Lo pikir gue mau sama lo!" kata Neli. Aku diam.
"Lo yang bikin gue mabuk! Bukan lo yang kejebak! Gue yang kejebak! Dan lo tahu pasti bahwa bukan lo yang gue suka! Tapi Adam!" kata Neli. "Lo yang nipu gue! Bukan gue!" kata Neli keras.
Naura menoleh dan menatap Neli yang matanya telah merah. Napas Neli naik turun, ia seolah sudah tak tahan lagi dengan apa yang ia terima. Naura cukup tercengang dengan kenyataan bahwa Neli mencintai Adam, suaminya.
Naura menatap Adi datar, lelaki itu balas menatapnya biasa, seolah tak peduli dengan apa yang dirasakan Naura.
Bosan dengan pertengkaran yang ada di rumah, baik dirumah lamanya atau rumah Adam yang ia tinggali sekarang, ia memilih berjalan cepat-cepat ke Adam..
Melihat hal itu, Adam buru-buru menyusulnya, tapi Neli mencegahnya dengan menahan lengannya. Sejenak Adam menoleh dan menatap Neli sebentar. Neli menggeleng ke arahnya, seolah tak ingin Adam pergi meninggalkannya.
"Sorry Nel, Naura tanggung jawab gue." kata Adam seraya melepaskan tangan Neli dari tangannya. Mendengar itu entah mengapa hati Neli terkoyak sakit.
Naura masih ingat dengan jelas pertengkaran Adam, Adi dan Neli sampai Adam mengatakan Naura tanggung jawabnya. Naura tak tahu harus bersikap bagaimana di rumah ini. Karena diam-diam ada perempuan yang seatap dengannya mencintai suaminya. Andai Neli saja yang menikahi Adam, tentu Naura tak akan merasa seperti ini, galau yang tak berkesudahan.
Adam menutup pintu kamar sesaat setelah ia masuk dan melihat Naura sedang duduk di sisi kamar tidurnya. Naura memandang sejenak ke arah Adam sebelum memandang baik-baik dan penuh harap ke arah nasi goreng omelet yang siap ia lahap sekarang juga, jika saja Adam tak masuk ke dalam kamar dan berjalan ke arahnya. Semoga Adam tak mengira Naura tengah cemburu dengan Neli, itu yang tengah dipikirkan oleh Naura.
"Ra?" panggil Adam lirih dan pelan saat duduk di depan Naura. Naura melirik ke arah Adam sejenak dan memandang ke arah lelaki itu dengan tatapan aneh.
Kenapa jadi ia tertunduk dan malu?
Kenapa jadi ia merasa bersalah?
"Kau mau pindah dari sini?" tanya Adam dan Naura menoleh heran memandangnya. Naura berkeliling melihat kamarnya yang cukup luas dan besar, lalu mata indahnya berpindah ke halaman bunga yang terhampar luas di luar sana.
"Kenapa harus pindah?"
"Karena Neli dan Adi...."
"Aku tak peduli..." kata Naura seraya tersenyum kala melihat kupu-kupu cantik yang tengah bertengger di salah satu bunga.
"Ra...." Naura menoleh ke arah Adam yang menatapnya sangat dalam.
"Sorry, Dam, aku gak kenal sapa kamu, kita nikah dadakan tanpa cinta jadi ya.... Ehmmm... Kupikir aku harusnya tak peduli tentang perasaan Neli padamu...." kata Naura. "Dan lagi, gak usah buatin aku nasi goreng, aku gak suka nasi goreng." kata Naura seraya beranjak dari tempat tidurnya.
"Ra...." panggil Adam lagi."Makan apapun yang ada di dapur ya, jangan telat makan, maag kamu sudah akut." kata Adam lagi seraya berdiri dan mengambil piring yang berisi nasi goreng yang ia buat tadi pagi khusus untuk Naura. Ia tahu gadis itu berbohong soal ia tak suka nasi goreng, karena Adam tahu segala sesuatunya tentang Naura.
Ditatapnya wajah Naura yang bertanya-tanya memandangnya, seolah ingin mengatakan dari mana Adam tahu kalau dia punya penyakit maag?
Adam berlalu begitu saja meninggalkan Naura yang menelan ludah saat Adam membawa nasi goreng kesukaannya itu.
Naura mengikuti arah mana Adam pergi sampai ia melihat Adam menaruh nasi goreng di dapur dan menutupnya dengan tudung makanan.
Adam melihat ke arah Naura yang membuat gadis itu seketika mengalihkan pandangannya, seolah Adam tahu bahwa Naura mengincar nasi gorengnya dan gengsi karena ada dirinya, Adam berjalan ke arah sofa mengambil jas dokternya dan tas kerjanya.
"Aku berangkat kerja yaa, kamu masih cuti, kan?" kata Adam lembut dengan senyuman yang sangat manis.
Cuti?
Kok dia tahu aku cuti? Pikir Naura.
Setelah mobil Adam lenyap dari pekarangan rumah, Naura buru-buru berlari ke arah dapur, membuka tudung makanan yang masih menyimpan nasi gorengnya. Dengan cepat ia melahap nasi goreng itu saat perutnya sudah berulang kali membunyikan alarm.
Naura sengaja menyetel musik ponselnya dengan keras saat ia enjoy sarapan pagi. Tak ada siapapun di rumah, Adi pergi, Adam kerja dan Neli? Dia sedang di taman depan memandang bunga dengan tatapan sendu.
Saking kerasnya suara ponsel Naura itu ia sampai tak mendengar suara mobil Adam di pekarangan depan rumah terparkir. Ia juga tak mendengar saat pintu rumahnya dibuka dan Adam masuk. Ia terlalu asyik menikmati nasi goreng sembari mendengarkan lagu rock.
Saat ia akan memasukkan suapan nasi gorengnya ke mulutnya, sendoknya jatuh seketika dan membuatnya mengambil ke lantai. Dari sana ia tahu ada sepasang kaki dengan sepatu hitam fantovel yang tengah berdiri.
Naura mendongak pelan-pelan dan melihat Adam yang sedang menatapnya heran dan kaget.
Seketika Naura terbatuk-batuk dan nasi goreng yang sudah masuk ke dalam mulutnya muncrat keluar ke mana-mana. Ia malu setengah mati, pasalnya sebelumnya ia terang-terangan bilang ke Adam kalau ia tak suka makan nasi goreng, dan sekarang?
Melihat Naura yang nerveos, Adam buru-buru menunjukkan stetoskop di tangannya.
"Aku balik karena ini ketinggalan, Ra..." kata Adam sebelum ia berbalik dan melangkah pergi sesegera mungkin dengan senyum yang ia tahan.
Sampai di dalam mobil, Adam tertawa terbahak-bahak. Ia masih ingat dengan jelas ekspresi wajah Naura tadi sangat lucu dan menggemaskan dan ia tak bisa lupa begitu saja. sammpai ia mengemudikan kembali mobilnya, ia masih saja tertawa yang membuat Neli melihat ke arahnya dari jaraknya yang tak jauh dengan wajah bertanya-tanya.
Adam juga masih ingat dengan kejadian semalam saat diam-diam ia tahu bahwa ternyata Naura gelisah dan tak bisa tidur hingga memilih duduk di samping jendela memandang Bulan.
Ingin rasanya Adam bergerak pindah ke sisi ranjang Naura, menenangkan perempuan itu dengan pelukannya. Tapi ia tak bisa. Ia tak bisa melakukan hal itu sedang Naura sendiri tak yakin soal perasaannya kepada dirinya. Naura bersedia menikahinya karena ia mengajukan syarat yang terpaksa dikabulkan oleh Adam. Syaratnya adalah mengembalikan separuh uang yang Adam beri dengan cara Naura mencicilnya. Berulang kali Adam mengatakan bahwa ia tak perlu melakukan hal itu, tapi Naura bersikeras ingin mengembalikan sebagian uang Adam. Ia tak ingin punya perasaan bahwa ia menikah karena Ayahnya menjualnya dan Adam membelinya.
"Aku tidak membelimu..." kata Adam pelan dan dalam.
"Tapi perasaanku yang tak menentu membuatku berpikir demikian."
"Ya sudah terserah Naura saja." kata Adam yang mengalah.
Naura sedang mencuci piringnya kala Neli datang dengan sindiran yang tak masuk akal.
"Aku seperti ulat diantara bunga dan kupu-kupu di rumah ini."
"Bagus donk jika paham." kata Naura cuek.