Pagi harinya Ragil menjemput Nabila pagi-pagi untuk bersekolah, saat ia sudagh sampai di depan rumah Nabila ia pun langsung menunggu Nabila seperti biasanya. Hingga akhirnya lima menit kemudian Nabila pun keluar juga. Sebenarnya nanti ia ingin menanyakan kepada Nabila kenapa tadi malam Nabila tidak datang ke tempat balapan padahal ia pikir Nabila akan datang.
"Morning Nab." ujar Ragil kepada Nabila dan sekarang ini Nabila mengangguk dan tentunya ia membalas sapaan selamat pagi dari Ragil.
"Morning Ragil, tumben banget Lo jemput gua pagi bener?" tanya Nabila.
"Iya lah, kalo gua siang-siang nanti takutnya Lo malah udah pergi duluan. Kalo kayak gitu ngapain gua kesini kan." ujar Ragil kepada Nabila tersebut.
"Hahaha bener sih, tadi gua hampir mau berangkat sendiri sih. But ternyata Lo udah muncul. Jadinya ya gua ga jadi berangkat sendiri, telat lima menit aja tadi gua udah berangkat sendiri sih Gil." ujar Nabila dan Ragil pun menatap Nabila dengan matanya yang menyiratkan bahwa Ragil ngambek.
"Btw, Nab can i ask you something?" tanya Ragil dan Nabila menatapnya.
"Ya, sure. What are you asking for me?" tanya Nabila dan sekarang ini Ragil akhirnya bisa menanyakan tentang alasan Nabila tidak datang tadi malam saat ia memintanya untuk datang ke tempat dimana ia akan balapan.
"Kenapa Lo tadi malam ga datang ke tempat balapan? Actually i'm waiting you but Lo ga datang tadi malam." ujar Ragil kepada Nabila dan kini Nabila menjadi menatap ke arahnya. Nabila sudah menyiapkan jawaban ini.
"Gua ga datang karena gua tadi malam tidur. Gua sedikit pusing tadi malam makanya gua pun juga ga bales chat Lo. So sorry for your time to waiting me. Gua tadi malem beneran tidur." ujar Nabila menjawab pertanyaan dari Ragil. Ragil menjadi menatap ke arah Nabila yang kini juga menatapnya. Namun tatapan Ragil saat ini memperlihatkan bahwa Ragil sedang khawatir.
"Lo kenapa tadi malem ga bilang kalo pusing? Kan gua bisa ke rumah Lo buat anterin obat. Sekarang gimana? Udah baikan? Ini pakek jaket gua sekarang, badan Lo juga anget nih." ujar Ragil sembari ia mengambilkan jaketnya untuk Nabila dan ia juga mengecek dahi Nabila yang kini hangat. Nabila sendiri hanya diam saja sembari melihat apa yang dilakukan oleh Ragil.
Aduh Ragil kenapa sih sering banget bikin gua jadi gagal fokus. Kalo Lo memperlakukan gua kayak gini terus gimana gua bisa ga baper sama Lo. Tapi gua juga serba salah karena Lo sama sekali ga ngasih kepastian sampai sekarang. Mending kalo Lo ga suka sama gua Lo jangan giniin gua karena ini berat juga buat gua Ragil. Please lah. Batin Nabila masih menatap Ragil.
"Nab? Hei, are you okay right now? Kalo Lo sakit kita balik aja ke rumah Lo. Lo ga usah berangkat aja." ujar Ragil tapi Nabila buru-buru mengenntikan Ragil agar Ragil tidak membelokkan mobilnya dan membawanya pulang.
"No, i'm okay. Masih bisa sekolah." ujar Nabila dan Ragil mengangguk.
"Kalo gitu pakek dong jaketnya Nab, gua ga mau Lo makin sakit nantinya. Untung aja tadi gua pakai mobil jemput Lo nya, jadi Lo ga perlu banyak kena angin kalo pakek mobil gini kan." ujar Ragil dan lagi-lagi Nabila mengangguk.
