah kami atau Paman Vijay, tetapi Papa sedang tidak enak badan dan Paman Vijay sibuk melayani Papa, kami tidak ingin merepotkan." "Apakah sakit Papa kalian sangat parah? Kenapa tidak ke dokter? Bagaimana kalau ada sesuatu yang berbahaya?" "Eeeh. Tidak parah, Papa hanya butuh istirahat total. Selalu begitu ... kalau Papa selesai menuntaskan misinya. Papa mageran, bahkan lebih senang di ranjang saja, tidak melakukan apa-apa," lanjut si kembar, padahal mereka tahu dahulu dengan siapa dan melakukan apa sehingga ayah mereka betah di ranjang. Delisha mangut-mangut menganggap tingkah Mister D sangat wajar. Ia selesai memasang dasi si kembar, maka mereka bisa mulai makan pagi. "Ayo kita sarapan biar cepat berangkat. Sampai di sekolah nanti, aku harus ke rumah dulu menyiram tanamanku dan mengambil buku dulu." Rani selesai berdandan, bergabung di meja makan. Sesuai pesan ayahnya, Rani mulai bertanya-tanya menyelidik. "Bagaimana tidurmu malam tadi, Delisha? Apakah nyenyak? Atau kau mengalami hal-hal aneh?" "Sangat nyenyak, tetapi aku merasa heran." "Heran bagaimana?" Rani waswas. "Aku bisa pergi jalan-jalan saat aku tidur. Itu sangat menyenangkan, aku bisa pergi ke berbagai tempat tanpa perlu membayar tiket atau susah payah mencari transportasi. Aku bahkan berkenalan dengan makhluk-makhluk lucu dan mereka menemaniku jalan-jalan." Delisha menceritakan pengalaman astral projectionnya dengan riang gembira, akan tetapi tanggapan Rani malah sangat berlawanan. Rani memukul permukaan meja dan membentak Delisha. "Jangan lakukan itu lagi! Saat kau meninggalkan tubuhmu, seseorang atau sesuatu bisa mengambil alih tubuhmu. Jika itu terjadi, kau tidak bisa kembali lagi ke tubuhmu dan terperangkap selamanya di dimensi lain. Mereka membuatmu berpikir itu semua tempat yang menyenangkan dan menemanimu supaya kau semakin melupakan tubuhmu, bahkan lupa jalan pulang agar kau tinggal selamanya bersama mereka. Jika itu terjadi, kau bukan hanya gentayangan, tetapi kau bisa benar-benar mati, karena semakin jauh kau meninggalkan tubuhmu, semakin menghabiskan energi kehidupanmu." Delisha tergagap, "Aku ... Aku tidak menyangka," kemudian berkata lebih bersemangat, "tetapi aku kembali ke tubuhku secepatnya. Kau tahu, seperti ditarik sangat kuat. Aku sempat kesal karena tadinya aku masih ingin jalan-jalan, tetapi sekarang aku tahu lebih baik tidak pergi ke mana-mana." Delisha lalu mempercepat makannya karena tidak ingin Rani menghabiskan waktu marah-marah padanya. "Kau harus berhati-hati. Banyak dari mereka yang ingin menangkap jiwa astralmu. Jangan tergoda oleh ajakan ramah atau memohon pertolongan mereka. Itu semua jebakan!" nasihat Rani selanjutnya. Ia pun lanjut makan dan tidak membahas itu lagi karena tidak ingin membuat Delisha tidak nyaman. "Aku mengerti," sahut Delisha lalu ia jadi pendiam karena membatin, jadilah manusia biasa, Delisha. Jadilah manusia biasa. Devdas mendengar semua itu dari kamarnya. Ia melihat perubahan raut muka Delisha dan merasa miris Delisha harus terkekang. Namun, itu demi kebaikannya. "Maafkan aku, cintaku," lirih Devdas, "tetapi aku janji padamu bahwa itu tidak akan sia-sia. Akan kuberikan seluruh kebahagiaan dunia untukmu." *** Semenjak mengenal anak-anak Mister D, kemudian memiliki Siberian, juga lebih memahami kelainan yang dimilikinya, Delisha mulai membiasakan diri menjadi manusia biasa. Yang jelas, ia mulai mengabaikan penampakan hewan atau aura yang dilihatnya pada orang lain. Baginya