“Kamu beneran naksir Forza ya Vin?” tanya Dhika.
“Bosen jawabnya, itu mulu yang di tanya.”
“Menurut kamu Dhik, si Gavin sampai minta bantuanmu biar semester ini bisa masuk kelas Forza karena apa kalau bukan beneran naksir.” Kata Reno.
“Aku nggak nyangka saja Ren, seorang Gavin naksir cewek tapi belum juga berani nembak. Biasanya nggak usah nembak juga tu cewek pada ngejar – ngejar tapi kali ini ternyata dewa cinta belum juga berpihak.” Kata Dhika lagi.
“Aku bukan nggak berani, tapi mau cari waktu yang lebih pas saja dan mungkin sekarang sudah waktunya. Dia memang gadis yang aneh, di saat yang lain pengin aku deketin kalau dia malah cuek banget. Sikapnya terlalu dingin tapi aku suka.” Jelasku
“Tadi aku papasan sama dia, kayanya mau ke kantin, kita susulin ke kantin saja gimana.” Kata Dimas.
“Boleh, aku juga lapar. kalian berdua ngikut nggak?” tanya Gavin pada Reno dan Dhika, mereka mengangguk sebagai jawaban ya.
Aku, Dhika, Reno dan Dimas berjalan menuju kantin yang sering gadisku datangi, padahal ada kantin yang memang khusus untuk dosen dan karyawan tapi aku sengaja kesini karena ingin melihat gadisku. Nggak apa lah ya modus, buang gengsi demi gadisku.
Author Pov
Di kantin Forza, Nadia, Abel, Adit dan Alfa duduk di meja dekat jendela yang menghadap langsung ke taman. Mereka asik bersenda gurau sambil makan, tiba – tiba seisi kantin heboh karena dari kejauhan terlihat 4 dosen most wanted sedang berjalan ke arah kantin.
“Eh liat tuh rombongan dosen tampan menuju kantin, tumbenan mereka ke kantin.”
“Tampannya bener – bener kebangetan apa lagi pak Gavin sama pak Dhika gila ya kalau bisa jadi bininya pasti bahagia banget.”
Dan masih banyak lagi histeria mahasiswi di kantin hanya karena kedatangan 4 dosen tampan. Padahal ada yang sudah semester pucuk tapi kelakuan kaya dedek gemas aja, sungguh memalukan mereka.
“Dengerin noh Za, semua histeris cuman lu doang yang santuy boro – boro ikut teriak ngelirik aja nggak lu.” Sindir Abell.
“Apaan sih lu bel, gue bukan fans garis keras kaya lu.” Sewot Forza.
Rombongan Gavin memasuki kantin dan duduk di meja pojok tak jauh dari meja Forza dan teman – temannya. Baru kali ini Gavin melihat Forza tertawa lepas sama teman – temannya, Gavin benar – benar makin memuja gadisnya itu.
“Mereka ngomongin apaan sih sampai Forza ketawa gitu, tumbenan tuh anak biasanya tanpa ekspresi sama sekali mukanya.” Tanya Dimas, tapi Gavin diam saja dan terus memandang Forza.
“Eh tuh cowok disampingnya kalau di perhatiin kayanya naksir Forza ya, liat saat cara dia memandang Forza mana pake nyuapin segala.” Kata Reno.
“Udah sono lu samperin Vin.”
“Yang bener aja aku kesana, ogah ah aku baru deketin dia pagi tadi masa mau langsung saja mau taruh di mana muka aku.” Jawab Gavin.
“Cemen lu.” Kata Reno lagi.
“Aku takut nanti dia malah menjauh kalau aku terlalu gercep jadi santai saja semua ada waktunya perlahan tapi pasti aku bakal miliki dia, sekarang PDKT saja dulu.” Gavin dengan sangat yakin dan percaya diri menjawabnya.
“Yakin banget Vin, kalau aku lihat tuh cewek nggak ada tertariknya sama kita – kita, terlalu cuek.” Kata Dimas.
“Itu yang buat aku makin penasaran karena dia lain dari yang lainnya.” Jawab Gavin tersenyum kecil.
“Hari ini Sift apa Vin?” tanya Dhika
“Malam, pasien numpuk banget aku liat di group.” Jawab Gavin.
Dhika mengangguk “Aku siang lagi.” Jawabnya.
“Kalau di lihat – lihat Abell dan Nadia lumayan juga ya.” Ujar Reno yang matanya terus saja menatap meja di depan sana.
“Nggak usah deketin kalau cuman penasaran terus buat main – main, mereka sahabat Forza aku nggak mau ya Forza jadi ilfeel sama aku.” Protes Gavin, bisa bahaya kalau si buaya darat ini mempermainkan sahabat gadisnya, bisa ilfeel gadisnya.
“Santai saja bro, aku juga tau ko masa mau main - main sama mahasiswi sendiri.” Jawab Reno.
Sementara di meja Forza, mereka masih asik bercerita, “Eh Za lu ngerasa nggak sih tuh para dosen tampan ngeliatin kita terus?” tanya Abell yang instingnya lebih tajam dari anjing pelacak polri.
“Nggak tuh, perasaan lu aja kali.”jawab Forza cuek.
“Nggak peka banget lu jadi cewek, ada yang perhatiin juga masih saja nggak sadar.” sewot Abell, sejujurnya Forza juga merasakan hal yang sama tapi dia tepis karena tak mau terlalu PD.
“Udah ah males gue bahas itu mulu dari tadi, gue duluan ya.” Pamit Forza langsung ngacir pergi.
“Kemana Za?” tanya Adit.
“Toilet.” Teriak Forza, membuat Gavin dkk yang mendengarnya menggelengkan kepala.
“Liat tuh, ngomong toilet di kantin santai saja tu anak.” Reno nyengir, "Ajaib banget, wajah cantik tapi bicara nggak ada anggun - anggunnya sama sekali." lanjut Reno sambil terkekeh melihat mahasiswinya itu.
Gavin hanya tersenyum dan terus memandangi punggung gadisnya yang kian makin menjauh dan tak terlihat lagi.