bc

Bad Company

book_age18+
167
IKUTI
1K
BACA
revenge
killer
student
gangster
tragedy
straight
soldier
crime
school
war
like
intro-logo
Uraian

Sebelum liburan ke fillipina , kehidupanku itu emang penuh dengan yang namanya hura-hura. Balapan liar , nongkrong sesama geng motor, clubbing , bahkan n*****t. Aku pernah n*****t dengan tetanggaku , dengan teman sebangkuku ( cewek ya masa aku maho gitu) , pembantuku , dan yang paling sering sama pacar cantikku. Pacarku itu lima tahun lebih tua dariku, seorang janda dua anak , pekerja keras , tapi entah bagaimana mau berhubungan dengan begundal sepertiku.

Yah walaupun aku gini-gini masih kuliah , image begundal emang udah seperti mendarah daging.

chap-preview
Pratinjau gratis
Episode 1
Sebelum liburan ke fillipina , kehidupanku itu emang penuh dengan yang namanya hura-hura. Balapan liar , nongkrong sesama geng motor , klubbing , bahkan n*****t. Aku pernah n*****t dengan tetanggaku , dengan teman sebangkuku ( cewek ya masa aku maho gitu) , pembantuku , dan yang paling sering sama pacar cantikku. Pacarku itu lima tahun lebih tua dariku, seorang janda dua anak , pekerja keras , tapi entah bagaimana mau berhubungan dengan begundal sepertiku. Yah walaupun aku gini-gini masih kuliah , image begundal emang udah seperti mendarah daging. “ sllrpp sllrrrp slllrpp” Astaga , aku bahkan ingat sebelum liburan ke fillipina , aku sempat ML dengan pacarku di kos-kosa. Ia lumat bibir bawahku , mengalungkan kedua tangannya dan kami pun b******u di atas kasur. Ia tidak mengenakan sehelai pakaianku sedangkan aku masih mengenakan boxer hitamku. Bibirnya lalu turun , lalu mulai mengecup dan menghisap putingku Aku mengusap kepalanya perlahan-lahan. Sesekali ia tatap wajahku dan tersenyum nakal. Ia raba penisku yang masih terbungkus boxer lalu ia tertawa genit. Ia hentikan lumatannya lalu duduk diantara kedua pahaku. Sambil tertawa centil , ia lucuti boxer hitamku sehingga penisku berdiri tegak , mengacung di hadapan matanya. Ia kembali tertawa centil. Ia genggam penisku dan mulai mengocok-ngocoknya. Ia buka mulutnya , menjulurkan lidahnya , dan mulai menjilat-jilati kepala penisku dengan lidahnya. Ia jilat kepala penisku hingga memerah , lalu ia kecup , ia hisap seliar-liarnya. Ia mengulum penisku dengan liar, memanjakan batang penisku dengan bibir manisnya. Kepalanya terus naik turun memompa-mompa penisku , dan aku berusaha bertahan selama mungkin, demi tidak merusak momen yang sangat nikmat ini. Saat penisku hampir meletus di dalam mulutnya , ia menghentikan kulumannya , dan kembali menatap wajahku dengan tatapan genitnya. Kami pun siap untuk permainan yang sebenarnya. Tanpa kondom , ia tuntun penisku masuk ke dalam v****a sempitnya , lalu ia masukkan hingga penisku tenggalam seluruhnya. Ini yang kesekian kalinya ia mangizinkan aku menggenjot vaginanya kondom diantara kami berdua. Aku remas kedua buah dadanya dan mulai menggenjotnya. Ia pun mulai menggoyang pinggulnya , menggenjotku dengan kecepatan penuh. Kasur itu berdecit-decit karena goyangan kami berdua. Suara tepukan kedua s**********n kami menggema ke seluruh ruangan. Kami mendesah sekeras-kerasnya , menikmati nikmatnya permainan liar kami. Kami berganti posisi sehingga ia kini duduk membelakangiku. Lalu ia kembali menggenjot penisku sekencang-kencang dan aku menggenjotkan penisku dengan kecepatan penuh. Kami berdua berkeringat dan akhirnya masuk ke tahap akhir. Kami berdua