18

2005 Kata
Nabila masih bad mood bahkan ia juga saat istirahat tidak mau makan padahal Raras dan Hasna sudah menawarkan semua makanan yang ada di kantin. Namun semuanya tetap di tolak oleh Nabila hingga saat ini. Mereka benar-benar sangat khawatir mengingat Nabila sedang sakit dan jika Nabila tidak mau makan pasti akan bertambah sakit juga nanti. Jadinya mereka bingung harus bagaimana sekarang ini. Apa mereka harus bilang kepada Ragil? Namun jika bilang ke Ragil pun juga mereka tidak berani karena sepertinya Nabila juga sedang tidak mood juga dengan adanya Ragil itu. Makanya Hasna dan Raras masih bingung melihat tingkah sahabatnya itu. Sepertinya ada yang membuat Nabila sepetti ini tapi apa itu mereka pun juga belum menemukannya. "Nab, are you okay?" tanya Belva, satu-satunya lelaki yang berani mendekati Nabila lagi setelah Nabila dikabarkan dekat dengan Ragil. Belva juga merupakan satu-satunya teman kelas Nabila yang berani mendekati Nabila juga. Karena Hasna dan Raras tadi setelah tidak di jawab Nabila mereka memutuskan untuk pergi karena merasa Nabila butuh sendiri juga. "Aduh Belva ngapain deh cari masalah malah deket-deket sama Nabila segala lagi sekarang." ujar Raras yang terlihat sangat gregetan sekali saat ini. Pasalnya mereka berdua yang merupakan teman baik Nabila diabaikan ileh Nabila, apalagi Belva yang mana mamg bwberapa kali Belva sangat dekat dengan Nabila tapi tetap saja mereka berdua lah yng paling dekat dengan Nabila. "Udah lah biarin aja Ras, nanti juga kalo ga di jawab juga dia pergi sendiri. Dia tuh kayak ga tahu aja Nabila kayak apa kalo lagi sebel." ujar Hasna itu. Raras pun mengangguk dan kini mereka berdua melihat apa yang terjadi kepada Belva yang masih duduk di kursi samping kursi milik Nabila tersebut. "Belva, gua boleh pinjam bahu Lo? Gua ga maksud buat gimana-gimana sekarang cuma kepala gua rasanya berat aja Bel." ujar Nabila yang terlihat menatap ke arah Belva sembari sekarang ini ia memegang kepalanya pusing. "Sure Nab. Pinjam bahu gua sepuas Lo. Lo bisa istirahat disini selama yang Lo mau Nab." ujar Belva dan Nabila mengangguk lalu ia mengucapkan terimakasih kepada Belva. Ia pun sekarang sudah menidurkan kepalanya di bahu Belva. Tampak Belva terlihat merangkul Nabila. Ia pun baru merasakan bahwa badan Nabila hari ini cukup panas karena suhunya sampai di dia. Sementara itu teman kelas mereka yang lainnya sekarang ini sangat bingung, apalagi Raras dan Hasna. Mereka benar-benar bingung karena Nabila tadi mau berbicara dengan Belva dan lagi sekarang Nabila malah tidur di pelukan Belva dengan sandaran bahu Belva. Raras dan Hasna terlihat saling menatap dengan mata yang melotot sempurna karena melihat hal tersebut. "Ras, gua ga salah lihat kan Ras? Itu teh kenapa kok Nabila malah dekat banget weh sama Belva. Itu juga Belva punya ilmu apa sampai bisa ngebuat Nabila mau ngomong sama dia. Aduh ini kalo Ragil ngelihat gimana dong Ras. Bisa gawat ini mah." ujar Hasna yang mana sekarang ini ia sangat bingung. "Kenapa harus gawat kalo ngelihat Ragil? Harusnya sih biasa aja ya karena lagi pula Nabila sama Ragil juga sampai sekarang ga ada kepastian kan? Meski gua sendiri juga ga tahu kenapa Nabila mau berhubungan dengan Belva kayak gini sih." ujar Raras menjawab Hasna dan setelah dipikir-pikir benar juga apa yang dikatakan oleh Raras bahwa Ragil dan Nabila masih free. Jadi tidak ada hubungan antara mereka berdua dan lagi jika mereka tidak memberi tahu Ragil mungkin juga Ragil tidak akan tahu kecuali ada yang memberi tahu Ragil selain mereka atau ada foto video yang memperlihatkan kedekatan antara Belva dan Nabila di kelas. Mereka tidak akan tahu juga. "Belva, thanks ya sekali lagi. And, biarin gua tidur sebentar ya, gua pusing banget dari tadi. Kalo setelah ini ada masalah gua janji gua bakalan selesaikan masalah itu dan gua ga akan bawa Lo di posisi yang salah karena Lo bahkan save me hari ini." ujar Nabila pada Belva dan Belva mengangguk. "It's okay Nab, udah sekarang Lo tidur aja deh mending. Istirahat yang cukup ya Nab." ujar Belva dan Nabila mengangguk. Setelahnya tak ada kalimat lagi yang diucapkan oleh Nabila karena Nabila sudah tertidur pulas. Gua tenang aja ngelihat lo udah tertidur pulas gini Nab, gua ga tauu apa masalah yang bikin lo gini. Gua harap lo cepat sembuh biar jadi Nabila sesungguhnya. Batin Belva. Belva tahu bahwa sebentar lagi mungkin mereka akan kembali masuk, tapi ia juga tidak bisa membiarkan Nabila terbangun dari tidurnya disaat Nabila baru saja tidur dengan pulas. Makanya saat ini ia mencari keberadaan dari dua teman Nabila yaitu Raras dan Hasna, karena tak mau menganggu tidur Nabila, ia pun mengirim pesan kepada Raras dan Raras mengecheck pesan itu. Belva mengatakan bahwa Nabila masih pusing dan meminjam bahunya, Belva juga meminta pada mereka berdua untuk berbicara pada guru yang nanti akan datang di jam berikutnya untuk membiarkan Nabila tidur. "Gimana dong gua bilang ke gurunya?" tanya Raras dengan sangat pelan. Ia benar-benar bingung jika diminta hal seperti ini karena sebelumnya ia tak pernah melakukan hal ini. "Ya Lo tinggal bilang kalo Nabila lagi sakit terus kenapa ga dipindah ke UKS karena Nabila kali tidur di ganggu sedikit aja dia bakalan bangun. Udah gitu aja kan." ujar Belva dan memang benar bahwa Nabila begitu tidurnya. "Oh iya bener Lo. Okay deh okay, kita titip Nabila ya. Thanks!" ujar Hasna yang diangguki oleh Belva. Belva menolong Nabila seperti ini dengan ikhlas karena lagi pula mereka juga teman sekelas. Memang dulu dirinya sempat menyukai Nabila, tapi setelah tahu bahwa Nabila berpacaran dengan Dafa dan akhirnya sekarang bersama dengan Ragil ia sudah mengubur dalam perasaan itu. Kali ini Belva menolong Nabila pure karena mereka sebagai teman saja. Untung aja gua udah ga menyimpan rasa ke Lo Nab, kalo ga mungkin hari ini gua sangat bahagia karena bisa sedekat ini ke Lo. Namun memang hari ini gua sangat bahagia karena gua bisa jadi orang yang bermanfaat untuk teman kelas gua yang sedang membutuhkan pertolongan. Batin Belva itu. Bel masuk sudah berbunyi nyaring dan Nabila masih tidur, mungkin ini malah Nabila sedang lelap-lelapnya. Belva dari tadi sudah bilang bahwa ia tidak akan tega membangunkannya. Sedangkan Hasna dan Raras sebenernya ingin membangunkan Nabila saja tapi saat melihat betapa nyenyaknya tidur Nabila mereka pun tidak jadi melakukannya dan sekarang mereka sedang nunggu guru mereka datang untuk langsung membicarakan tentang Nabila sebelum guru selesai. Untung saja ini hari Jumat jadi mereka akan segera pulang juga nanti. Guru mereka masih juga belum datang sampai sepuluh menit kemudian hingga membuat anak kelas pergi ke ruang guru saat ini. Saat sedang free class itu suasana kelas sedikit ramai tapi Belva mencoba untuk menenangkan Nabila yang hampir saja terbangun dari tidurnya. Tiap kali melihat Nabila hampir bangun seperti itu ia mem puk-puk lengan Nabila yang ada di rangkulannya juga. Saat seperti ini lumayan banyak yang mengambil gambarnya dengan Nabila. Entah lah karena apa, mungkin karena mereka terlalu free tidak ada guru jadinya mereka melakukan hal yang bisa membuat mereka merasa terhibur. Sialnya, mereka menguploadnya di i********:. Video itu tentu langsung bisa sampai ke tangan Ragil juga. "Gil, kayaknya Lo ga perlu jemput Nabila deh nanti. Yakin nih guaa Gil. Mending Lo nanti traktir kita makan dimana gitu kek." ujar Yesa kepada Ragil. "Kenapa sih emangnya? Ada apa emang sama Nabila?" tanya Ragil dengan serius karena jika tentang Nabila ia memang akan seserius ini. "Nih Lo lihat, dia diembat sama temen kelasnya. Lo sih kelamaan ga nembak dia, makanya dia sama temen kelasnya deh." ujar Yesa sembari memperlihatkan foto dan video dimana disana memang benar bahwa itu adalah Nabila dan ia sekarang tidur di bahu seorang cowok yang satu kelas dengan ya juga. Jika Ragil tidak salah duga, nama cowok itu adalah Belva. "Lo bakalan diem aja ngelihat kayak gini?" tanya Putra kepada Ragil. "Gua yakin pasti ini ga kayak yang dipikirin juga. Nabila lagi sakit, gua kan udah bilang ke Lo pada kan. Mungkin aja emang dia lagi butuh sandaran makanya ia pakai bahunya temennya buat sandaran." ujar Ragil yang tidak akan menerima jika teman-temannya ini mengatakan bahwa cowok itu merebut Nabila darinya. Itu tidak mungkin karena Nabila dan dirinya sudah dekat. Bahkan sangat dekat dan sudah banyak yang menyebutnya pacar juga. "Udah deh mending sekarang konfirmasi aja Lo sama Hasna atau Raras deh. Daripada disini Lo juga ga tenang." ujar Putra kepada Ragil. Awalnya Ragil tidak mau mengkonfirmasi karena ia yakin mereka hanya teman saja. "Sebenarnya gua malas konfirm gini, karena gua yakin kalo cowok itu cuma temennya Nabila. Tapi ini demi Lo pada." ujar Ragil dan ia menghubungi Raras sekarang. Ia menanyakan sebenarnya kenapa Nabila dengan cowok itu. Nabila menjawab tidak tahu karena sebenarnya sedari tadi Raras dan Hasna juga mencoba mengajak ngobrol Nabila dan menanyakan apa keinginan Nabila karena Nabila belum makan juga sewaktu istirahat. Karena tidak ada jawaban akhirnya mereka pergi dari sisi Nabila karena mereka pikir Nabila butuh istirahat. Ga ada juga yang berani deketin Nabila kecuali Belva. Belva berhasil bikin Nabila ngobrol sama dia dan Nabila pinjam bahunya dia. "Jadi intinya kayak gitu, sorry gua atau Hasna ga konfirmasi ke Lo karena lagi pula Lo sama Nabila kan juga still just a friend. Kecuali kalo Lo berdua udah ada hubungan baru kita bakalan konfirm ke Lo." ujar Raras yang mana membuat Ragil seakan-akan terpukul. Tadi teman-temannya dan sekarang teman-teman Nabila yang memintanya untuk segera memberi kepastian kepada Nabila. Namun Ragil masih memikirkan yang terbaik juga. "Okay Ras, thanks infonya. Nanti gua bakalan jemput Nabila." ujar Ragil. "Tapi Ras, Nabila sekarang gimana kondisinya?" tanya Ragil lagi. "She's sleep dan dia masih sama Belva juga." ujar Raras. Setelahnya panggilan itu pun sudah terhenti. Kini Ragil tampak terlihat sedikit gelisah karena perkataan terakhir daari Raras yang mengatakan bahwa Nabila masih bersama dengan Belva. Ini yang juga tidak Ragil sukai dari hubungannya dengan Nabila karena mereka berdua berbeda sekolah jadi sangat susah untuk mengecek keadaan satu dengan yang lainnya. Jika ada kejadian seperti ini juga sangat susah untuk menghandle dari jauh tentang hal seperti ini. "Kenapa Gil? Mulai takut Lo kehilangan Nabila?" tanya Ojak pada Ragil. "Gua ga akan kehilangan Nabila, meskipun sekarang gua juga masuk belum bisa kalo harus resmiin sama dia." ujar Ragil yang selanjutnya ia memilih untuk sedikit menjauh dari teman-temannya yang sangat berhasil membuatnya overthingking memikirkan tentang hubungannya dengan Nabila. Sementara itu sekarang ini Raras dan Hasna sudah menunggu guru mereka tapi sampai sekarang belum kunjung datang dan tak beberapa lama kemudian ketua kelas mereka mengatakan bahwa hari ini mereka akan free class. Kini mereka sangat lega karena tidak harus mengatakan apa-apa juga. Nabila masih tidur sekarang ini bahkan sampai bel pulang berbunyi Nabila masih tidur. Belva pun masih ada di kelas bersama dengan Raras, Hasna dan tentu saja Nabila yang membuat mereka bertiga masih disana. Tampak sekarang ini mereka bertiga masih menatap ke arah Nabila juga. "Ragil nelfon ini gimana dong, jangan-jangan dia udah di depan lagi kan. Sementara Nabila masih tidur." ujar Hasna kepada Raras sekarang ini. "Udah lah angkat aja suruh kesini aja kalo mau jemput Nabila." ujar Raras dan sekarang ini Hasna mengangguk. Saat diangkat ternyata benar saja bahwa Ragil sudah ada di sekolah mereka. Akhirnya Ragil masuk ke dalam sekolah mereka, ia tak perduli banyak yang jadi menatapnya karena dia adalah Ragil apalagi seragamnya sangat kontra sekali dengan seragam sekolah ini. Akhirnya setelah beberapa saat mengintari sekolah, Ragil menemukan kelas Nabila. Ia pun masuk ke dalam dan ia tertegun ketika masih melihat bahwa Nabila nyaman tidur di bahu lelaki yang bernama Belva itu sekarang. Siap, gua ga suka lagi lihat ini semua. Gua cemburu. Batik Ragil itu. "Lo udah datang Gil. Nabila masih tidur." ujar Raras kepada Ragil. "Biar gua gendong aja ke mobil. Terus langsung gua bawa balik." ujar Ragil yang ingin mengambil Nabila tapi Belva menatap ke arah Ragil lagi. "Harusnya kalo Lo dekat sama Nabila Lo juga tahu kalo Nabila ga bisa tidurnya diusik, dia bakalan semakin pusing kalo bangun tanpa keinginannya sendiri. Lo pikir kita dari tadi ga ngelakuin itu karena apa?" tanya Belva itu. Ragil tak bisa mengatakan apa-apa dan ia pun sekarang ini hanya duduk saja menunggu Nabila bangun dengan perasaan kesal dan juga sebenarnya sebal dengan dirinya sendiri karena ia bisa kalah tahu tentang Nabila dengan lelaki bernama Belva ini. Ia kesal kepada dirinya sendiri yang sudah kalah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN