Bab 4: Malam Pertama

1074 Kata
Naura bergulir ke kiri dan ke kanan, ia cemas bukan main, pasalnya ia tak menyangka hari ini statusnya adalah seorang istri Adam. Akad nikah yang digelar tadi pagi lumayan khidmat, ia juga melihat ada Neli dan kembaran Adam, yakni Adi di acara akad nikahnya. Naura merasa Neli cemburu kepadanya, entah untuk urusan apa ia tak tahu. Naura mencoba mengenali keluarga Adam yang hanya tersisa nenek dan saudara kembarnya saja. Ia tak menemukan Ibu atau Ayah Adam saat akad nikah, pun saat acara resepsi digelar sampai ia lelah setengah mati. Naura melirik jam di dinding kamarnya, pukul sebelas malam dan Adam masih belum masuk ke dalam kamar karena beberapa teman seprofesinya masih mengajaknya berbincang-bincang di ruang tamu. Karena gundah dan tak tahu harus bagaimana, Naura memutuskan keluar kamar dan berjalan ke dapur mencari sesuatu yang bisa mengairi tenggorokannya yang kering. Ketika Adi juga ke dapur, Naura kaget bukan main. Ia sempat terkejut sebentar karena mengira lelaki itu adalah Adam, tapi buru-buru ia mengenali bahwa lelaki itu adalah Adi, kembaran Adam. Susah memang membedakan antara Adam dan Adi, keduanya terlihat sangat mirip. Tapi Naura bisa membedakan keduanya dengan sangat baik, sorot mata mereka berbeda. Tak mau berbicara dengan Adi, Naura buru-buru mencuci gelasnya dan ingin segera berlalu. Adi tahu gerakan Naura yang cepat itu ingin segera pergi dari dapur karena canggung ada dirinya. "Kau juga tak ingat denganku, Ra?" tanya Adi tiba-tiba. Naura berhenti dengan kaget, perlahan ia menoleh ke arah Adi yang sedang menegak air putih digelasnya. Ditatapnya Adi dengan wajah yang penuh tanya, sedangkan ada seulas senyum kesenangan dari Adi yang tersembunyi saat ia melirik wajah Naura datar. "Kita kenal?" tanya Naura heran. Adi tersenyum kecil, entah mengapa Nauda tak suka dengan senyuman Adi yang seolah mengejeknya itu. "Ya jelas kenal, kamu kan istriku...." kata Adam tiba-tiba yang sudah datang. Adam tersenyum ke arah Adi dengan hambar. Naura bisa merasakan kalau ada persaingan di antara mereka. "Kita ke kamar yuk ..." ajak Adam lembut kepada Naura. Naura yang masih bingung, hanya menuruti Adam begitu saja sembari masih menatap Adi yang penuh tanya. "Mendingan lo kasih tahu dia, Dam!" teriak Adi. Naura mendengar itu, dahinya terangkat satu dan bisa dilihatnya kalau Adam yang berdiri di sebelahnya terlihat tak suka dengan sikap Adi yang berteriak barusan. Adam menoleh, begitupun dengan Naura. Mereka menatap Adi baik-baik. "Mau lo apa?" tanya Adam kepada Adi dingin. "Nggak. Mendingan lo kasih tahu si Naura, kan kalian juga udah menikah." kata Adi santai. "Di..." panggil Neli yang juga sudah berdiri di dapur. "Mama pengen ngomong di telepon." kata Neli lagi dengan lesu. Adi menatap Neli kesal, ia benci dengan perempuan itu, perempuan yang terpaksa ia nikahi karena ia menghamilinya dalam keadaan mabuk. Kali ini ia tak bisa berkilah atas kesalahan fatalnya, biasanya ia selalu melemparkan kesalahannya untuk ditanggung oleh Adam. Sebenarnya ia ingin Adam yang menikahi Neli, karena ia tak mencintai Neli sama sekali. Tapi Adi tak bisa menjebak Adam untuk bertanggung jawab kepada Neli, pasalnya ia tahu dan orang-orang yang menjadi saksi kebiadabannya itu tahu bahwa Adam sedang melakukan operasi darurat di rumah sakit, sedang ia mabuk di sebuah bar dengan teman-temannya. Adi menatap Neli lesu. Ia malas bicara kepada orang tua Neli yang menurutnya cukup cerewet itu. "Tolong, Di..." kata Neli memohon dengan lesu. Naura bisa merasakan bahwa Neli sedang tidak dalam kondisi bahagia saat ini, ia seperti tertekan dan menyesal menikah dengan Adi. Apa ia sama denganku? Batin Naura sambil melihat ke arah Adam yang nampak tenang. Dengan berat hati, Adi meraih ponsel Neli dari tangan perempuan hamil itu secara kasar. Adi bahkan menabrakkan sebagian tubuhnya ke Neli hingga gadis itu menatap suaminya nanar, lalu balik menatap Adam sedih. Kenapa ia menatap Adam sedih? Pikir Naura. Cukup lama Neli menatap Adam dengan matanya yang sayu, seolah matanya itu mengatakan bahwa ia telah kehilangan Adam untuk selamanya dan ia sedih akan hal itu. "Ayo, ra..." kata Adam mengajak Naura kembali ke kamarnya. Adam melingkarkan lengannya ke bahu Naura yang membuat Naura sedikit kaget dengan perlakuan Adam tersebut. Ia tak menyangka Adam akan merangkulnya di depan Neli yang makin terlihat sedih. Mau tak mau Naura menurut dan ia semakin bertanya-tanya ada gerangan apa antara Neli dan Adam? Lalu kenapa Adi bersikap dingin ke Neli. Adam melepaskan tangannya dari bahu Naura saat mereka sudah di depan pintu kamar. Naura cukup heran dengan sikap Adam yang berubah-ubah padanya. Ia jadi semakin bertanya-tanya tentang Adam. Kamar di depan Naura tampak menyeramkan, pasalnya ia tak siap melakukan malam pertama dengan Adam saat ini. Selain ia tak mencintai Adam, ia bingung harus bersikap bagaimana sebagai seorang istri. Tepat ketika Adam sudah membuka pintu kamarnya dan memasukinya lebih dulu, d**a Naura berdetak hebat. Dengan langkah kaki yang sangat berat ia memasuki kamar pengantinnya yang cantik. Dilihatnya Adam menuju lemari pakaian dan mengambil beberapa baju lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Saat pintu kamar mandi tertutup, saat itu pula Naura menutup pintu kamarnya dengan hembusan napas yang besar dan kelegaan luar biasa. Melihat Adam masuk ke kamar mandi dan tak berseliweran di dalam kamar aja sudah membuatnya senang walau hanya sesaat. Ketika Adam kembali kepadanya dengan piama santai yang ia kenakan, dadanya berdebar-debar lagi. Ia tak siap jika harus melakukan malam pertama dengan Adam hari ini, ia tak siap. Sungguh-sungguh tak siap melakukannya. "Gak ganti baju? Aku membelikanmu pakaian wanita di lemari satunya." kata Adam. Alasan yang bagus untuk Naura jika harus berlama-lama di kamar mandi sampai Adam tertidur pulas, kan? Jadi dia bisa melewati malam pertamanya dengan hati tenang. Naura berjalan ke arah lemari dan ia terkejut melihat isi lemari itu yang semuanya pakaian baru wanita. Apa itu untuknya. Ia menoleh ke arah Adam dengan tatapan kaget. "Aku gak tahu ukuranmu, tapi aku punya teman yang tubuhnya sama denganmu. Semoga cukup." kata Adam seraya mengambil bantal di kasur dan membawanya menuju sofa panjang di dekat pintu masuk kamar. Setelah ia mengecek pintu kamarnya telah terkunci sempurna, ia menaruh bantal di sofa panjang dan tiduran di sana. Naura heran dengan sikap Adam yang alih-alih tidur di ranjang malah tidur di sofa? Ada apa sebenarnya dengan pria itu? Ah, mungkin nanti setelah aku ganti baju ia akan pindah ke ranjang. Pikir Naura singkat. Naura berjalan ke arah kamar mandi dan mengganti bajunya dengan piama tidur. Cukup lama ia berdiri di depan cermin dan menatap dirinya lekat-lemat, menunggu Adam terlelap. Karena ia tak kuat dengan hawa dingin di kamar mandi, ia keluar dan melihat Adam yang masih terjaga. Dadanya berdebar hebat dan ia memilih tak peduli lalu ke ranjang kamarnya dan berbaring. "Selamat malam, Naura..." kata Adam seraya mematikan lampu kamar tapi tidak beranjak dari sofa dan memilih terpejam di sana. Hah? Ada apa dengan Adam? Ini kan malam pertama kita? Pikir Naura
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN