Author Pov
Forza sedang di make up oleh perias langganan Mamahnya Gavin, karena ini kemauan Gavin dan nggak bisa Forza tolak padahal Forza bisa Make up sendiri.
“Masya Allah nak Forza cantik sekali, pantas mas Gavin sangat mencintai nak Forza. Buruan di sahin ya.” kata Ibu perias.
“Saya sama mas Gavin nggak ada hubungan apa – apa selain sahabat ko bu.” jawab Forza.
“Loh bukannya kalian sudah lamaran?”
“Lamaran? Nggak kok bu.”
“Waktu malam minggu bu Ranti minta di make up katanya mau melamar nak Forza yang ternyata anak sahabat lama bu Ranti dan kemaren sebelum bu Ranti berangkat dinas ke Surabaya sempat ketemu sama saya kata Bu Ranti lamarannya di terima.”
“Kita cuman makan malam saja ko bu, nggak ada acara lamaran.”
“Oh gitu ya.”
Forza mengangguk tapi di dalam otaknya terus berpikir kenapa wanita yang meriasnya tahu masalah lamaran sedangkan dia sendiri tidak mengetahuinya. Apa jangan – jangan saat Forza dan Gavin diminta keluar membawa Firza dan Fahri didalam Mamah Ranti melamar Forza langsung ke Bundanya. Forza penasaran dan ingin segera menanyakan langsung sama Bundanya.
Tok tok tok
“Masuk.”
“Kak Forza, setelah ini kakak tampil, kakak main piano juga ya?” Tanya anak BEM yang masuk ke ruang rias Forza.
“Iya dek.” jawab Forza.
"Ayo kak keluar, habis ini kakak." Forza pun mengangguk keluar dari ruang riasnya.
Di belakang panggung tempat acara Forza sudah bersiap menunggu namanya di panggil.
“Untuk penampilan selanjutnya mari kita sambut Forza Shanum dari Fakultas kedokteran yang akan membawakan lagu sampai menutup mata. Untuk Forza Shanum tempat dan waktu kami persilahkan.” Panggil sang MC acara.
Lampu tiba – tiba padam, semua hening dan terlihat lampu menyorot langkah seorang gadis yang berjalan begitu anggun mengenakan gaun panjang berwarna Mocca, rambutnya di gerai dengan sedikit di curry bagian bawahnya, make up pas sangat natural untuk wajahnya. Semua mata tertuju padanya.
Gavin yang terus memandang gadisnya dengan begitu kagum, ingin rasanya dia berlari ke panggung dan memeluk gadisnya, menutup wajahnya agar tidak ada yang memandang wajah gadisnya dengan begitu memuja.
Bukan hanya Gavin tapi juga ada seseorang yang sudah mencintai gadis itu sejak dia masih memakai seragam biru putih, seseorang yang amat sangat mencintai Forza tapi hanya bisa ia lakukan dalam diam, dia tersenyum bangga pada gadis pujaan hatinya dengan degupan kencang di dadanya, degupan yang kian hari kian kencang setiap melihat wajah Forza.
“Vin Forza cantik banget, gila kalau belum kamu incer pasti habis ini aku kejar dia sampai dapat.” Bisik Reno pada Gavin.
“s****n, punya aku itu awas saja kalau berani naksir aku lempar kamu ke laut.” Jawab Gavin.
“Hahaha santai kali bro.”
Forza, gadis yang sekarang menjadi pusat perhatian karena kecantikannya, berjalan dengan anggun menuju piano. Dadanya berdegup kencang karena ini pengalaman pertamanya tampil di depan teman – temannya.
Suara piano mulai terdengar mengalun dengan indahnya, tak lama suara emas Forza mulai terdengar membuat yang hadir berteriak dan tepuk tangan.
“Gila ternyata Forza punya suara emas yang dia sembunyiin dari kita – kita.” Seru Abell
“Iya nggak nyangka banget bisa nyanyi seindah itu apalagi sambil main piano itukan susah, nggak mungkin 1 minggu cukup buat belajar.” Kata Adit
“Gue bangga sama Forza, dia punya banyak bakat tapi nggak sombong” kata Alfa
Mereka semua takjub menyaksikan Forza Shanum yang ternyata lihai bermain piano dan memiliki suara emas yang selama ini di sembunyikannya, apalagi dengan penampilannya saat ini jauh berbeda dari biasanya yang berpenampilan tomboy, saat ini dia begitu feminim.
Aku tak mudah untuk mencintai
Aku tak mudah mengaku kucinta
Aku tak mudah mengatakan
Aku jatuh cinta
Senandungku hanya untuk cinta
Tirakatku hanya untuk engkau
Tiada dusta, sumpah kucinta
Sampai 'ku menutup mata
Cintaku
Sampai 'ku menutup mata
Suara tepuk tangan bergemuruh ramai setelah Forza mengakhiri penampilannya bahkan beberapa dosen berdiri termasuk Gavin yang tersenyum bangga melihat gadisnya sukses membuat semua orang kagum.