berdiri , lalu aku menggendong kedua pahanya dengan kedua tanganku . Aku pegang tubuhnya sekuat tenagaku lalu aku kembali menggenjotnya sekencang-kencangnya. Desahannya semakin menggema dan mata terpejam menikmati setiap sodokan penisku. Tak lama ia mendesah panjang dan mencapai puncak kenikmatannya. Namun aku masih menggenjot-genjot ganas vaginanya. Aku rebahkan tubuhnya di lantai kos-kosan , dan kembali menggenjotnya seliar mungkin. Ia semakin lemas dan pasrah. Pipinya memerah , wajahnya penuh dengan keringat , dan kedua tangannya kini meremas kedua buah dadanya. Kugenjot vaginanya dengan kecepatan penuh , dan penisku kini mulai berkedut-kedut. Aku tindih tubuhnya , meremas kedua buah dadanya , dan bersiap untuk sensasi yang paling nikmat dari permainan ini. Penisku berkedut-kedut dan akhirnya meletus di dalam vaginanya. Kami berdua bernafas lega. Ia membiarkan spermaku membanjiri vaginanya dan kami pun kembali b******u mesra. Aku cabut penisku , lalu memuncratkan sisa-sisa spermaku ke perut dan buah dadanya. Aku lalu duduk di atas kasur , dan ia pun segera mengecup ,dan menghisap sisa-sisa s****a dari batang penisku. “ Waw! Mantap juga pacar lu boy!! ” Tiga bulan kemudian di Fillipina. Ini seharusnya menjadi field trip yang menyenangkan. Aku mulai field trip ini dengan n*****t dengan pacar rahasiaku , Leni . Dia kuliah di jurusan kedokteran sedangkan aku di teknik mesin. Kami sudah saling lirik cukup lama dan memang aku berencana untuk memutuskan janda kesayanganku dan memulai hubungan serius dengan Leni. Tahun ini , kami anak-anak mapala satu kampus field trip ke Filipina selain buat jalan-jalan , juga untuk misi kemanusiaan . Tapi itu cuma alasan. Tujuan kami sebenarnya tentu saja party , touring dan n*****t bareng di Filipina. Semuanya aman-aman aja sampai kami traveling ke salah satu pulau di kepulauan Sulu. “ Sayang banget jauh dari Filipina . Kalo deket udah gue cicipin nih “ Bajingan ini Marcus , teroris asal kepulauan Sulu, anggota Partai Komunis Filipina sekaligus perwira Pasukan Pembebasan Filipina. Marcus menangkap kami saat kami berkemah di pantai. Kami tahu sedang ada konflik kecil di Filipina namun kami tidak tahu jika ada konflik yang lebih serius di pulau itu. Mereka bawa kami ke kemah mereka lalu mereka mengurungku di kandang babi bersama teman-temanku. Mereka menelanjangi teman-teman wanita kami , lalu memperkosa mereka di depan mata kami. Mereka menyeret beberapa temanku lalu mengebiri mereka di depan kami semua. Yang lebih menyedihkan lagi nyaris tidak ada yang bisa kami lakukan selain panik dan ketakutan Mereka semua bersenjata lengkap , sehingga jika kami melawan , maka mereka akan menembak di tempat. Mereka mengangkut Leni dan kedua temannya ke dalam mobil pick up hilux , lalu membawa mereka pergi. Sedangkan enam teman wanita kami diperkosa bergilir di depan kami. Jika ada yang membuat kami selamat malam itu , kurasa adalah nasib. Dikala mereka semua tertidur. Seseorang muncul dari balik semak-semak , lalu menyelamatkan aku dan teman baikku , Rio “ Bang Evan!!! “ Ternyata kakak tingkatku Evan yang muncul dari semak itu dan membuka gembok kandang babi itu sehingga kami bisa melarikan diri. “ Psst! Diem David! Ntar mereka bangun “ Aku , Kak Evan dan Rio itu , kami sama-sama anak mapala dan satu geng motor. Kak Evan juga rupanya sudah lebih dulu menyelamatkan Kak Benny dan Togar , kakak tingkat dan teman satu angkatanku. Diam-diam kami