Naura sedang mencuci piringnya kala Neli datang dengan sindiran yang tak masuk akal.
"Aku seperti ulat diantara bunga dan kupu-kupu di rumah ini."
"Bagus donk jika paham." kata Naura cuek. Mendengar kalimat itu alis Neli terangkat sedikit dan menatap Naura yang memunggunginya dengan heran. Ia menunggu Naura selesai mencuci piring dan meletakkanya.
Naura berbalik dan melihat Neli yang menatapnya datar.
"Lo mau apa?" tanya Naura to the point.
"Nggak."
"Oh, ya udah." kata Naura datar. Ia berjalan melewati Neli begitu saja.
"Kalo lo gak cinta sama Adam, kenapa mau nikah sama dia?" tanya Neli tiba-tiba. Naura berbalik dan menatap perempuan itu heran.
"Itu urusan gue. Kenapa jadi lo sok pengen tahu urusan orang lain, sih?" tanya Naura kesal.
"Ya karena gue suka sama Adam." kata Neli terus terang.
"Trus hubungannya sama gue apaan?"
"Lo berlagak pilon atau g****k sih?"
"Eh, enak aja lo ngatain gue g****k! Gue dokter!" kata Naura kesal. Neli tersenyum remeh. "Eh, denger ya non, kalo lo suka Adam, itu urusan lo bukan gue!"
"Masalahnya gara-gara lo nikah sama dia, dia jadi gak peduliin gue! Sekarang gimana gue sama Adam bisa bersatu sedangkan lo ada diantara kami!"
"Lo lupa atau lagi mabok sih? Gak nyadar sekarang lagi bunting anaknya Adi?" kata Naura heran. "Lo aneh-aneh aja!" imbuhnya kesal seraya meninggalkan Neli seorang diri yang melongo keheranan.
***
Adam terlihat sumringah saat memasuki rumah sakit. Senyumnya merekah dan yang paling aneh adalah ia menyapa semua karyawan rumah sakit yang menatapnya keheranan.
Saat mau memasuki ruangannya, ada suara keributan tak jauh darinya. Ia menoleh dan melihat beberapa orang tengah berkerumun.
Penasaran dengan apa yang tengah terjadi, Adam berjalan mendekat dan ia melihat seorang pasien lelaki tengah kalap dan menuding-nudingkan sebuah pisau ke orang-orang yang mengerumuninya.
Wajah lelaki itu nampak gusar dan panik. Ia takut diserang orang-orang yang mengerumuninya hingga ia mengancam mereka semua dengan pisau di lehernya...
"Jangan mendekat... Jangan mendekat..." kata lelaki itu sembari mundur-mundur dan berputar-putar tak jelas.
Adam hendak menenangkannya, tapi ia kalah cepat oleh seorang dokter wanita yang berlari dan menyenggol lengannya.
Hanya sekilas dokter itu menoleh dan menatap ke arah Adam sejenak sebelum ia kembali kepada pasiennya yang mengamuk.
Dokter wanita itu tahu strategi, setelah cukup bicara yang meyakinkan kepada pasiennya, dengan sigap ia cepat mengunci gerakan pasiennya. Tak sia-sia rupanya ia belajar bela diri saat muda. Orang-orang disekitar terlihat kagum akan dokter cantik yang jago bela diri tersebut.
Adam tersenyum ke arahnya, tapi tak ada balasan dari dirinya yang membuat Adam terheran-heran dan bertanya-tanya. Dokter yang dipanggil Hana tersebut berjalan melewatinya sekali lagi. Ia seolah tak mengubris Adam sama sekali. Salah satu rekan dokter Hana, dokter Sari melangkah mundur dan berjinjit ke telinga Adam.
"Lo sih pake acara nikah sama dokter Naura, dia kan dulu viralnya Naura di UI." kata dokter Sari berbisik. Adam tersenyum mendengarnya. "Yeee malah senyum, lo hanya gak tahu dokter Hana seperti kesetrum setelah tahu sohibnya nikah sama viralnya."
"Pantesan dia gak dateng di hari nikah gue." gumam Adam.
"Ya mana ada orang mau datang ke nikahan cowok yang ditaksirnya sama cewek rivalnya!" kata Sari. Adan menunjuk dirinya.
"Suka sama gue?"
"Lo gak pekanya kebangetan! Tiga tahun masak lo gak bisa baca gelagat dokter Hana? Payah!" kata dokter Sari. Setelahnya dokter Sari lari terbirit-b***t saat dokter Hana memanggilnya.
Adam hanya tersenyum simpul dan berjalan menuju ruangannya kembali.
***
Naura yang merasa bosan sendirian di kamar dan hanya menikmati bunga-bunga indah lewat jendelanya memutuskan keluar rumah. Hal pertama yang ia lakukan setelah menyambar tasnya adalah menghubungi Nadin, ia ingin bertemu dengan Nadin dan mengajaknya jalan-jalan.
Begitu keluar kamar, ia langsung melihat Adi yang tengah sibuk di dapur.
"Mau ke mana?" tanya Adi iseng.
"Jalan." jawab Naura datar.
"Hati-hati, ya, ntar jatuh lagi." kata Adi yang membuat Naura berhenti dan berbalik ke arah Adi. Menatap lelaki itu bertanya-tanya dan heran.
"Maksud lo apaan?"
"Gak ada apa-apa." jawab Adi berbohong sembari mengaduk tehnya. Naura berjalan ke arah Adi. Ia masih tak mengerti dengan ucapan Adi. "Lo pasti lupa ya sama gue dan Adam." kata Adi jahil. Ia tahu Naura semakin ingin tahu sesuatu hal yang disembunyikan Adi darinya.
"Ngomong yang jelas, Di!" kata Naura kesal. Adi suka melihat Naura yang kesal dan siap marah seperti ini padanya. Dengan senyum jahil yang merekah di wajahnya, Adi mencondongkan badannya ke depan hingga Naura menarik wajahnya sedikit menjauh dari Adi yang mulutnya beraroma alkohol.
"Di sungai, lo kepleset dan jatuh kebawa arus, Adam ninggalin lo yang tersangkut di pohon. Tapi ia gak kembali, malah abang lo yang datang dan nyelametin lo. Sayang arusnya deras, pohon yang lo dan abang lo pegang gak bisa nahan kalian berdua. Abang lo milih hanyut dan nyelametin lo." kata Adi. Napas Naura naik turun. Kejadian mengerikan di desa neneknya bertahun-tahun silam kembali membuka di otaknya. Kejadian yang membuat ayahnya menjadi kasar karena kehilangan putra pertamanya dari wanita lain selain ibunya, anak dari Dina.
Tubuh Naura bergetar dan ia menjadi pucat pasi setelah mendengar suara cengengesan dari Adi. Ia jadi ingat dengan kalimat-kalimat Adam yang bersyukur bahwa ia masih hidup dan sehat sekarang ini.
"Pastinya lo gak lupa sama cowok kembar yang juga lagi liburan sekolah sama kayak lo."
Iya, Naura sangat ingat. Sangat ingat sekali kalau ada orang baru yang menyewa vila di desanya dan dijadikannya sebagai rencana liburan sekolah.
Naura juga ingat bahwa ia bermain dengan salah satu anak kembar itu ke sungai. Naura ingat betapa berulang kali ia bilang ke teman lelakinya agar tidak menyebrangi sungai. Apalagi anak lelaki itu mengajaknya menyebrang sungai hanya demi memetik bunga matahari liar di seberang dan akan diberikan ke Naura.
Saat melewati beberapa batu, semuanya baik-baik saja, tapi ketika Adam sudah berada di tepi dan Naura masih harus melewati tiga batu lagi, ia menoleh ke arah Adam ragu. Dua batu besar dan satu batu kecil.
Karena keraguannya itu, Naura dan sama sekali tidak tahu bahwa sebuah arus sungai tengah berjalan ke arah Naura sangat cepat.
"Naura cepat!" teriak Adam seraya mengulurkan tangannya sembari menatap kaget ke arah air besar yang menuju ke arah Naura. "Naura cepat!" kata Adam lagi, tapi Naura yang terkejut tak bisa apa-apa, ia terlalu sibuk dengan pikiran dan kebingungannya. Naura sempat melihat Adam berusaha kembali ke arahnya.
Tapi terlambat!
Naura dihantam arus yang membuat Adam berteriak histeris saat Naura hanyut. Naura terombang ambing dan Adam kaget sekaligus bingung hingga ia menemukan ranting yang cukup panjang. Tak perlu lama, ia menggunakan ranting itu dan melemparnya ke arah Naura. Naura yang mengerti keadaannya dalam bahaya segera sigap memegang ranting itu. Tapi hantaman yang lebih dahsyat dari arus sungai itu kembali datang.