Aku Gavin Mahendra, putra tunggal dari Ardan Mahendra dan Ranti Mahendra, saat ini aku bekerja di Rs ABDI International sebagai dokter bedah saraf dan juga menjadi dosen di salah satu Universitas ternama di Jakarta.
Hari ini aku sangat gugup karena mulai semester ini aku akan mengajar di salah satu kelas yang terdapat gadis pujaanku, gadis yang sudah membuatku jatuh cinta sejak pertama kali melihatnya, gadis yang sudah berhasil membawa lari semua hatiku.
Aku berjalan menuju kelas, setiap langkah kaki aku meyakinkan diriku untuk bersikap biasa dan nggak gugup, semakin dekat dengan kelas gadisku semakin tak terkendali detak jantungku membuatku berhenti sejenak untuk menghirup nafas panjang dan menghembuskan perlahan agar aku merasa lebih rileks.
Gila baru kali ini aku jatuh cinta begitu dalamnya, jangankan melihat langsung wajahnya aku hanya mendengar namanya disebut saja jantungku sudah kebat kebit tak karuan, sungguh benar – benar dahsyat pengaruhnya untukku.
Aku membuka pintu kelas dan memasukinya, kelas yang tadinya ramai kini menjadi sepi karena kedatanganku.
“Selamat pagi.” Sapaku pada mahasiswa dan mahasiswi di kelas ini.
“Pagi.” Kata mereka serempak.
“Sekarang jam kuliahnya Bu Arum ya?” Tanyaku karena memang sekarang harusnya Bu Arum yang mengisi tapi beliau meminta tukar jam mengajar.
“Iya pak.”
“Bu Arum minta tukaran sama saya karena beliau ada urusan, untuk pertemuan selanjutnya sesuai jadwal.” Kataku menjelaskan.
“Oke pak.”
“Gila ganteng banget pak Gavin, auranya bener – bener bikin mupeng.” Aku masih bisa mendengar bisik – bisik mahasiwiku, aku sudah terbiasa mendengar pujian seperti itu jadi biasa saja, akan jadi luar biasa jika gadisku yang mengatakannya. Aku memindai seisi ruangan mencari keberadaan gadisku dan ya aku menemukannya dia berada di pojok barisan paling belakang.
Aku menatapnya dan pada saat yang bersamaan dia pun menatapku hanya sesaat karena dia langsung mengalihkan pandangannya pada buku yang ada di depannya, rasanya benar – benar membuat tubuhku menghangat, tatapannya sukses membuat jantungku kembali kebat kebit tak karuan.
“Oke sebelum perkuliahan dimulai sesi perkenalan saja dulu ya, walaupun saya yakin rekan – rekan semuanya mungkin sebagian besar sudah mengenal saya. Perkenalkan saya Gavin Mahendra biasa di panggil Gavin, umur 25 tahun, selain mengajar saya juga bekerja di RS ABDI International, apa ada yang mau ditanyakan?” kataku setelah bisa menguasai diriku lagi.
“Udah punya pacar apa belum pak, mau daftar dong kalau belum.” Tanya salah satu mahasiswi yang entah siapa namanya karena ini pertama aku mengajar di sini.
“Alhamdulillah belum, kalau ada maunya cari calon istri langsung nggak usah pacaran.” Kataku dengan sedikit tersenyum dan tak lupa melirik gadisku yang masih asyik dengan buku di depannya, tak seperti gadis lainnya yang selalu menatapku dengan tatalan memuja, gadisku dia amat sangat cuek membuatku makin penasaran untuk memdekatinya dan juga memilikinya.
“Daftar dong pak Gavin.” Katanya lagi, aku tak menjawabnya lagi karena sungguh malas tapi jika itu yang bilang gadisku dengan senang hati aku akan menjawab ‘Boleh,’ Tapi sayangnya bukan gadisku.
“Ada yang mau di tanyakan lagi?” kataku lagi.
“No Wa pak.” Kata mahasiswi lainnya yang duduknya nggak terlalu jauh dari mahasiswi tadi.
“Nomor saya nanti saya kasih ke PJ saja, kalau ada penting bisa lewat PJ untuk di sampaikan ke saya, baik kalau begitu saya absen dulu ya.” Jawabku yang langsung membuka jurnal absensi.
“Abella dwi dharma”.
“Hadir.”
“Alfa putra wijaya”
“Hadir
“Bagas perwira”
“Hadir.”
“....”
Aku mengabsen semuanya sesuai urutan, Kini giliran gadis yang selalu membuatku penasaran dari awal jumpa saat Ospek dulu, gadis pencuri hatiku.
“Forza Shanum A.”
“Hadir.” Aku kembali menatapnya sekilas dan melanjutkan absensi hingga selesai.
“Baik semua sudah saya absen ya, penanggung jawab kelas atau ketua kelas di sini siapa?” tanyaku dan tak lama seorang mahasiswa menaikkan tangannya.
“Saya pak.” Jawabnya.
“Sekarang saya mau PJ matkul saya. Apa anda bisa menujuk salah satu teman di kelas ini yang bisa menjadi PJ saya.” Kataku.
“Forza saja Fa.” Kata seseorang yang duduk di samping gadisku, membuatku bahagia dalam hati.
“Nggak Fa, Abell saja dia sudah berharap tuh.” Kata gadisku menolak.
“Saya setuju.” Jawabku cepat agar sang ketua kelas juga menyetujui.
“Loh pak, maaf biasanya PJ laki – laki dan yang nentuin PJ ketua kelas, saya nggak berminat jadi PJ.” Katanya protes, membuatku gemas.
“Itu biasanya kan, kalau sekarang saya mau yang nggak biasa saya mau anda yang menjadi PJ matkul saya Nona Forza Shanum.” Jawabku tegas
“Nggak bisa gitu pak, saya nggak tahu juga kerjaan PJ apa saja.” Lagi gadisku protes.
“Nanti bisa ditanyakan sama ketua kelas apa tugas dari PJ.” Kataku lagi tak mau kalah, ya aku tak mau menghilangkan kesempatan emas ini agar bisa selalu dekat dengan gadisku.
“Tapi pak.” Kembali gadisku akan protes namun ucapannya keburu di potong ketua kelas.
“Udahlah terima saja napa sih Za, kalau debat terus kapan perkuliahan dimulai.” Kata si ketua kelas, good job aku bertepuk tangan penuh kemenangan dalam hati melihat gadisku mencebikkan bibirnya membuatku makin gemas melihatnya.
“Saya setuju pak Forza jadi PJ pak Gavin dia paling cerdas di sini, saya sebagai ketua kelas setuju.” Katanya lagi.
“Baik kalau begitu sudah deal ya PJ saya siapa, kita mulai perkuliahannya.” Kataku final.