Grezlie yang baru saja bicara dengan Arien melalui sambungan telepon tersenyum. Pria itu menatap ke arah kediaman keluarga Liu, lalu bersandar pada mobilnya. Ia tak menyangka bisa pergi di saat larut malam, dan sialnya itu hanya karena pesan singkat dari seorang wanita. Sejenak pria itu menarik napasnya, ia kemudian mengembuskannya perlahan. Jujur saja ia tak sabar menunggu Arien keluar, ia ingin melihat wajah wanita yang sebentar lagi akan mengakhiri kariernya sebagai sebuah boneka. “Kau kelihatannya sangat senang. Ada apa?” Grezlie mengalihkan tatapannya, ia memasang wajah datar. “Mac, sebaiknya kau segera bersembunyi.” “Aku hanya perlu menjentikkan jemari, dan tak akan ada yang melihatku.” Grezlie memilih diam, ia menatap ke arah gerbang yang masih tertutup rapat. Pria itu sesunggu