“ ahhhh.... ahhh..... sugoi ? ( mantap?)”
Di samping apa yang terjadi beberapa hari yang lalu, aku dan Yumi ternyata masih bisa berbaikan. Ia hanya khawatir dan sangat tidak menyukai kekerasan sehingga ia agak kaget ketika mendengarku terlibat dalam aksi penembakan. Sore itu , aku memutuskan untuk menginap di rumahnya dan kami pun bercinta alias ML alias n*****t , seharian dari sore sampai tidak terasa malam hari.
Ia menjepit dan mengguncang-guncang penisku dengan kedua buah dadanya yang besar. Matanya menyipit , pipinya memerah dan ia terus mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan buah dadanya. Sesekali ia menggenggam penisku lalu mengocok-ngocoknya dengan nafsu , sambil menggosok-gosokkan penisku ke p****g dan buah dadanya.
Ia kini menungging menempatkan pinggulnya tepat di wajahku , memaksa bibirku untuk menjelajah vaginanya. Sambil mendesah-desah nakal, ia lalu memijit-mijit penisku dengan kedua tangannya. Ia buka mulutnya lebar-lebar dan mulai menghisap , mengulum kepala penisku. Lidah dan bibirnya terus bermain-main memanjakanku , dan sesekali jemarinya masih meremas dan mengocok penisku. Agar permainan lebih merangsang dan menggairahkan , kami sengaja merekam semuanya dengan handphone. Permainan lidahnya semakin liar dan tak sengaja , penisku akhirnya meledak di dalam bibirnya.
Ia menatapku dengan tatapan centil. Ia hisap kepala penisku , sambil mengocok-ngocok keluar spermaku dengan jemari lentiknya. Ia hisap seluruh spermaku hingga bersih , lalu ia menatap wajahku dengan gemas. Ia lalu menduduki wajahku , dan menunggagi wajahku selama beberapa menit hingga ia o*****e di wajahku.
Kami berpelukan mesra. Malam itu hujan lebat , sehingga cuaca sangat enak untuk bercinta , apalagi dengan wanita sesexy Yumi. Ketika p***s kembali berdiri , ia lalu menungging dan mengizinkanku menggenjot-genjot vaginanya dari belakang. Aku remas pinggulnya kuat-kuat dan menggenjot lubang vaginany sekencang-kencangnya.
Aku sangat menikmati ketika aku mencapai klimaks , dan keluar di dalam vaginanya. Kami bercinta berkali-kali malam itu , sampai kelelahan dan tertidur. Entah apa yang ketiga temanku lakukan malam itu. Yang pasti ketika aku pulang ke pos pagi itu , aku melihat mereka kumpul kebo dengan seorang p*****r dari rumah bordir. Tentu saja , mereka foursome menghabiskan uang jarahan itu dengan minum-minum dan n*****t dengan lontai.
Kami menyimpan semua senjata rusak dan barang bekas itu di bengkel. Rio yang paling tahu bagaimana mekanisme kerja senjata-senjata itu karena ia penggila senjata api. Ia gemar bermain airsoftgun , sering latihan menembak sebelumnya jadi paling tidak ia mungkin mengerti apa yang ia lakukan. Ia menjelaskan apa yang harus aku tahu tentang senjata-senjata itu dan berandai apakah aku bisa memperbaikinya. Hampir semuanya sudah mati , tapi bukan berarti tidak mungkin untuk dihidupkan kembali. Senjata yang pertama kali aku perbaiki adalah senjata uzi , karena kami menyimpan yang masih berfungsi. Memperbaiki senjata-senjata ini ternyata tidak sulit , namun merakitnya , paling tidak aku butuh gambar rencana dan skill yang lebih tinggi lagi. Tepat setengah bulan setelah operasi gagal itu , kami berhasil memperbaiki semua senjata , namun mereka sangat rapuh , sangat rentan untuk macet , bahkan rusak kembali.
Opsir Frans mengetahui tentang penembakan yang kami lakukan namun memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa. Ia masih ramah kepada kami , seperti menganggap penembakan itu tidak pernah terjadi. Aku dan teman-teman terus membongkar semua berkas yang disimpan di kantor polisi , namun kami menemui jalan buntu. Satu-satunya persembunyian tentara komunis yang kami tahu , hanyalah kemah tempat kami disekap , yang tidak lain adalah sebuah peternakan , kira-kira tiga jam berkendara dengan motor dari desa ini.
“ yang lain pasti masih di sana. Gue udah males diem aja“ celetuk Rio
“ Gila ! lu mau kita ngelawan komunis satu kampung? “ Benny tidak setuju dan Togar sepertinya juga tidak setuju
“ Maaf nih ya , kayaknya piliha cuma itu , kita labrak mereka malam ini juga , selamatin yang lain. Atau kita netap selamanya disini , dan n*****t ama warga sini sampe tentara komunis datang bunuh kita “ sahutku. Benny dan Togar lalu terdiam
“ kita gak harus ngelawan orang satu kampung , cukup nyelamatin yang lain aja kayak Kak Evan. Cuma kali ini kita punya senjata “
Rio kembali membujuk mereka berdua dan akhirnya mereka sadar kami tidak punya pilihan lain. Kami mengambil senjata masing-masing , senjata yang paling kami kuasai saat Rio melatih kami menembak. Togar menggunakan Uzi , yang sangat mudah digunakan . Aku menggunakan AR-15 , yang sebenarnya belum terlalu aku kuasai , tapi aku tidak punya pilihan. Rio menggunakan senapan bolt action , karena tembakannya paling jitu dari kami semua. Sedangkan Benny menggunakan senjata yang paling besar dan menurutku paling sulit , RPK.
Kami berkendara tiga jam ke peternakan itu. Peternakan itu tidak terlalu luas , hanya ada satu rumah kecil , satu gubuk tua yang mereka gunakan sebagai gudang , dan satu kandang babi. Kami meneropong dari jauh , dan melihat ada kurang lebih puluhan orang di peternakan itu. Kami tidak menggunakan radio, kami lalu dibagi menjadi tiga tim. Rio sebagai penembak jitu , Benny sebagai pengalih perhatian , sedangkan aku dan Togar yang menyelinap dari semak-semak dan masuk ke rumah , tempat para gadis-gadis disekap. Kami dapat melihat Nisa dan tiga temen kami , dalam keadaan telanjang bulat di sebuah kamar.
“ DUAR!!!!”
Sepuluh menit dari kami berpencar. Ledakan terjadi di gubuk tua tempat mereka menyimpan amunisi dan barang jarahan. Mereka semua berpencar dan menembaki Benny yang lari ke hutan. Dari sana kami keluar dari semak-semak , menjebol rumah itu dari pintu belakang dan menembak lima orang di rumah itu. Kami menjebol kamar itu dan langsung menyelamatkan teman-teman kami.
“ Togar!! Lu lari duluan! “ Aku menyuruh mereka lari lebih dahulu saat aku melihat sebuah komputer di ruang tengah rumah itu. Tahu mereka diserang , tentara komunis yang berada di luar mulai menembaki kami.
“ Lu mau mati!! Ayo buruan!!!!! “ Togar membobol jendela sehingga Nisa dan yang lain bisa melarikan diri.
“ POKOKNYA LARI AJA!” bentakku
“ ANJING LO TOT!” Dan Togar melarikan diri lewat jendala lalu lari sekencang-kencangnya. Sadar suasana memburuk, Rio menembak tentara komunis yang menembakiku dari luar , sehingga posisinya ketahuan. Ia menembak dua orang , dan belasan lainnya segera berlindung dan menembaki posisinya
Untungnya komputer itu dalam keadaan hidup. Mereka sedang menonton pornhub dan aku segera membuka sss dan mencoba untuk log in. Di luar dugaanku , koneksi buatan mereka ini sangat lambat sehingga loading sangat lama. Mereka mencoba masuk namun Rio menembak mereka dari posisinya. Mereka menghujani Rio dengan peluru sehingga Rio terpaksa lari dan kembali ke motor.
Aku sempat mengirim foto kertas yang sudah aku tulis sebelumnya di pos polisi ke Ibuku , sambil mengopi beberapa file penting ke handphoneku. Foto itu berisi kalimat panjang yang intinya menuliskan kalau kami diculik dan terisolir di Filipina , serta koordinat dan nama pulau ini. Dan saat mereka membobol masuk. Aku sudah melarikan diri lewat jendela dan komputer mereka aku tembak dengan AR-15.
Mereka mengejar dan menghujaniku dengan peluru. Namun aku berhasil kembali ke motorku dan melarikan diri. Tentu saja kejar-kejaran terjadi. Ada tiga motor yang mengejarku , dan aku langsung mengeluarkan pistol dan menembaki mereka. Satu tertermbak dan seketika terbanting dari motornya sedangkan dua sisanya mengejarku ikut menembakiku dengan Uzi. Aku lari ke hutan dan berhasil lolos dari kejaran mereka.
Aku berkendara pulang dan bertemu ketiga temanku di pos polisi. Benny tertembak tapi tidak terlalu parah. Togar dan Rio untungnya tidak tertembak. Kami membunuh sembilan orang di peternakan itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi, dan saat itu juga kami membawa teman-teman kami ke rumah Yumi.
Sebelumnya Yumi marah besar ketika ia tahu aku terlibat penembakan. Tapi pagi itu , ia diam membatu. Ia melihat teman-teman kami datang dengan hanya kain tipis , dengan luka disekujur tubuh mereka. Angel pun tidak bisa komentar apa-apa lagi. Aku pun tidak percaya manusia bisa melakukan hal sekeji ini. Hari itu ketiga temanku tidak bekerja. Kami sibuk mengurus teman-teman kami. Tepat setelah matahari terbit , Yumi menarikku ke belakang rumahnya dan berbisik
“ aku gak percaya kalian bakal senekat ini. Udah kubilang kalian bisa mati! “ lalu ia memukul-mukul dadaku beberapa kali
“ aku harus ngelakuin itu. Tentara-tentara itu , sepertinya tidak terlalu peduli dengan nyawa kami.” Aku pegang kedua pundaknya , lalu kutatap wajahnya dengan serius .
“ Dengar Yumi , apa yang terjadi dengan mereka , mungkin juga terjadi pada teman-teman kamu. Kalau kita takut , itu sudah maunya mereka. “ Yumi hanya menunduk
“ Terus apalagi yang akan kamu lakukan? “ bisiknya
“ nunggu ...... atau..... “ Lalu aku memberitahu Yumi jika aku punya jalan untuk keluar dari pulau ini.
“ Dengar Yumi , jika ini berhasil. Kamu bisa pulang ke Jepang. Kamu bisa bertemu keluarga kamu lagi.”
Namun tiba-tiba saja , aku mendengar suara mesin-mesin mobil. Dari kejauhan aku melihat gerombolan-gerombolan komunis turun dari mobil mereka , lalu masuk ke rumah warga sambil berteriak-teriak dalam bahasa Filipina
“ Dimana orang-orang asing itu! DIMANA MEREKA!!”
Ketiga temanku segera keluar , dan terkejut bukan main dengan kedatangan mereka. Kami baru saja tiba dan mereka tiba-tiba saja muncul dengan puluhan orang bersenjata lengkap dan senapan mesin kaliber .50 . Mereka sudah pasti terlatih , dan pernah bertempur sebelumnya. Bunuh diri jika kamu berusaha melawan mereka. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku sempat putus asa dan hampir menembak mereka dengan senapan AR-15. Namun Angel , ia tiba-tiba keluar dan naik ke motornya
“ ikut aku! Aku tahu tempat aman buat kalian “
Yumi segera naik ke motor itu dan aku pun segera naik ke motorku. Ketiga temanku membonceng yang lain dan kami segera tancap gas meninggalkan desa. Angel membawa kami masuk jauh ke dalam hutan , menaiki dataran tinggi. Tidak berapa lama kemudian , kami tiba di sebuah bunker tua , yang sepertinya peninggalan perang dunia kedua. Kami parkirkan motor kami , dan segera berlari ke dalam bunker. Ada tiga kamar di dalamnya , dan aja kasur , sofa , perabotan rumah tangga lainnya yang menandakan seseorang tinggal di sini. Bahkan di satu kamar , ada banyak coretan anak-anak yang semakin meyakinkan Bunker ini pernah ditinggali warga sekitar.
Kami mendengar suara-suara tembakan yang berasal dari desa. Kami berlindung di Bunker itu dan tidak keluar seharian. Kami hanya membawa beberapa botol minum dan lupa membawa makanan. Tidak lama kami mendengar suara-suara helikopter , lalu diikuti suara rentetan senapan mesin. Pulau itu resmi menjadi medan perang.
Esok paginya , suasana sudah kembali tenang. Kontak senjata mungkin terjadi sampai malam hari. Sepanjang malam aku membuka data yang aku kopi dari komputer partai komunis , namun aku kembali menemui jalan buntu. Selain video porno yang mereka download, serta video porno rekaman mereka , aku tidak menemukan apa-apa. Namun setidaknya , tidak ada Leni di video porno mereka.
Nisa bercerita mereka diperawani dan diperkosa berulang-ulang kali oleh puluhan orang. Mereka ingin bunuh diri namun mereka mencegahnya. Mereka diracun dengan narkoba , lalu diperkosa oleh hampir seluruh orang yang mereka lihat. Itu terjadi setiap hari selama mereka diculik dan aku, aku kehilangan akal walau hanya mendengarnya. Yumi menangis , Angel menangis , mendengar kengerian yang mereka dengar. Bahkan ada banyak hal yang mereka lakukan yang bahkan tidak bisa aku ungkupkan dengan kata-kata seperti ..... mereka dipaksa mengebiri p***s teman kami sendiri yang tidak selamat, lalu memakannya
Mendengar itu semua , aku tidak tahu apakah mereka dapat kembali normal meski kami berhasil kembali ke Indonesia. Apa yang mereka lakukan , sudah benar-benar diluar nalar. Apa yang aku lihat , seperti mengubah diriku selamanya.
“ Mereka ingin teror? Mereka suka kekerasan? Maka mereka akan mendapat kekerasan yang mereka minta. “ Rio melihat salah satu foto keluarga dan foto tanda pengenal anggota partai komunis dari data yang aku kopi . Siang itu juga saat Yumi dan yang lain tertidur , kami berkendara ke desa tempat keluarga salah satu orang komunis ini tinggal.