Grezlie terlihat lebih tenang sekarang, ia sudah cukup pusing mendengar perdebatan kedua bawahannya sejak berada di perjalanan pulang. Pria itu menghela napas, ia kemudian meraih ponsel yang terkapar di atas pembaringannya. Grezlie menatap ponselnya agak lama, ia memikirkan beberapa hal tentang berita pernikahan yang akan disampaikannya kepada sang ayah. Pria itu sesungguhnya terlihat ragu, tetapi mau tak mau ia harus melakukan hal itu agar terlihat alami. Tak ingin berpikir lebih lama, Grezlie segera menghubungi ayahnya. Pria itu beberapa kali mengembuskan, atau juga menarik napas. Ia berharap sang ayah tidak melakukan hal gila jika mendengar rencananya. “Ada apa, Grezlie? Tak biasanya kau menghubungi Ayah.” Grezlie yang mendengar suara ayahnya segera sadar. “Datanglah ke Hongkong lus