masuk ke semak-semak , menuju gubuk di mana mereka menyimpan barang-barang kami. Sebagai geng motor , kami sudah terbiasa dengan yang namanya tawuran sehingga jika mereka punya senjata api mereka , setidaknya kami punya kedua tangan kami untuk melindungi diri. Saat masuk digubuk itu , kak Evan langsung menerbab seorang teroris dari belakang , lalu mencekiknya sampai mati. Kami masuk ke dalam gubuk itu dan langsung mengambil kembali barang-barang kami. “ Yang lain gimana? “ celetuk Rio “ Leni ama temen segengnya kan dibawa pergi entah ke mana , terus kalo rombongan Nisa ..... bunuh diri kalo kita main pahlawan kesiangan “ aku terpaksa berkata seperti itu karena mustahil untuk menyelamatkan gadis-gadis itu. “ Pssst udah! David bener! Yang penting sekarang kita lari dari tempat ini , terus ngelapor polisi! Ngerti kalian?! “ “ Guys! Kayaknya kita ketahuan! “ Sayangnya obrolan kecil kami itu membuat mereka sadar jika kami melepaskan diri. Di dekat gubuk itu , ada dua motor custom yang bisa kami gunakan untuk lari dari kemah itu. Tapi teroris-teroris itu , mereka mulai berlari-larian mencari-cari kami. Kak Evan segera mengambil pistol m1911 yang tergeletak di meja , dan kata terakhir yang ia ucapkan sebelum keluar dari gubuk itu adalah “ Lari ! “ Kami bahkan tidak bisa mencegahnya. Kak Evan lari dari gubuk itu dan mencoba menembaki b******n-b******n itu . Kak Evan tidak pernah menggunakan senjata sebelumnya jadi dia dengan mudahnya ditembak mati , bahkan sebelum sempat melepas tembakan. Namun setidaknya Kak Evan memberi kami waktu buat segera lari menghampiri motor dan melarikan diri. Aku membonceng Togar dan Rio membonceng Benny. Mereka mengejar kami dengan mobil dan motor-motor mereka , sehingga aksi kejar-kejar menegangkan pun pecah. Mereka menembaki kami dengan senapan mesin namun tembakan mereka meleset. Kami lari ke hutan , agar medan menjadi lebih sulit. Dua motor yang mengejar kami seketika tersungkur karena tanah becek dan licin. Tapi kami sudah terbiasa di medan seperti itu sehingga kami berhasil menjauhkan jarak. Mobil hilux itu masih mengejar kami dan melepas tembakan , namun tiba-tiba kehilangan kendali dan menghantam pohon. Kami berhasil melarikan diri dan langsung kembali ke jalan raya sebelum kami ikut tersungkur. Kami berhenti di tengah jalan saat sebuah kendaraan IFV berada tepat di depan kami menghalangi jalan. Belasan tentara bersiaga menodongkan senjata mereka ke arah kami. Kami kira nasib kami sudah selesai. Mereka mengamankan kami dan membawa kami ke benteng Ferdinand Mereka rupanya angkatan bersenjata Filipina. Benteng itu sendiri sebenarnya adalah rumah sakit tua , mungkin peninggalan zaman kolonial , yang kemudian disulap menjadi markas militer. Mereka bertanya bagaimana bisa kami berada di pulau itu. Kami menceritakan apa yang terjadi kepada mereka namun sayangnya mereka mengatakan jika kami tidak seharusnya berada di pulau itu. Kami diinterogasi sampai pagi , dan seluruh barang bawaan kami , buku catatan , handphone , laptop , semuanya mereka periksa. Tengah hari itu , mereka membawa kami ke sebuah desa nelayan , dan melarang kami meninggalkan pulau itu. Kami tidak bisa mengabari keluarga-keluarga di Indonesia apa yang terjadi. Tidak ada internet , tidak telepon , bahkan pos surat pun tidak ada. Orang-orang di Indonesia tidak tahu apa yang terjadi , bahkan mereka mungkin tidak tahu anak-anak mereka sudah dibunuh dengan cara-cara keji. Kami