sekarang, itu hanya manifestasi rasa takutnya terhadap orang lain karena dianggap berbeda. Namun, sebenarnya orang lain tidak akan tahu apa yang dilihatnya kecuali jika ia mengatakannya. Ia mulai terbuka dalam pergaulan dan lebih percaya diri. Ia tidak ingin berteman hanya dengan Rani dan adik-adiknya. Delisha menjadi lebih terbuka terutama terhadap anak laki-laki. Ada teman sekelas bernama Keanu yang mencoba berteman dengannya sejak kelas 7 padahal mereka sudah sekelas semenjak kelas 1. Baru di kelas 8 ini Delisha akrab dengannya. "Thanks, Delly, sudah membantuku di pelajaran Miss Denzel. Aku benci biologi, tetapi kau membuat itu terdengar indah, eh ... maksudku gampang," kata Keanu semringah yang tidak bisa ditutup-tutupinya karena senang bisa berdekatan di satu meja dengan Delisha yang menurutnya gadis yang sangat manis dan perhatian. Delisha tidak kentara melihat semringah itu karena tertutup penampakan rakun Keanu. Itu hewan yang lucu bagi Delisha. "Aku senang jika kau merasa terbantu. Aku sendiri sangat suka biologi mempelajari flora dan fauna, karena itu aku bercita-cita menjadi dokter hewan." "Dokter hewan? Wah, itu pekerjaan yang sangat menarik, Delly. Apa kau akan bekerja di konservatori? Hewan laut atau hewan hutan belantara? Aku suka menonton video di mana orang-orang menyelamatkan anjing laut yang terluka atau mereka membersihkan kerang-kerang yang menempel di punggung penyu laut. It's very oddly satisfying. Aku rasa aku ingin menjadi penyelamat satwa liar." "Oh ya? Aku belum berpikir sejauh itu karena sebelumnya ayahku ingin aku mendalami fisioterapis. Karena kau menyebut konservatori, aku rasa aku lebih cenderung ke hewan laut." "Waah, kalau begitu kita bisa punya minat yang sama. Bagaimana kalau kita pergi ke seaworld hari Sabtu ini, Delly? Apa kau ada waktu luang?" Delisha mengangguk. "Boleh, tapi aku harus izin pada ayahku dulu." "Tentu. Kalau begitu aku akan meminta ibuku menelepon ayahmu. Jadi, kita bisa sama-sama mendapat izin." Keduanya tampak sangat akrab bahkan berbicara panjang lebar. Yang cemburu malahan adalah Rani. Ia mengadukan hal itu pada ayahnya. Rani berceloteh di tengah kamar Devdas sementara pria itu berdiri dekat jendela yang terbuka lebar memandangi danau. "Mereka berjanji akan pergi bersama ke seaworld, Pa. Sabtu sepulang sekolah. Teman mana yang memilih janji di waktu tersebut? Bukankah itu sama dengan kencan? Jika Keanu tidak menaksir Delisha, ia tidak akan mengajak Delisha seorang!" "Jadi, namanya Keanu," gumam Devdas dingin, sementara dalam dadanya membara panas api cemburu. Devdas sangat kesal, terutama pada diri sendiri, kenapa ia merasa dipecundangi para ABG ini? "Betul, Pa. Ia putra pengusaha perbankan di Chicago. Ia tidak akan kesulitan mentraktir Delisha-ji apa saja, Pa." Devdas menghela napas dalam-dalam agar tidak dikuasai kecemburuannya. Mereka masih anak-anak. Demi Tuhan, Delisha dan temannya masih anak-anak. Mereka tidak akan terlibat hubungan cinta serius. Ia lalu melirik putrinya. "Rani, kau sendiri bagaimana? Apa kau punya laki-laki yang kau taksir atau menaksirmu?" Rani terperangah. "A-aku? Pa, aku ... sejujurnya aku hanya memperhatikan Mama. Aku tidak punya waktu untuk para bocah," kilahnya. "Rani, bagaimana kalau kau saja yang pergi bersama bocah bernama Keanu itu? Buat ia berhenti mengejar ibumu dan berganti mengejarmu." "Hah??" Aaryan dan Chander tiba-tiba muncul langsung menyeletuk. "Semangat, Kak. Ayo rebut pacar