Gavin Pov
Hening di dalam ruang rawat inap gadisku, kami merasa canggung gara – gara omongan mamah tadi. baru kali ini aku merasa tak bisa berkutik di depan wanita, biasanya mereka yang duluan merayu tapi kali ini berbeda dan membuat otakku yang cerdas ini mendadak mampet nggak bisa mikir harus gimana.
Tok tok tok
Pintu rawat inap ada yang mengetuk dan tak lama terbuka.
Ceklek
“dokter Gavin ko di sini?” tanya dr. Ayu yang nampaknya kaget aku berada di sini, aku pun tersenyum.
“Iya dokter Ayu, nungguin pasien nih.” Kataku sambil melirik gadisku yang hanya diam saja.
“Nona Forza masih kerabat dokter ya.” Bukan dok, dia calon ibu dari anak – anakku. Ingin sekali aku menjawab seperti itu tapi apalah dayaku ini.
“Iya dok.” Jawabku asal.
“Oh pantes, Hai Nona Forza gimana kabarnya hari ini?” tanya dr. Ayu pada gadisku.
“Sudah jauh lebih baik dokter.” Jawabnya tersenyum manis.
“Syukur Alhamdulillah, ada keluhan yang dirasakan saat ini?”
“Nggak ada dok, Mmm dok apa sore ini saya bisa pulang?” apa – apaan gadisku ini dari tadi maunya cepat pulang terus, apa dia nggak nyadar juga wajahnya masih pucat begitu.
“Nunggu hasil Lab dulu ya, kemungkinan kalau hasil labnya baik semua bisa pulang besok nggak bisa sore ini.” Good job dr. Ayu, syukurlah kasih jawaban yang tak mungkin gadisku bantah.
“Terima kasih dok.” Jawab gadisku yang terlihat sedikit kecewa.
“Sama – sama nona Forza saya permisi dulu ya, mari dokter Gavin.” Pamit dr. Ayu yang di angguki gadisku.
“Silahkan dokter Ayu.” Jawabku.
“Bapak mau sampai kapan disini, memangnya nggak ngajar atau ngesift?” setelah dr. Ayu keluar ruangan gadisku justru bertanya seperti ini.
“Kenapa? Nggak boleh ya di sini menemani kamu? Tenang saja saya nggak ada kelas lagi, dan saya masih sift malam jadi masih santai.” Jawabku.
“Barangkali Bapak mau istirahat buat persiapan ngesift nanti malam, saya nggak apa di tinggal kok.” Dia benar – benar perhatian apa hanya ingin aku pergi dari sini saja sih perasaan dari tadi niat banget ngusir.
“Saya nggak akan ninggalin kamu Za, saya sudah di kasih amanah buat jagain kamu. Sekarang tidur ya, saya di sofa kalau butuh apa – apa panggil saja.” Aku tahu mungkin dia ingin istirahat tapi tak nyaman karena ada aku di sampingnya, gadisku hanya mengangguk.
****
Setelah 2 hari opname hari ini gadisku kembali masuk kuliah, meski terlihat belum begitu sehat dia tetap semangat untuk kuliah. Gadisku turun dari ojol dan berjalan masuk ke gerbang kampus.
Tin tin
Gadisku menoleh karena aku sengaja membunyikan klakson saat dekat dengannya dan aku buka kaca jendela agar dia bisa melihatku.
“Za ko sudah masuk saja, kenapa semalam nggak bilang? Kan saya bisa jemput kamu.” Kataku, ya kalau semalam saat aku telfon dia bilang kalau pagi ini masuk kuliah pasti aku jemput.
“Terima kasih pak, maaf saya nggak mau ngerepotin Bapak lagi pula saya masih bisa pesan ojol. Mari pak Gavin saya duluan.” gadisku segera pergi tanpa menunggu jawaban dari dariku.
Aku memandang gadisku yang makin menjauh dan tak terlihat, entah kenapa aku merasakan kalau gadisku berbeda, sejak Mamah membuka rahasiaku yang sudah menyukai dia dari 2 tahun lalu. Mungkin aku mesti cari cara lain lagi buat deketin gadisku, sekarang sudah nggak bisa slow lagi kali ini boleh lah pakai saran Reno deketin gadisku lebih intens dan berani lagi.
Dari parkiran aku langsung ke ruang kerja Dhika yang ternyata sudah ada Reno dan Dimas di sana.
“Datang juga, dari tadi ditungguin.” Kata Reno.
“Ada apaan tumben nungguin aku?”
“Hari ini Forza sudah masuk kuliah, tadi aku lihat jalan ke arah kantin.” Kata Reno lagi.
“Kita ke kantin yuk, aku traktir.” Ajakku pada mereka bertiga yang langsung dijawab oke.
.
Author Pov
Forza tiba di kantin dan segera menghampiri sahabatnya.
“Eh Za lu ko udah masuk saja, emang udah sehat?” tanya Abell sahabatnya.
“Alhamdulillah udah, gue bukan lu ya bel yang pilek saja bisa seminggu nggak masuk.” Jawab Forza.
“k*****t lu.”
“Lagian gue nggak apa, Bunda gue saja yang heboh langsung ke rumah sakit padahal mah nggak usah ke rumah sakit juga gak apa.” Jawab Forza santai.
“Nggak papa apanya lu pucat dan lemes banget kaya gitu, wajarlah Bunda lu panik kan lu nggak pernah pingsan sekalinya pingsan lama banget gue kira lu lewat haha.” Abell tertawa.
“s****n lu Bell doain yang baik kek jangan begitu.” jawab Forza.
“Sorry sorry beb gitu saja langsung ngambek.” kata Abell.
“Mau pesan apa Za gue pesenin, lu duduk saja.” Kata Alfa tiba – tiba.
“Gue minum saja deh, jus Alpukat.” Jawab Forza.
“Oke gue pesenin.” Alfa pun pergi memesan jus Alpukat.
Mereka pun bersenda gurau seperti biasanya, tanpa Forza sadari di kantin ada yang sedari tadi memperhatikannya, sepasang mata yang terus menatapnya karena ada rasa cemburu melihat Forza berdekatan dengan pria lain. Tak lama mbak – mbak kantin datang ke meja Forza dkk mengantarkan bubur ayam untuk Forza.
“Mbak Forza ini ada Bubur Ayam buat mbak.” Kata mbak kantin.
“Saya nggak pesan mbak.” Jawab Forza karena memang dia tidak memesannya.
“Tapi ini sudah di pesan dan saya di minta mengantarkannya ke mbak Forza.” Jawab mbak kantin lagi.
“Siapa yang pesan mbak?” tanya Forza.
“Itu ada notesnya mbak, silahkan selamat menikmati.” Kata mbak kantin lagi sambil berlalu pergi.
“Gila Forza sudah ada penggemarnya loh di sini, perhatian banget sampai ngirim Buryam haha.” Abell kembali menggoda Forza.
Forza mengambil notes dan membacanya.
Makan bubur jangan cuman minum jus, jaga kesehatan jangan sampai sakit lagi.
From : G
“G siapa Za?” tanya Abell kepo.
“Nggak tahu.” Jawab Forza.
Gavin melihat Forza yang hanya memandang buburnya tanpa menyentuh, sepertinya dia ragu untuk makan karena nggak tahu siapa yang sudah memesankannya.
Tiba – tiba ada pesan masuk pada ponsel Forza dan diapun segera membacanya.
Pak Gavin
Makan buburnya nanti keburu dingin nggak enak, itu saya yang pesan.
Forza
Terima kasih pak, Bapak ngapain repot – repot
Pak Gavin
Saya nggak pernah repot jika menyangkut kamu Za, buruan makan jangan cuman di liatin saja nanti saya cemburu sama itu bubur karena kamu liatin terus.
Forza tersenyum membaca pesan yang Gavin kirimkan, dia pun memasukan ponselnya ke dalam tasnya dan memakan buryam pemberian Gavin.
“Gue kira nggak mau lu makan Za, mau gue minta malah lu makan.” Kata Adit.
“Sayang kalau masuk perut lu, mending juga perut gue biar makin sehat.” Jawab Forza yang dihadiahi toyoran oleh Adit.
“Makan yang banyak Za, nanti kalau kurang gue beliin lagi.” Kata Alfa tersenyum.