Pagi - pagi Forza sudah tempur di dapur membuatkan sarapan untuk suaminya, karena sebelum jam 8 dia juga harus sudah tiba di Rumah sakit tempat Koassnya.
Saat sedang bertarung dengan spatula dan wajan tiba - tiba ada tangan yang melingkar di perut Forza, dari wanginya saja tanpa menoleh Forza sudah tahu siapa yang sudah memeluknya.
"Morning my wife." sapa Gavin mengecup pipi istrinya.
"Morning." jawab Forza tersenyum, "Duduk manis tunggu sebentar lagi sarapan siap, jangan ganggu aku karena hari ini aku harus datang lebih awal ke Rumah sakit." lanjut Forza.
"Masih pagi, kalau cuman peluk nggak masalahkan." Kata Gavin sambil mengecup leher istrinya berkali - kali.
"Nggak masalah, tapi kalau peluk sambil ndusel kaya gini bisa jadi masalah." jawab Forza, "Duduk sana mas, sudah jam 7 nanti aku bisa terlat." lanjut Forza.
"Iya iya, istri mas makin cerewet deh." Gavin melepas pelukannya, mencium pipi istrinya lalu duduk manis menunggu istrinya membawakan sarapan.
"Ini sarapannya." kata Forza.
"Terima kasih sayang."
"Sama - sama."
Selesai sarapan Gavin dan Forza berangkat bersama ke Rumah Sakit, hari ini hari pertama Forza dan teman – temannya menjalani koas, masih pengenalan ruangan dan juga pembagian stase, bukan hanya dari fakultas Forza saja tapi ada beberapa fakultas kedokteran dari universitas lainnya.
Forza dan Nadia mendapatkan stase Emergency Medicine, Dhika datang menemui para mahasiswanya, “Gila dokter Dhika gantengnya naik bertingkat – tingkat saat pakai Snelli Za.” Kata Nadia, Forza pun ikut melihatnya.
“Iya tapi laki gue masih tetap satu tingkat diatas pak Dhika.” Jawab Forza santai.
“Iya percaya, laki sendiri mah jelek juga kelihatannya paling tampan.” Forza tertawa geli mendengar kalimat sarkas dari Nadia.
“Kenapa Za? Ketawa nggak ngajak saya” Kata Dhika.
“Nggak apa dokter Dhika.” Forza tersenyum.
“Sudah orientasi sama pembagian, yang nggak ada jadwal boleh pulang, ingat ya kalian harus kritis banyak bertanya dan jangan sungkan untuk mencoba, jangan malu – maluin Almamater kalian, jaga diri dan nama baik Almamater.” Nasihat Dhika.
“Baik pak.”
“Kamu dapat apa Za?” tanya Dhika
“Dapat EM pak, sama dokter Antonius.” Jawab Forza, Dhika mengangguk.
“Banyakin tanya dan jangan pernah menolak kalau kamu di minta melakukan tindakan kalau nolak selamanya nggak akan diminta melakukan tindakan lagi, bukan cuman buat Forza tapi buat semuanya juga ya ingat semua pesan saya.” Dhika pergi meninggalkan mahasiswanya.
"Lu mau pulang Za?" tanya Nadia.
"Tanggung, gue ke ruang laki gue saja nunggu di di sana." jawab Forza.
"Oke, gue sama Adit pulang dulu ya." Pamit Nadia dan Forza pun mengangguk.
*******
Sudah 2 minggu Forza menjalani koass membuat waktu Forza dan Gavin makin berkurang di rumah, Gavin selalu saja mencari cara agar bisa bertemu istrinya dikala kesibukannya membuat Forza pening. Seperti saat ini Forza melihat Gavin berjalan menuju IGD dan secepat kilat Forza bersembunyi.
“Sore dokter Gavin.” Sapa salah satu suster senior IGD.
“Sore juga, ada yang lihat istri saya? Dia harusnya di sini kan.” kata Gavin, matanya terus mencari keberadaan istri tercintanya.
“Perasaan tadi ada lagi duduk dok, apa di ruang istirahat mungkin dok sebentar saya cari.” Perawat senior ke ruang istirahat namun Forza nggak di sana, “Maaf nggak ada ternyata dok, tapi kalau keluar pasti kita lihat.”
“Ya sudah nggak apa, makasih ya.” ujar Gavin sambil melangkah pergi meninggalkan IGD.
Setelah Gavin pergi, Forza keluar dari persembunyiannya, “Loh ini dia Nyonya Gavin, tadi dicariin kemana aja sist?” kata Mbak Via perawat senior.
“Masuk ruang rahasia.” Jawab Forza.
“Suaminya nyari malah ngumpet, suruh ke ruangan dokter Gavin sekarang Za.” kata mas Ciko, perawat senior juga.
“Nanti saja...” Forza belum melanjutkan perkataannya, Ponselnya berdering.
My Husband Calling....
“Ya Hallo.”
“Keruangan mas sekarang.”
“Aku lagi jaga.”
“Kamu yang kesini apa mas yang datang lagi ke IGD, mas gendong bawa ke sini.”
“Nyebelin.”
Forza langsung mematikan panggilan dari suaminya.
“Kenapa Nyonya Gavin kayanya kesel banget.” Tanya mas Ciko.
“Izin ya mas keluar sebentar.”
“Lama juga nggak apa kan mau ketemu suami.” Goda mas Ciko.
“Mas boleh minta tolong nggak?”
“Apaan? Perasaan aku nggak enak nih.”
“Nanti chat saya atau telfon bilang ada pasien stase saya, bisa ya mas.” Forza memohon dengan puppy eyesnya.
“Takut Za, kalau ketahuan gimana? Kamu belum pernah liat sih suamimu itu kalau ngamuk serem banget.” Kata mas Ciko bergidik ngeri, Gavin dan Dhika memang terkenal bukan hanya karena tampan tapi juga karena galaknya.
“Hmmm ya sudah lah.” Forza berjalan menuju ruang kerja suaminya.
Ceklek
Forza membuka pintu kerja suaminya tanpa mengetuk terlebih dahulu, saat ini dia sedang kesal sama suaminya yang tampan tapi nyebelin itu.
“Lama amat sih, emang sejauh apa IGD sampai ruangan mas.” Forza langsung mendapat ocehan Gavin.
“Mas ko marah sama aku, mas saja yang nggak ngertiin banget aku lagi koass mas nggak bisa pergi seenaknya sendiri, lagian ada apa sih nyuruh ke sini awas saja kalau nggak penting aku bakal diemin mas seminggu.” Gerutu Forza.
Gavin berjalan mendekati Forza yang masih di depan pintu, Gavin mengunci pintu dan membawa Forza duduk di Sofa, Gavin menangkup wajah Forza dengan kedua tangannya, matanya menatap istri tercintanya dengan sangat rindu, ya Gavin rindu karena selama istrinya koass mereka susah untuk bertemu.
“Mas kangen, sama ini.” Gavin mengecup bibir Forza sekilas, “Walau bawel tapi mas selalu merindukannya setiap detik, kamu nggak kasian sudah 2 minggu kita jarang tidur bareng apa lagi 4 hari ini kita sama sekali nggak bisa ketemu selalu beda jadwal, junior mas udah pengin kamu sayang lagi.” Kata Gavin sambil tersenyum menggoda istrinya.
“Mas Gavin ihh.” Wajah Forza langsung merona.
“Beneran sayang mas nggak bohong, sejak nikah masih bisa dihitung jari paling 5 apa 6 kali kamu kasih mas jatah.” gerutu Gavin.
“Iya tapi dalam satu kalinya itu kan kamu bisa berkali – kali.” Forza tak mau kalah ikut menggerutu juga.
Gavin nyengir, “Mau ya di sini, sekali saja mas janji asal mas nggak pusing sayang, kepala mas puyeng terus belum juga ganti oli.” rayu Gavin.
“Sekalinya kamu mah di kalikan lagi mas, ini rumah sakit loh, aku juga nggak bawa baju ganti.” kilah Forza.
“Kamu tenang saja mas sudah siapin semuanya, termasuk baju ganti. Tadi mas bawa tuh di paperbag.” Tunjuk Gavin pada paperbag di atas meja kerjanya.
“Bener – bener kamu niat banget sih mas.” Forza menatal suaminya yang senyam senyum.
“Demi kamu sayang, boleh ya?” Forza pun hanya mengangguk, mana tega dia melihat suami tampannya yang sudah merayu.