"Iya iya ini gua bakalan pakek jaketnya Ragil. Tenang aja Lo ga perlu khawatir pokoknya." ujar Nabila kepada Ragil dan Ragil pun mengangguk, selanjutnya ia mengusap lembut rambut Nabila yang membuat Nabila lagi-lagi ingin agar semua ini cepat diberi kepastian. Pasalnya ternyata cinta tanpa kepastian juga merupakan suatu hal yang sangat menyakitkan. Ia baru pertama kali merasakan hal seperti ini dan jujur saja ia sangat sakit.
Lagi dan lagi, gua harus gimana sih Ragil. Apa iya gua harus nembak Lo duluan? Tapi itu ga mungkin karena ga akan ada di sejarah gua nembak cowok duluan. Ga akan ada, tetap bertahan dan berjuang seperti ini aja Nab, i know you can do it. Batin Nabila yang sekarang ini menyemangati dirinya.
"Udah sampai, gua anter ke kelas Lo ya Nab." ujar Ragil yang sepertinya tidak main-main karena ia sekarang sudah ada di depan lobby sekolahnya.
"Ehhh ga usah Ragil, ga usah. Ini kan bukan sekolah Lo Ragil, nanti aneh orang lihatnya apalagi seragam kita juga beda banget. Udah deh mending sekarang Lo udah berangkat ke sekolah." ujar Nabila kepada Ragil tersebut.
"Tapi Lo kan lagi sakit Nab, nanti kalo Lo kenapa-kenapa gimana? Gua ga mau ambil resiko itu Nab." ujar Ragil lagi dan Nabila sendiri sekarang ini sedang memikirkan kira-kira ia harus bagaimana karena ia harus keluar sendiri. Jika Ragil ikut keluar apalagi Ragil mengantar dirinya ke kelas pasti seisi sekolah akan heboh, mungkin tidak hanya sekolahnya saja tapi sekolah Ragil pun juga akan ikut heboh. Nabila sedang memikirkan cara dan akhirnya ia melihat Raras dan Hasna baru saja tiba dan sedang berjalan menuju ke lobby. Nabila bersyukur dan ingin berterima kasih kepada mereka karena mereka datang di waktu yang sangat tepat. Nabila pun menunjuk mereka.
"Itu, gua bakalan bareng sama Raras dan Hasna. Ya udah kalo gitu gua keluar dulu ya Gil, thank you!" ujar Nabila yang buru-buru keluar sekarang. Ia takut jika nanti Raras dan Hasna akan menghilang masuk ke lobby sekolah.
"Hasna, Raras..." teriak suara yang mana suara itu bukan suara Nabila karena Nabila pun sedang bersiap-siap untuk berteriak. Kini ia panik dan melihat ke arah sampingnya dimana suara teriakan tadi terdengar dan benar saja ternyata Ragil keluar dari mobilnya untuk memanggil mereka. Langsung lah mereka berdua sekarang menjadi titik fokus, pertama karena mereka tahu siapa Ragil dan tentu Ragil akan mudah ditemui mengingat bajunya sangat berbeda dengan baju seragam sekolah Nabila. Yang kedua adalah teriakan Ragil saat memanggil Hasna dan Raras yang terdengar dimana-mana juga.
Aduh ini kenapa dia malah turun terus teriak sih, kenapa ga pergi aja tadi. Semuanya jadi fokus kesini deh. Batin Nabila yang melihat sekitar. Sebenarnya Nabila tidak pernah bermasalah jika dirinya menjadi pusat perhatian tapi tidak dengan Ragil juga karena Ragil ini berbeda dengan lelaki lain, nanti bagaimana jika memang Ragil tidak pernah menganggap dirinya dekat dengan Ragil tapi semua orang sudah mengetahuinya? Ia akan malu.
"Oh iya, kita kesana." teriak Hasna yang mana mereka menuju ke Ragil.
"Gil, kenapa sih pakek teriak kan gua bisa sendiri tadi." ujar Nabila.
"Lo lagi sakit, tuh badan Lo masih anget." ujar Ragil yang lagi-lagi sikap Ragil membuat banyak orang akan semakin salah paham pada mereka.
"Gil, jangan too much okay?" tanya Nabila yang merasa tidak suka jika Ragil melakukan hal seperti ini di depan banyak orang karena mereka belum ada hubungan apa-apa juga sampai sekarang. Ragil tampak mengangguk.
"Kenapa Gil? Tumben Lo manggil kita?" tanya Raras saat mereka sampai.
"Ga papa, tolong jagain Nabila ya. Dia lagi sakit soalnya, badannya agak anget. Kalo gitu gua ke sekolah dulu ya. Nab, gua ke sekolah dulu ya. Nanti jangan lupa makan pas istirahat, kalo ga kuat hubungi gua ya biar gua jemput dan anterin Lo ke rumah." ujar Ragil yang ingin mengusap puncak rambut Nabila lagi tapi kali ini Nabila menghindar jadinya Ragil tidak jadi melakukan.
"Hati-hati di jalan ya Gil. Thanks." ujar Nabila yang sekarang ini tiba-tiba merasa kesal karena Ragil seperti sangat bisa membuat hatinya naik turun. Ia juga akan bisa memporak-porandakan hatinya nanti karena untuk membuatnya senang saja Ragil bisa dengan mudah melakukan hal itu.
"Ya udah Gil, kita duluan ya. Hati-hati di jalan." ujar Raras dan Ragil mengangguk. Ragil pun masuk ke dalam mobilnya dan ia pun meninggalkan sekolah Nabila. Sementara itu Raras dan Hasna sekarang sudah pergi menyusul Nabila yang masih menggunakan jaket milik Ragil dengan wajah yang sekarang ini tampak masih terlihat kesal. Sepertinya memang Nabila sedang bad mood tapi pagi ini Raras dan Hasna belum tahu alasannya juga.
"Nab Lo kenapa deh? Any problem with you and Ragil?" tanya Hasna.
"Everyday is my profblem of i'm always together with him." ujar Nabila yang masih tetap berjalan menuju ke kelasnya. Nabila masih terlihat sangat malas mengobro karena memang harinya kurang menyenangkan saat ini.
"Nab, why Nab? Dia nyakitin Lo atau gimana? Kenapa Lo marah banget gini Nab?" tanya Raras yang kini menanyakan hal ini kepada Nabila juga.
"Gua lagi malas ngomong Ras. Nanti aja deh ngomongnya sekarang gua mau ke kelas. Capek gua." ujar Nabila dan mereka pun sekarang paham. Sepertinya memang Nabila sedang sakit hari ini jadinya ia tak mood sama sekali. Atau Nabila sedang merasa kesal pada dirinya sendiri sekarang ini. Jika tidak diantara itu berarti Nabila sedang kedatangan bulan di hari pertama.
Entah lah mana yang benar mereka semua juga tidak tahu. Namun kini mereka pun hanya diam saja kepada Nabila. Mereka tak ada yang mau mengusik Nabila. Setiap ada yang mau mendekati Nabila pun mereka langsung meminta semuanya untuk menghindar karena memang Nabila sedang tidak baik-baik saja sekarang. Meskipun tadi bersikap seperti itu tapi sekarang ini Nabila masih menggunakan jaket yang tadi dipinjamkan oleh Ragil. Ia menggunakan itu karena memang ia sekarang ini kedinginan di kelas.
Sementara itu Ragil sekarang sudah sampai di sekolahnya. Seperti biasanya ia bersama dengan teman-temanya yang ternyata sudah sampai di sekolah sedari tadi dan berkumpul di parkiran. Memag Ragil sedikit terlambat karena atasi ia di sekolah Nabila cukup lama. Makanya ia datang lama.
"Woy Lo nganterin Nabila lama banget deh?" tanya Yesa kepada Ragil.