Forza berjalan menuju ruang rias karena dia harus mengganti baju untuk penampilan keduanya. Forza terkejut saat ada yang menarik tangannya, saat menoleh ternyata Gavin dan dia tersenyum sangat manis pada Forza membuat jantung Forza berdegup kencang.
“Za kamu sangat cantik, selamat penampilan kamu sungguh luar biasa.” Puji Gavin.
“Makasih mas, padahal aku sudah deg degan banget takut ada kesalahan.”
“Nyatanya kamu tampil dengan sangat sempurna, aku bangga sama kamu Za.”
Cup
Tiba – tiba saja Gavin mencium kening Forza dan membuat Forza diam memantung karena saking kagetnya.
“Kenapa tegang begitu?” tanya Gavin dengan senyum jahilnya.
“Kenapa mas cium aku?”
“Itu hadiah dari mas karena mas bangga sama kamu.”
“Itu bukan hadiah, tapi bisanya kamu saja mas ngambil kesempatan dalam kesempitan.” Omel Forza dan Gavin justru tertawa.
“Peribahasanya gitu amat sih Za.” Gavin menyentil pelan hidung mancung Forza.
"Aww sakit tahu, suka banget deh nyentil." Forza mengusap hidungnya.
"Habisnya kamu bikin mas gemas Za, mas jadi rindu sama yang manis itu." Gavin menunjuk bibir Forza degan gerakan kepalanya yang sontak bahunya langsung mendapat pukulan dari Forza.
"Nggak usah macam - macam ini kampus, tempat ramai."
"Kalau sepi boleh?" tanya Gavin dengan senyum jahilnya.
"Mass!!" seru Forza, selalu saja Gavin membuatnya kesal.
"Apa sayang." jawab Gavin makin terkekeh.
Deg
Forza diam mematung mendengar Gavin memanggilnya sayang, Gavin melihat ekspresi wajah gadisnya jadi gemas, secepat kilat Gavin mengecup bibir Forza membuat sang pemilik bibir marah.
"Mas, kamu ini ya bener - bener mengambil kesempatan dalam kesempitan."
"Tapi kamu suka kan?" Gavin mengedipkan mata kanannya menggoda Forza membuat pipi Forza kian merona.
"Cieee blushing." Gavin mencolek pipi Forza yang merona, "Mas suka kalau lihat kamu blushing jadi pengin..."
"Mas!!! iihhh nyebelin kamu tuh." Forza memukul lengan Gavin, bukannya kesakitan tapi dia malah tertawa membuat Forza makin kesal.
“Ekhem, kalau mau mojok nanti saja ya jangan sekarang karena acara belum selesai.” Celoteh Dimas yang datang bersama Dhika dan Reno juga.
Gavin terkekeh mendengar ucapan Dimas yang otomatis membuat pipi gadisnya merah merona, Gavin makin gemas melihatnya.
“Ngapain sih kalian ke sini, ganggu saja.” Keluh Gavin sambil melipat kedua tangannya di d**a.
“Kita juga mau ngucapin selamat sama Forza karena penampilannya sangat spektakuler, rasanya tadi kaya lihat konser sungguhan.” Kata Reno.
“Za makasih ya, udah tampil dengan sangat baik. Keyakinan saya akan kemampuan kamu terbukti nggak salah kan.” Ujar Dhika dengan senyumnya.
“Sama – sama pak Dhika, saya hanya berusaha semampu saya saja.”
“Ya udah kamu persiapan buat penampilan kedua ya, ayo Vin tinggalin Forza dia mau ganti baju nanti kamu ngintip lagi kalau di tinggal di sini.” Kata Reno sambil menarik tangan Gavin.
“s****n, aku masih waras ya mana mungkin ngintip kalau mau mah langsung saja ya Za.” Gavin menaik turunkan kedua alis lebatnya menggoda Forza.
Mata Forza melotot mendengar jawaban Gavin yang frontal, membuat Gavin terkekeh geli melihat wajah Forza.
“Iya maaf Za cuman becanda jangan melotot gitu dong, ya udah sana gih masuk bentar lagi mau tampilkan.” Forza mengangguk dan segera masuk ke ruang ganti.
Forza di ruang bersiap untuk penampilannya yang terakhir. Forza memakai dress berwarna putih rambutnya di biarkan tergerai hanya di beri hiasan jepit rambut. Sampai saat ini Forza belum juga tahu akan berduet dengan siapa.
Ceklek
Pintu terbuka dan masuklah anak perwakilan BEM.
“Kak habis ini kak Forza tampil duet ya.” Forza mengangguk.
“Dik kamu tahu nggak pasangan duet kakak?”
“Nggak tahu kak, nggak di sebutin kakak sama siapa karena kata pak dekan kejutan.”
“Oh gitu ya.”
“Iya kak, mari keluar kak sudah waktunya kakak tampil.”