Mama. Kami akan membantumu!" Jadi, ketiga anak itu mulai bergerilya. Aaryan yang memiliki kekuatan Nigrum Mortem sang ayah, dan Chander yang memiliki kekuatan bermulut manis sang ibu, secara rahasia memasukkan sugesti ke dalam pikiran Keanu saat mereka bertemu di sekolah. Sehari berlalu. Saat bertemu lagi di kelas, tiba-tiba saja Keanu mengaku pada Delisha. "Maafkan aku, Delisha. Sebenarnya aku mendekatimu karena aku ingin akrab dengan Rani. Aku ingin pergi ke seaworld bersamanya, tapi aku takut ia akan menolak. Menurutmu, apakah ada kemungkinan ia menyukaiku dan bersedia memenuhi ajakanku?" Delisha melongo terlebih dahulu setelah mendengar hal itu. Ia merasa dimanfaatkan. Ia merasa telah salah paham dan berdiri sebagai penghalang di antara Rani dan Keanu. Delisha jadi merasa rendah diri. Agak gelagapan ia menjawab anak itu. "Eh, tentu saja, tidak masalah. Aku akan bicara pada Rani dan menanyakan perasaannya. Aku akan mengirimimu pesan jika aku sudah tahu jawabannya. Bagaimana?" "Ya, aku setuju. Terima kasih atas bantuanmu, Delly. Kau memang teman yang sangat pengertian." Rasanya benar-benar tidak nyaman. Mencomblangi teman sendiri, terlebih-lebih teman akrab, sudah seperti saudara sendiri pula. Delisha ingin menangis tetapi tidak bisa karena Keanu berhak memutuskan tentang siapa yang disukainya dan diajaknya pergi. Rani berhak membalas perasaan siapa pun yang disukainya. Rani terlihat kalem saat berbicara berduaan dengan Keanu dan menyetujui ajakannya. Rani juga berkata, "Ya, aku juga menyukaimu, Keanu." Keanu tampak senang, akan tetapi Rani merasa sangat buruk. Sialan! Kenapa malah aku yang terjebak di antara cinta segitiga ini? Dasar Papa! Kenapa tega sekali memanfaatkan putri sendiri? Heu heu heu huuu .... Weekend itu, Delisha malah memandangi Rani berangkat dijemput Keanu untuk kencan mereka ke seaworld. Ia membantu Rani berdandan, menyemangati Rani meskipun gadis itu malas-malasan untuk pergi keluar, padahal ia sendiri yang mengiyakan. Delisha merasa membohongi diri sendiri. Setelah Rani pergi, Delisha rebahan di sofa ruang tengah, mengutak-atik ponselnya. Ia menelepon ayahnya, tetapi nomornya sedang tidak dapat dijangkau. Rani, teman yang biasanya ia chat, justru sedang pergi dengan kencan yang tadinya diharapkannya. Akhirnya, Delisha main game Candy crush. Siberian melonjak-lonjak ke atas tubuhnya minta diajak jalan-jalan, tidak digubrisnya. Setelah beberapa saat Siberian tidak berhenti juga mengganggunya, Delisha menggerutu pada anjing itu. "Oh, ayolah, hentikan, Sibe .... Apa kau tidak tahu aku sedang sakit hati? Aku sudah tahu aku dikutuk soal hubungan cinta-cintaan ini. Aku kira aku bisa menghilangkannya jika aku berusaha. Ternyata ... hasilnya sama saja. Huh!" Delisha kemudian terdiam. Matanya bergulir ke sana kemari tengah menyusun rencana dalam kepalanya. Kemudian ia tersenyum sendiri. Daripada jenuh sendiri, lebih baik ia mencari hiburan. Jika ia ingin pergi ke mana saja, bukankah ia punya kemampuan yang membuat segalanya lebih mudah? Delisha bergegas pindah ke kamar tidurnya di mansion itu lalu tidur lelap dengan cepat. Tanpa dilihat siapa pun, wujud astral Delisha bergerak meninggalkan tubuhnya. *** Delisha mulai bisa mengendalikan pergerakannya di dimensi astral. Ia berjalan hati-hati dalam kediaman Mister D. Terutamanya, ia tidak ingin kepergok Aaryan dan Chander. Ia ingin melihat seperti apa sosok Mister D dan mengingat pria itu sangat sakti, Delisha mengendap-endap, mengintip ruangan per ruangan. Ia melihat Qoysan dan Qoy'an sedang latihan barbel di ruangan gym. Sebagai perempuan menjelang dewasa, Delisha terkesima pada keindahan wujud serta otot-otot kekar kedua jin berwujud manusia tampan itu. Kemudian perhatian Delisha teralihkan mendengar cekikikan Aaryan dan Chander yang berjalan menuju kamar mereka. Karena mereka sudah terbiasa dengan kehadiran Delisha, mereka tidak curiga Delisha berpindah ke wujud astral. Delisha sembunyi-sembunyi mengintip ke dalam kamar si kembar dan mencuri dengar pembicaraan mereka. "Akhirnya kita berhasil menjauhkan Delisha-ji dari Keanu. Tidak boleh ada laki-laki lain dekat dengan Delisha-ji. Delisha-ji hanya boleh menjadi milik Papa kita." Delisha termangap, segera membekap mulutnya karena terperanjat atas ulah si kembar dan kakak mereka yang rupanya berkoalisi dengan sang ayah. Delisha sangat marah. Benar dugaannya, Mister D sama seperti Miss Gea. Cepat atau lambat, pria itu akan mengorbankannya. Ia harus melakukan sesuatu. Delisha lalu mencari keberadaan Mister D untuk mempelajari jenis makhluk apa pria itu dan apa kelemahannya. Delisha bersembunyi dengan merapat ke dinding. Ia hendak menuju kamar Mister D, akan tetapi ia terkesiap ketika melihat sosok pria tinggi semampai melintas di hadapannya. Rambutnya hitam pekat, pundaknya tegap dan bidang. Sayap hitam besar terkembang melebar di punggung pria itu, berkesan penampilannya sangat agung sekaligus suram mengintimidasi. Delisha gemetaran sekujur tubuhnya. Siberian menyalak-nyalak di depan pintu kamar Delisha karena ia tidak bisa masuk. Devdas yang mendengar suara anjing itu menggema di selasar kamar, berjalan keluar kamarnya. Ia menghampiri Siberian, lalu berjongkok membelai surai anjing itu sambil bicara padanya. "Kenapa, Sibe? Kau kehilangan tuanmu? Apa mungkin dia ada di dalam." Devdas hendak memutar gagang pintu, tetapi ia terdiam karena mencurigai ada wujud astral gentayangan dalam rumahnya. Ia mendesis, "Sialan! Ia meninggalkan tubuhnya!" Devdas melirik dan melihat pergerakan di belakangnya. Gerakan tangan yang secepat kilat, Devdas kenakan cincinnya dan menghilang seketika. *** Pria itu menghilang?! Delisha tersadar keberadaannya diketahui. Ia melumerkan diri menembus lantai untuk turun ke lantai dasar. Dari situ, ia melesat pergi keluar rumah. "Dasar gadis bandel!" gumam Devdas. Ia ingin membuat Delisha jera, sehingga ia panggil punggawanya. "Qoy'an, Qoysan, Delisha melarikan diri. Cepat tangkap dia!" "Baik, Tuan!" Kedua jin melesat mengejar Delisha. Delisha mendengar suara itu menjadi sangat ketakutan, maka ia menjauhi rumah secepat mungkin. Ia melintasi udara malam tepat di atas danau. Tiba-tiba, dari dalam air muncul seekor ular raksasa bersisik putih dengan mulut terbuka lebar, melompat menerkamnya. Siluman itu bersuara mendesis yang sangat nyaring. Delisha terpaku. Qoy'an dan Qoysan meneriakinya. "Nona, awas!" Mereka tarik Delisha ke tepi danau. Siluman ular putih itu gagal menangkap mangsanya, terempas di permukaan air sehingga menimbulkan percikan air yang sangat tinggi dan besar. Manusia yang berada di sekitar danau terpekik takjub dan ketakutan. Sejenak mereka mengira itu ledakan dinamit dari dalam air. Namun, adanya penampakan ular putih raksasa menjadikan hal itu sebuah fenomena supernatural. Devdas geram sekali siluman itu tiba-tiba muncul. Sepertinya saudara siluman ular hijau yang pernah diberantasnya. Ia pun segera mendatangi siluman itu. Ia menampilkan wujud sebagai ganti menggunakan cincin kekuatan es. Devdas terbang melintasi udara. Sayap hitamnya mengepak anggun. Kedua tangan terkepal memancarkan energi yang luar biasa. Sebelah bercahaya biru, sebelah bercahaya keemasan. Delisha yang berada di daratan ditahan Qoy'an dan Qoysan, pandangannya kabur karena nyaris pingsan. Detak jantungnya lambat dan keras, serta tubuhnya terasa dingin. Namun, melihat wujud memesona itu bertarung sangat tangkas, Delisha terpukau hingga merasa ia sedang bermimpi. Wujud itu persis sebuah fantasi di mana malaikat yang berkekuatan luar biasa turun ke bumi dan menjadi pemusnah. Siluman ular melompat lagi ke udara untuk menerkam Devdas, akan tetapi Devdas menembaknya dengan kekuatan es. Siluman itu membeku seketika, berubah menjadi kristal es berbentuk ular raksasa sedang membuka mulut sangat lebar. Semua orang terperangah takjub, termasuk Delisha. Patung es itu terpahat sangat indah, akan tetapi Devdas tidak akan membiarkan jadi tontonan. Ia tembakkan energi penghancur pada patung es itu, sehingga meledak menjadi serpihan-serpihan kristal putih yang membubung tinggi ke angkasa, lalu berguguran seperti salju. Devdas berbangga diri kesaktiannya bisa membuat Delisha terpukau. Lubang hidungnya kembang kempis saat melayang tinggi dan hujan kristal es di latar belakangnya. Bersamaan dengan itu, ia sebarkan ilmu cuci otaknya sehingga manusia biasa yang menyaksikan kejadian itu menganggap mereka baru saja disuguhi atraksi hiburan yang diselenggarakan pemerintah kota. Delisha bergeming sesaat terkagum-kagum, akan tetapi teringat pria itu hendak menangkapnya, Delisha berencana kabur lagi. Bertepatan Qoy'an dan Qoysan lengah karena turut terkagum-kagum pada tuan mereka. Delisha tepis tangan kedua jin itu lalu melesat secepat mungkin ke arah jauh dari danau. "Nona!" teriak Qoy'an dan Qoysan. "Hissh, anak itu rupanya masih keras kepala juga!" rutuk Devdas yang kemudian mencegah Qoy'an dan Qoysan mengejarnya. "Biarkan dia. Aku punya cara lebih baik untuk menariknya kembali." Devdas dan kedua punggawanya kembali ke mansion. Ia simpan lagi cincinnya. Di depan rumah, ia berpapasan dengan Aaryan dan Chander. Kedua anak itu berseloroh mengeluh. "Papa, kenapa tidak memberi kami kesempatan menunjukkan kekuatan kami? Ih, Papa egois! Pastinya mau pamer saja pada Mama." "Nah, kalian sudah tahu, jadi jangan iri lagi," tukas Devdas. Ia menuju ke lantai dua diiringi kedua punggawa dan kedua putranya. Ia berhenti sebentar menegur mereka semua. "Kembali ke kesibukan kalian masing-masing. Jangan ikuti aku lagi!" "Baik, Tuan!" Qoy'an dan Qoysan lekas menghilang. Aaryan dan Chander mendelik curiga lalu berceletuk, "Memangnya Papa mau melakukan apa?" "Ish, kalian ini! Sudah, sana! Papa mau menyelesaikan tugas Papa sendiri." Kedua bocah itu pun bubar tanpa bertanya-tanya lagi. Devdas ke kamar Delisha, di mana gadis itu tidur lelap. Siberian ikut masuk ke kamar itu. Devdas tutup pintu rapat-rapat kemudian ia memandangi kekasih kecilnya dengan sorot mata lembut. Ia bergumam sambil melangkah mendekati ranjang. "Sayang, kau tahu selama aku masih memiliki tubuhmu, kau tidak akan pernah bisa jauh dariku." Ia duduk di sisi Delisha kemudian menunduk mencium bibirnya. *** Aku rasa tidak ada seorang pun berhak mengekangku, pikir Delisha saat dalam pelariannya. Awalnya ia mengira menemukan kebebasannya, tetapi segalanya terasa mengerikan ketika entitas -entitas lain bermunculan menghalangi jalannya. Begitu ia berbalik, ada juga yang sudah menunggu di belakangnya dan dari tampang serta cara mereka memandangnya, mereka tidak berniat menolongnya. Mereka maju serempak mengerubunginya. "Apa yang kalian inginkan?" tanya Delisha getir seraya melayang mundur. Mereka tidak menjelaskan apa pun, malah semakin berani menyentuhnya dengan jambakan kasar dan tak segan melukainya. Delisha terpekik sambil menyedekap tubuhnya. "Tidak! Jangan sentuh aku! Menjauh dariku! Tidaaaak!" Seseorang, tolong aku! Di saat Delisha tak berdaya terjebak di kerumunan, tiba-tiba sekujur wujud astralnya bercahaya lembut dan terasa hangat, kemudian kekuatan dahsyat menariknya lepas dari tangan-tangan yang menjamahnya. Delisha tak berdaya melawan meskipun tahu dirinya terbawa kembali ke mansion yang ingin ditinggalkannya. Lebih terkejut lagi ia melihat pria bersayap itu sedang menunduk pada tubuhnya yang terbaring. Delisha terbelalak, tetapi segera terpejam ketika ia masuk ke dalam tubuhnya. Rasanya seperti diempas tercebur ke dalam kolam, tetapi sangat hangat dan empuk kasur. Saat ia menarik napas, kelopak matanya bergetar halus merasakan bibirnya dikatup rapat oleh sesuatu yang basah dan hangat yang menggelenyar melemaskan tangan dan kakinya. Bibirnya diemut. Itu karena pria itu menciumnya. Oh, tidak! Pria itu menciumku! Ayah Rani menciumku! Mister D ... menciumku! Tidaaak! Apa yang harus kukatakan pada ayahku? Delisha berusaha keras membuka matanya. Namun, ketika matanya terbuka lebar, tidak ada seorang pun dilihatnya. Hanya tercium aroma cologne yang sangat menggairahkan. Delisha terengah-engah serasa baru saja berlari marathon. Ia mengerjapkan mata berkali-kali, mengumpulkan kesadarannya yang terasa bagai sebuah mimpi. Ia tertelentang di ranjang tanpa tahu apa yang harus dilakukannya. Tadinya ingin marah, tetapi ia tidak melihat siapa pun. Apakah ia tadi bermimpi Mister D menciumnya? Ataukah pria itu benar-benar menciumnya lalu kabur dengan menghilang dalam sekejap? Suara Siberian menyalak-nyalak riang dalam kamar itu membuat Delisha tersadar sepenuhnya. Ia bangun duduk di ranjang. "Sibe!" katanya dan anjing itu pun melompat ke pangkuannya. Siberian menjilati wajahnya, sehingga Delisha berkelit. Mungkinkah Sibe yang menciumku? batin Delisha. Ah, ini terlalu aneh. Delisha meraih ponsel lalu berusaha menghubungi ayahnya lagi, tetapi hasilnya nihil. Ia jatuhkan ponselnya lalu memeluk erat Siberian sambil berkeluh kesah. "Aku harus pergi dari sini, Sibe. Aku ingin pulang. Aku rindu rumah. Aku rindu Daddy ...." Kemudian ia menangis sesenggukan. Devdas yang memandangi dari sudut kamar tidak melakukan apa pun kecuali menghela napas. Perlahan-lahan, sangat berhati-hati, ia mendekati Delisha lalu menyalurkan energi yang menenangkannya. Mata Delisha menjadi sangat berat, tak bisa dibuka meskipun dilawannya. Sempat terlintas di pikirannya jangan-jangan ini karena kekuatan Mister D. Namun, ia tidak bisa melawannya. Delisha kembali berbaring dan tertidur lelap. Devdas usap poni Delisha seraya mendesah putus asa. "Jika saja kau lebih dewasa, hal tidak akan sesulit ini, jaan. Kau akan tahu betapa aku mencintaimu." Devdas tidak ingin khilaf. Ia tinggalkan kamar, membiarkan gadis itu tidur lelap. Devdas ke ruang kerjanya untuk menelepon Xelios. Pria itu sengaja mempermainkannya. Setelah lama tidak bisa dihubungi, malam itu Xelios bisa dihubungi dan Devdas langsung mencecarnya. "Setelah Gea gagal, kau kirim siluman ular putih untuk menangkap Delisha. Kau benar-benar jahat, Xelios, bahkan pada anak yang sudah seperti cucumu sendiri." "Dia bukan manusia biasa, Dev, kau tahu itu." "Tetap saja hidupnya penting bagiku, bagi ayahnya dan bagi kita semua. Aku kira kau mengutamakan kemanusiaan. Pada siapa sebenarnya kau bekerja, Xelios? Apakah Zourdan mempengaruhimu? Bertahun-tahun kehidupan Delisha bisa dirahasiakan, kau malah berniat mengorbankannya lagi. Aku tidak akan bekerja untukmu lagi. Perjanjian kita berakhir!" "Kau tidak membuat perjanjian denganku, tetapi kau menjalani hukumanmu. Jangan lupa itu, Devdas, kau terikat penebusan dosamu sampai waktu yang tidak ditentukan!" "Itu perbu.dakan namanya dan aku bisa mengajukan banding atas hal itu. Aku membuat aliansi dengan jin udara dan aku tahu kalian tidak bisa menyentuh mereka, karena itu kalian disebut Underworld. Aku hanya perlu berucap, maka pasukan mereka akan turun menghancurkanmu. Jadi, berhenti mencampuri hidupku dan jauhkan tanganmu dari Delisha!" Devdas lalu menutup teleponnya dengan kasar. Ia harap itu akan menghentikan Xelios meskipun ia tidak boleh lengah karena entah apa lagi trik Xelios dan orang di belakangnya. *** Pagi harinya menjadi sangat tidak menyenangkan di mansion itu. Delisha menghadapi si kembar dan Rani. Wajahnya merah padam menahan marah. Rahangnya mengeras. "Aku sangat kecewa pada kalian!" kata Delisha. "Tega sekali kalian mempermainkan perasaanku." Aaryan, Chander, terutama Rani, mukanya paling sendu. "Kami hanya ingin kita benar-benar menjadi keluarga sesungguhnya, Delisha-ji." "Haan. Kami ingin menjodohkanmu dengan ayah kami. Kau menjadi ibu kami adalah satu-satunya hal yang kami inginkan di dunia ini." "Tapi aku tidak mencintai ayah kalian. Aku bahkan tidak mengenalnya dan ia jauh lebih tua dariku. Apa kalian sadar betapa menakutkannya itu? Aku berhubungan dengan pria yang pantas menjadi ayahku? Ayah kalian punya obsesi yang tidak wajar. Oh, pantas saja ayah kalian mengirimi aku hadiah dan bahkan mengintaiku." "Itu bukan untuk tujuan jahat. Itu untuk melindungimu. Kau menyaksikan sendiri apa yang bisa kau alami dengan kejadian malam tadi." Delisha kelu salah tingkah. Katanya, Mister D harus mengerahkan banyak kekuatannya untuk mengubah pikiran orang-orang. Salju dadakan malam itu adalah buatan mesin, begitu juga trik siluman ular. Ia juga berseteru dengan Tuan Xelios, membuat Mister D bakalan jadi sasaran orang-orang Tuan Xelios. Bukan hanya dirinya, tetapi juga seluruh keluarganya. Jika menghadapi entitas seperti malam tadi, sehebat apa pun ayahnya, ia tidak akan sanggup menghadapi. "Pokoknya aku mau pulang!" rajuk Delisha. Devdas ada di kamar tidur. Perasaannya sangat down mendengar ucapan Delisha. Namun, ia sadar tidak bisa memaksa mengerti seorang gadis belia yang masih labil. Rani juga menyadari hal itu. Ia memutuskan tidak akan menahan Delisha. "Baiklah, kau boleh pulang. Paman Vijay akan mengantarmu." Delisha kembali ke rumahnya bersama Siberian. Meskipun ia dongkol karena Siberian hadiah dari Mister D, tetapi anjing itu memberinya rasa aman dan ia sudah terlanjur sayang, Delisha tidak ingin berpisah dengan Siberian. Selama beberapa hari ke depan, Delisha tinggal di flat bersama Siberian. Nasib anjing itu jauh lebih bagus darinya. Devdas merasa miris. Karena ia sangat sayang pada Delisha, secara tersembunyi ia selalu menjaganya dari jauh. *** Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN