s**l, rasanya sekarang ini gua berasa mau mukulin nih cowok. Sok-sokan banget dia. Siapa sih sebenarnya dia. Batin Ragil dengan perasaan kesal.
Raras dan Hasna saat ini sangat bingung karena mereka berada di dalam kelas yang kini sangat canggung. Mana sedari tadi banyak juga yang lewat depan kelas mereka hanya untuk memastikan ada apa di kelas mereka karena Ragil datang ke sekolah, bahkan ke kelas mereka juga saat ini.
Tentu saja kedatangan dari Ragil itu membuat mereka semua penasaran karena mereka masih sangat penasaran dengan hubungan antara Ragil dan Nabila yang sama sekali belum diketahui karena belum di publish juga.
Haish, si Nabila kenapa tidurnya lama banget sih. Ini mah kalo lama bakalan makin canggung, belum kalo nanti suasana disini semakin panas nih. Hadeuh panjang urusannya kalo mereka nanti bermasalah. Batin Hasna.
Tampak sedari tadi Belva masih memberikan bahunya untuk menjadi tempat tidur bagi Nabila. Ia merasa bahwa Nabila sedang dalam kondisi sangat lelah sekarang ini. Ia bisa melihat dari matanya yang terasa sepi. Tak ada binar sama sekali, mata Nabila sangat redup meskipun ia mencoba untuk membuat sinar itu ada. Beberapa kali ia memperlihatkan pada orang lain bahwa dirinya tengah baik-baik saja, tapi Belva tahu dari mata Nabila tadi bahwa Nabila sedang tidak baik-baik saja. Entah apa alasannya juga tak tahu.
"Lo pada kalo mau balik duluan ga papa, biar gua yang jagain Nabila." ujar Belva sembari melihat ke arah Hasna dan Raras yang sedari tadi hanya diam saja sembari melihat ke arah handphone mereka karena jujur saja mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dengan semua hal ini.
"Lo juga, gua bisa jagain dan bisa nganterin Nabila sampai ke rumahnya dengan selamat." tambah Belva sembari menatap ke arah Ragil juga.
"Ga kok Va, kita bakalan nunggu disini sampai Nabila nanti bangun hehehe. Kita kan bestienya Nabila." ujar Raras menjawab perkataannya itu.
"Lo tadi ngomong sama gua? Kenapa ga Lo aja yang balik? Gua kesini kan emang mau jemput Nabila. Jadi kenapa gua harus pergi coba? Ga ada alasan supaya gua pergi dari sini." ujar Ragil sembari menatap tajam ke Belva.
"Ya terserah Lo aja sih. Gua kan cuma ngomong aja tadi, no hards feeling bro." jawab Belva yang sekarang tersenyum ke arah Ragil. Namun sangat bisa terlihat bahwa itu bukan lah senyuman yang tulus dikeluarkan.
Baru kayak gini aja Lo udah sok-sokan sama gua. Lo ga tahu aja kalo gua pasti bakalan dapatin Nabila. Tapi ga sekarang. Batin Ragil tersebut.
"Udah guys jangan pada berantem hehehe, nanti Nabila ke ganggu loh tidurnya." ujar Hasna yang membuat mereka semua kini hanya diam saja.
"Siapa juga yang mau berantem sama dia, ga level gua." ujar Ragil.
Ragil benar-benar sewot hari ini, karena ia menemui Nabila yang malah asyik tidur di bahu lelaki lain. Ia masih merasa kesal dengan hal ini. Seharusnya jika masih sakit tadi Nabila tidak usah berangkat saja, dan istirahat di rumah. Tapi saat ini Nabila malah berangkat dan seperti ini.
"Belva, kalau lo pegel bisa loh kita bangunin Nabila sekarang. Kasihan juga karena lo juga udah lumayan lama kan diposisi kayak gitu." ujar Hasna.
Apa? Udah lama? s**l kenapa semuanya tambah panas gini. Ini padahal kelasnya juga pake AC tapi kenapa panas banget. Batin Ragil tersebut.
"Nope, gak papa kok. Gue enggak pegal sama sekali. Lagipula kasihan Nabila kalau gue harus bangunin dia sekarang. Dia kelihatan capek banget. Lo berdua harusnya tahu dong kalau Nabila lagi capek kayak gini. Dia kan nggak bisa kalau harus di bangunin. Apalagi kalau dibangunnya secara tiba-tiba pasti dia langsung pusing." ujar Belva mengatakan hal itu kepada mereka berdua.
"Iya sih benar tapi kan ini juga udah lama gue cuman nggak enak aja sama lo sih. Tapi ya udahlah kita nunggu Nabila bangun aja, kasihan juga dia kayak capek banget sekarang." ujar Hasna kepada mereka semua disini.
Sementara itu sekarang teman-teman Ragil sedang mencari-cari keberadaan Ragil. Pasalnya tadi Ragil memang mengatakan bahwa ia akan menjemput Nabila terlebih dahulu baru yang memulangkan Nabila dan bergabung bersama dengan mereka di tempat tongkrongan biasa. Seharusnya hal itu bisa dilakukan dalam waktu kurang dari 45 menit karena sekolahnya juga dekat. Namun aneh sekali karena sampai saat ini Ragil belum juga terlihat di sekitar mereka. Maka dari itu mereka bertanya-tanya ke mana perginya Ragil saat ini dan apakah ada yang terjadi dengan Ragil juga.
"Woi ini Ragil kemana sih? Padahal kan ini udah hampir 1 jam tapi dia belum juga datang ke sini. Dia nggak kenapa-kenapa kan ya? Ntar di hadang sama geng mana lagi. Coba deh telepon dah." ujar Ojak pada temannya.
"Iya juga ya, udah jam segini masih belum keliatan dia. Lo aja deh yang nelpon si Ragil Yes." ujar Putra meminta kepada Yesa dan kini Yesa tengah mengambil handphonenya lalu ia mulai mencari nomor dari Ragil juga.
Ia pun kini sudah menghubungi nomor dari Ragil dan tak lama kemudian langsung di terima panggilan itu. Kini mereka sudah terhubung di telepon dan berbicara.
"Halo, kenapa?" tanya Ragil langsung to the point kepada Yesa saat ini.
"Lu nggak papa kan Ragil? Lu sekarang di mana? Harusnya kan lu udah sampai ke sini tapi kenapa belum sampai?" tanya Yesa kepada Ragil.
"Iya, gue masih ada di sekolahnya Nabila. Nggak papa kok, udah dulu ya nanti gue langsung ke sana kok kalau udah gue nganterin Nabila balik." ujar Ragil kepada Yesa. Setelah itu Ragil pun langsung mematikan panggilan itu.
Saat menerima telepon tadi Ragil keluar dari kelas Nabila karena dia tidak mau membangunkan Nabila. Maka dari itu sekarang ini lagi sedang berjalan kembali memasuki kelas Nabila. Sebenarnya ia juga cukup heran karena sudah jam segini tapi masih banyak siswa-siswi yang masih ada di sini. Padahal jika sudah di sekolahnya mereka pasti akan sangat semangat jika sudah jam pulang sekolah. Ragil tidak peka jika itu semua sebenarnya karena dirinya. Ya, banyak sekali yang sekarang ini belum pulang karena mereka menunggu apa yang akan terjadi pada Ragil dan Nabila. Tentu semua sangat penasaran dengan hubungan antara Ragil dan Ratu Ghosting mereka.
Sementara itu saat Adi Ragil keluar, Nabilah membuka matanya. Sebenarnya Nabila sudah dari tadi bangun atau sadar tapi ia memang belum membuka matanya karena ia terlalu malah sebenarnya untuk bertemu dengan Ragil saat ini. Jika melihat Ragil rasanya iya teringat terus menerus dengan Rania. Maka dari itu ia tidak ingin pulang bersama dengan Ragil tapi dia juga tidak tahu bagaimana cara dirinya harus mengatakan hal itu kepada Ragil.
Maka dari itu sedari tadi Nabila hanya tidur saja meskipun iya sebenarnya dari tadi mendengar percakapan yang terjadi antara mereka.
"Akhirnya Lo bangun juga Nabila. Dari tadi tuh Ragil udah nungguin lo tahu. Eh lo nya malah tidur gitu." ujar Hasna kepada Nabila sekarang ini.
"Aduh guys, gue lagi males banget nih ngelihat Ragil. Perut gue sakit banget ini jadi kayaknya gue bakalan balik sekarang deh. Belva lu bisa kan nganterin gue balik sekarang? Please." ujar Nabila kepada Belva. Iya tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini karena dirinya ingin menghindari Ragil yang pergi dari kelasnya untuk mengangkat panggilan entah dari siapa itu.
"Loh gimana sih lo Nabila. Aduh nanti kalau lagi marah gimana nih? Dia udah nunggu lo lama loh. Kenapa nggak lu temuin aja terus lu bilang kalau apa gitu kek alasan gitu itu. Nanti kalau pergi terus tinggal kita berdua doang ya kita kena semprot lah sama dia." ujar Raras yang sudah ngeri membayangkan jika nantinya mereka akan kena marah oleh Ragil juga.
"Udah deh kalian aja ya, Belva lu bisa kan anterin gue?" tanya Nabila.
"Ya bisa sih gue nganterin lo tapi gimana caranya? Maksud gue kan ini tuh si Ragil ada di depan. Kan otomatis kita ngelewatin Ragil nanti kalau mau balik? Nah kalau dia lihat ya sama aja kan nanti lo sendiri yang bakalan bilang ke Ragil kalau lo mau balik sama gue." ujar Belva kepada Nabila tersebut.
"Iya loh, mending langsung bilang aja nanti sama Ragil karena nanti juga kalian papasan kan di depan. Sumpah gue nggak berani kalau harus bilang sama Ragil. Nanti kena marah nya bisa nakutin." Ujar Hasna kepada Nabila.
"Nggak guys, gue sama Belva mau lewat pintu kelas sebelah. Ayo Belva gue pusing banget nih sekarang." ujar Nabila dan saat itu Nabila serta Belva sudah keluar dari pintu yang menghubungkan antara kelasnya dengan kelas sebelah. Mereka berdua akhirnya keluar dari pintu kelas sebelah itu dan terdapat beberapa siswa yang sadar jika Nabila dan Belva keluar. Maka dari itu saat mereka melihat Ragil sedang mengobrol telepon itu mereka tampak bertanya-tanya kenapa Nabila malah pulang dengan Belva padahal di sini ada Ragil yang sedari tadi sudah menunggu dirinya untuk pulang bersama.
Ragil sudah ah masuk ke dalam kelas Nabila lagi. Namun saat sudah masuk kedalam ia terkejut karena didalam hanya tinggal Husna dan Raras saja. Sedangkan Nabila dan Belva sudah tidak ada. Tentu saja ia langsung mendekati kedua teman dari Nabila itu dan bertanya sebenarnya kemana perginya Nabila saat ini. Jujur saja iya sekarang yang sedang kesal dengan hal ini. Apalagi Nabila pergi sepertinya bersama dengan Belva juga. Bagaimana ia tidak kesal jika dirinya sudah sedari tadi menunggu Nabila untuk bangun tapi malah bilva yang mengantarkan Nabila untuk pulang sampai ke rumahnya.
"Nabila di mana?" Tanya Ragil dengan wajah yang sudah keras.
"Nabila tadi, udah pulang Gil. Katanya tadi pusing banget dia, makanya Belva nganterin buat pulang." Ujar Raras yang memberanikan diri saat ini.
"Kenapa ga panggil gua? Gua cuma di depan aja." Ujar Ragil yang kini ia terlihat sangat emosional, dua teman Nabila pun nyalinya sudah menciut.