"Iya, soalnya gua harus mastiin kalo Nabila sampai di kelas dengan selamat soalnya Nabila sakit. Badannya agak anget makanya tadi malem dia ga bisa datang karena emang sakit dan milih buat tidur." ujar Ragil dan Yesa, Ojak serta Putra pun mengangguk karena mereka paham. Lebih baik memang di rumah saja daripada Nabila ke tempat balapan tapi malah tambah sakit.
"Oh pantes, semoga deh Nabila bisa cepat sembuh." ujar Ojak tersebut.
"Tapi kayaknya tadi Nabila agak menjauh sih dari gua soalnya Nabila kayak gimana gitu sama gua. Kayak agak menjauh dari gua, tapi gua ga tahu sih Nabila itu kenapa sebenarnya." ujar Ragil kepada ketiga temannya ini.
"Emangnya dia gimana sama Lo Gil? Menjauh gimana maksud Lo? Kan tadi Lo sendiri yang nganterin Nabila ke sekolahnya. Jadi dia ga ngejauh dong dari Lo kalo kayak gitu?" tanya Yesa kepada Ragil karena ini membingungkan.
"Ya gitu lah, pokoknya bikin bingung karena gua yakin kalo gua sama sekali ga bikin salah juga sama dia. Mungkin karena dia kecapekan aja kali ya makanya dia kayak gini." ujar Ragil yang akhirnya memutuskan hal itu.
"Iya mungkin kayak gitu sih, ya udah lah biarin aja lah dia. Lagi pula juga kan kata Lo dia sakit. Efek dari sakit mungkin makanya jadi bad mood." ujar Putra dan Ragil pun mengangguk. Sementara itu Ojak sekarang ini menatap Ragil. Sebenarnya ada hal yang ingin ia tanyakan kepada Ragil sekarang.
Duh gua tanya ga ya. Tapi kalo ga tanya gua penasaran banget sih, tanya aja kali ya gua. Batin Ragil yang sekarang ini akhirnya memberanikan diri.
"Gil, kali gua boleh nanya nih ya. Sebenarnya Lo sama Nabila itu hubungannya udah sampe mana sih? Bisa aja kan Nabila agak menjauh sama Lo karena dia ngerasa ga Lo masih kepastian. Dimana-mana cewek itu butuhnya kepastian Gil. Apalagi Lo sama Nabila udah Deket lama dan Lo tahu sendiri juga kan Nabila itu benar-benar kayak sebelum sama Lo dia Deket sama banyak cowok dan pacaran ga lama setelah Deket. Tapi pas sama Lo jadi beda, mungkin dia butuh status." ujar Ojak kepada Ragil. Hal itu membuat mereka semua terdiam, Yesa dan Putra mengangguk mereka baru kepikiran.
"Bener juga kata Ojak. Bisa aja emang Nabila ngerasa gitu Gil. Lo sama Nabilas sebenarnya sekarang hubungannya apa?" tanya Yesa tersebut.
"Gua sama Nabila ya temen aja sampai sekarang, cuma kalo di tanya nyaman apa ga nya gua tentu nyaman sama dia. Dia ngebuat gua tenang juga and happy tentunya." ujar Ragil kepada ketiga temannya dengan jujur.
"So, Lo tunggu apa lagi Gil? Kenapa ga buru-buru nembak Nabila? Nunggu Nabila menjauh atau nunggu Nabila diambil sama orang yang Lo? Susah loh dapetin orang kayak Nabila itu." ujar Ojak dan kini Ragil hanya diam saja karena jujur saja Ragil pun juga bingung sendiri jika ia ditanya seperti itu. Ia hanya takut jika selama ini Nabila menjadikannya korban ghostingnya saja.
Sebenarnya gua suka, sayang dan cinta sama Nabila. Cuma gua takut kalo ternyata nantinya gua cuma bakalan dijadiin korban ghostingnya Nabila aja. Gua ga mau kalo hal itu terjadi pada diri gua. Batin Ragil.