datang ke pulau ini dengan sekitar 20 orang , dan sekarang kami cuma berempat. Mereka bilang pulau itu pulau nelayan , namun banyak sekali p*****r di pulau itu. Kebanyakan orang Filipina dan beberapa ada orang China dan Indonesia. Kami diserahkan kepada seorang polisi , bernama Frans, yang asli warga desa itu . Kami tinggal berempat di gubuk kecil yang menjadi pos polisi di desa itu . Lagi-lagi kami harus menceritakan apa yang terjadi kepada Opsir Frans. Lalu kami bertanya apakah beliau bisa membantu kami lari dari pulau itu , namun beliau menjawab sejak konflik , tidak ada yang boleh meninggalkan pulau ini. Bahkan nelayan tidak boleh berlayar , membuat semua nelayan menganggur dan beberapa berubah profesi penjadi petani. Opsir Frans telah mendalami kasus Partai komunis ini bertahun-tahun , bahkan ia punya teori bagaimana bisa prajurit komunis memiliki persenjataan lengkap. Opsir Frans menunjukkan klipping-klipping koran yang menuliskan bahwa senjata tersebut disupply oleh partai komunis China , bahkan ada juga yang menuliskan senjata tersebut di beli dari pasar gelap. Opsir Frans memberitahu kami kalau dari hasil investigasinya , partai komunis di pulau itu merakit senjata mereka sendiri dengan mesin bubut dan besi-besi bekas. Mereka mampu merakit AK-47 , AR-15 , Uzi , dan Pistol m1911. Mereka bahkan mempunyai gambar rencana yang menjadi pedoman mereka untuk merakit sebuah senjata. Opsir Frans menunjukkan barang bukti yang beliau sita , gambar rencana pistol m1911. “ cukup soal itu Pak. Apa bapak bener-benar gak tahu gimana kami pergi dari pulau ini?” aku menyeletuk pembicaraan kami. Opsir Frans hanya menggeleng-geleng kepala. Ada banyak orang asing yang terdampar di desa ini dan mereka bahkan sudah bertahun-tahun menetap di desa ini. Beberapa bahkan ditembak mati saat berusaha meninggalkan pulau. Kalimat-kalimat itu berhasil mematahkan semangat kami , membuat kami berpikir kalau “ Kami beruntung masih hidup” Opsir Frans menyuruh kami untuk istirahat , di sebuah kamar yang secara teknis adalah penjara. Namun bedanya kami boleh keluyuran keluar desa tapi tidak boleh pergi terlalu jauh. Kami bahkan tidak punya uang satu sen pun di kantung celana. Kami berempat berkumpul di sel , dan membahas apa yang akan kami lakukan selanjutnya “ Rencana gue buat lapor polisi kayaknya gak berjalan mulus. Gimana nih?” Mereka semua hanya menggeleng-geleng kepala “ Kalo kelamaan di pulau ini , ntar bahasa filipina kita tambah lancar nih. Ntar malah lupa sama bahasa Indonesia dong “ celetuk Rio “ Jangan becanda dulu dong Yo , kita lagi serius nih” sahut Benny kesal “ Kalo kita balik nyelamatin yang lain sendiri , yang ada kita ditembak mati . Kayak Kak Evan “ Ujar Togar. Hari itu memang hari yang menyakitkan buat kami. Tak pernah terpikir kami akan terjebak ditengah konflik berdarah , yang hampir menghilangkan nyawa kami. Kami melihat teman kami dikebiri , dimutilasi , diperkosa , dan tidak ada yang dapat kami lakukan selain panik dan ketakutan. Namun siapa yang tahu , kalau konflik itu , adalah permulaan dari kehidupan kami yang sebenarnya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Revenge

read
27.7K
bc

After That Night

read
13.3K
bc

BELENGGU

read
67.9K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
15.0K
bc

The CEO's Little Wife

read
653.1K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
80.2K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook