Gavin, Reno dan Dimas masih di kantin, Dhika datang dengan coolnya menghampiri ke tiga sahabatnya setelah mengangkat telfon.
“Lama amat sih, siapa yang telfon.” Kata Dimas
“Sorry, Bokap tadi bahas masalah cabang di Bandung.” Kata Dhika.
“Forza Shanum!.” Teriak Reno, tiba – tiba dia memanggil Forza.
Forza menoleh ke belakang, kedua matanya bertemu dengan kedua mata Gavin yang selalu sukses membuatnya gugup. Namun dengan segera Forza menguasai dirinya jangan sampai yang lain tahu kalau jantungnya kini berdetak makin kencang.
“Ya pak Reno, ada yang bisa saya bantu?” jawab Forza sesopan mungkin.
“Dapat salam dari Pak Gavin katanya kapan pulang dari Rumah Sakit, apa sudah sehat?” Reno kembali bertanya, padahal dia sendiri sudah tahu kalau Gavin yang mengantarkan Forza pulang kerumah.
“Waalaikumsalam, pulang kemaren sore pak dan Alhamdulillah sehat.” Forza menjawabnya dengan sedikit senyuman.
“Gila Vin senyum dikit saja makin manis banget tu Forza, pantes kamu makin ngejar dia.” Bisik Reno pada Gavin dan Gavin hanya tersenyum saja sambil tetap menatap gadisnya dengan penuh cinta.
“Kok cuman Forza saja yang dapat salam pak?, saya nggak dapat nih.” Kata Abell yang membuat lainnya tepuk jidat karena selalu PD.
“Wah silahkan tanyakan sama yang bersangkutan, karena tadi cuman sebutin nama Forza Shanum saja.” Jawab Reno tersenyum.
“Kan kamu nggak habis sakit Bell, jadi saya nitip salamnya buat yang habis sakit saja.” Jawab Gavin dengan santainya, dia sangat bahagia hanya karena becandaan receh dari Reno, meskipun seisi kantin memperhatikannya, Gavin tak peduli karena Cinta sudah membuatnya lupa tentang apapun.
“Kenapa lewat Pak Reno, kenapa nggak langsung ngomong sendiri saja sama Forzanya pak.” Kata Abell lagi yang sukses dihadiahi cubitan oleh Forza dan Abell pun berteriak kesakitan.
“Bel lu apaan sih jangan bikin gue malu ya, tuh fans pak Gavin ngeliatin gue semua.” Bisik Forza yang makin kesal sama sahabatnya ini.
“Nggak usah di liat, anggap mereka nggak ada Za.” Jawab Abell sambil mengusap tangannya yang di cubit Forza, dia memang ingin sekali sahabatnya ini memiliki perhatian atau sedikit menyukai dosennya itu.
Tanpa di sangka Gavin berjalan mendekat ke meja dimana Forza berada membuat mahasiswi fans clubnya berteriak histeris.
“Alfa, saya boleh minta tolong kamu pindah duduknya? saya mau duduk di sini.” Kata Gavin.
“Bisa, silahkan pak.” Jawab Alfa yang kemudian pindah kursi.
Gavin duduk di kursi bekas Alfa yang tepat berada di samping Forza. matanya menatap Forza, gadis yang sangat dia cintai.
“Apa kabar Za?” tanya Gavin sambil tersenyum.
“Baik.” Jawab Forza singkat.
“Kenapa buburnya nggak di habisin, nggak enak ya? Apa mau saya suapin?” kata – kata Gavin sontak membuat siapa pun yang mendengarnya kaget dan heboh tak percaya, termasuk Forza sendiri yang tak menyangka dosennya akan berbicara seperti itu di tempat ramai.
“Aaaaa pak Gavin so sweet banget sih sampai mau suapin Forza segala bikin iri saja.” teriak Abell membuat seisi kantin saat ini menatap ke arah Forza dan Gavin. Forza menunduk merutuki sahabatnya yang punya mulut seperti petasan ini.
“Nggak salah tuh bocah sekarang makin berani deketin Forza.” Kata Dimas.
“Udah Nggak nahan kali, takut ada yang duluin haha.” Jawab Reno.
Sementara Forza bingung harus menjawab apa dia benar – benar malu saat ini menjadi pusat perhatian, “Saya sudah kenyang pak.” Jawab Forza menunduk.
“Makan yang banyak biar nggak sakit lagi, kalau kamu sakit saya jadi sedih, obatnya jangan lupa di minum saya balik ke ruangan dulu.” Gavin berdiri kemudian mengusap rambut Forza membuat heboh seisi kantin bahkan sahabat Gavin dan Forza pun ikut kaget melihat Gavin yang mengusap rambut Forza dengan penuh kasih sayang.
Gavin melangkah meninggalkan Forza namun baru beberapa langkah dia berhenti dan membalikkan badannya memanggil Forza.
"Forza." panggil Gavin.
"Ya." jawab Forza menoleh ke belakang, tak disangka Gavin Kiss bye dan mengerlingkan mata kanannya menggoda Forza membuat seisi kantin heboh dengan teriakan para fans Gavin.
Forza syok melihat dosennya itu yang makin menggila, Forza buru - buru menunduk karena malu.
“Za jelasin, kenapa pak Gavin sampai kaya gitu? Lu ada hubungan apa sama pak Gavin? kenapa pak Gavin kiss bye dan genit begitu sama lu? jawab Za” cecar Abel saat Gavin dan ketiga sahabatnya sudah meninggalkan kantin.
“Apaan sih, gue juga nggak tahu kenapa tadi kaya gitu, salah minum obat kali pak Gavin, nggak usah di permasalahkan sih” Jawab Forza kesal.
“Masalahnya Za pak Gavin dosen tampan yang fansnya bejibun, gue yakin deh mulai detik ini lu bakal jadi artis dadakan nggak cuman satu Fakultas tapi juga satu universitas Za. Lu siap – siap saja nerima amukan fans fanatik pak Gavin.” Nadia yang dari tadi diam sekarang juga ikut angkat bicara.
“Lu ko malah nakutin gue Nad.” Kata Forza
“Nadia gak nakutin lu Za, tapi ngingetin lu buat hati – hati mulai dari sekarang.” Abell kembali menimpali obrolan.
“Nggak usah takut Za, ada gue sama Alfa yang selalu siap jadi bodyguard lu. Lagian kalau beneran lu ada hubungan sama tu dosen wajarlah, lu cewek dia cowok apa lagi lu cantik jadi nggak masalah.” Adit juga ikut buka suara.
“Kalian tahu sendiri gue nggak mau mikir begituan, fokus gue cuman bahagiain Bunda dan ke dua adik gue.” Jawab Forza.
“Lu juga berhak bahagia Za, jangan terlalu menutup hati dan ngorbanin kebahagiaan lu Za.” Kata Abell lagi.
“Tanks buat kalian semua.” Jawab Forza.
***
Seminggu sudah sejak kejadian di kantin saat Gavin dengan terang – terangan mendekati Forza, Forza merasakan kalau hidupnya nggak tenang. Bukan cuman Gavin yang makin terus mendekati Forza yang di bantu ketiga sahabatnya yang makin menjadi, Forza juga di buat stress karena makin banyak Fans dari Gavin yang menerornya bahkan ada juga yang terang – terangan melabrak Forza.
“Za di cariin anak BEM tuh.”
“Hah, ngapain nyari gue?”
“Mana gue tau, samperin aja sono depan kelas.”
“Oke.” Forza keluar kelas dan menemui anak BEM yang mencarinya.
“Kak Forza Shanum ya?”
“Iya, ada apa ya?”
“Ini kak kedatangan kita kesini buat kasih tahu kalau kakak di pilih buat tampil di acara ulang tahun Universitas.” Kata salah satu anak BEM.
“Tampil apa dek?” Tanya Forza.
“Nyanyi kak.”
“Nyanyi? Saya nggak bisa dek coba cari yang lain saja.” Jawab Forza.
“Nggak bisa kak, yang pilih kakak bukan saya tapi pak Dhika selaku dekan.” jawab anak BEM.
“Pak Dhika?” tanya Forza.
“Iya kak, dan untuk waktu latihannya nanti di kabari lagi ya kak, nanti kakak dua kali tampil, nyanyi sendirian satu lagu kata pak Dhika kakak memainkan piano atau alat musik lainnya dan lagu yang satunya kakak duet dan teman duet kakak saya belum tahu siapa kata pak Dhika kejutan.” ujar anak BEM panjang lebar membuatku kesal.
“Saya nggak bisa janji ya dek, saya mau ketemu pak Dhika dulu barangkali ada kesalahan.” kataku.
“Baik kak, kalau gitu kita pamit ya.” Forza menganggukan kepalanya dan kembali masuk ke kelasnya, memikirkan apa yang harus dia katakan saat bertemu Dekannya itu.