LIMA

1347 Kata
"Gelaseh! Si Abel berulah lagi." Heboh anak-anak kelas sepuluh. Banyu mendengar itu, dan sekarang kabarnya Abel diseret oleh sang Ketua Kesiswaan ke ruang BK. "Pasti Abel menang lagi sih," celetuk Dean. "Abel tuh cantik, sayang banget bandelnya kebangetan," tambah siswa ganteng yang lain. Ternyata bukan hanya cewek saja yang suka ngerumpi, jajaran makhluk Tuhan berjenis kelamin laki-laki pun gemar melakukannya. "Kalo nggak, dari dulu gue pacarin." "Ya emangnya si Abel mau sama lo?" Banyu tambahkan, "Makhluk modelan gue aja lolosnya jadi sahabat, bukan pacar." "Lo suka juga sama Abel?" tanya Dean. "Siapa coba yang gak suka sama Abel?" "Gue," jawab Dean. Banyu berdeham, segala hal tentang Abel pasti jadi santapan buah bibir banyak orang. Apalagi para siswi yang banyak membenci tingkahnya, pun juga dengan para siswa yang kebalikannya, mereka para lelaki mengaku menyukai Abel, tapi tak ada yang berani mendekatinya selain Banyu … itu pun sebagai sahabat. "Lo gak normal sih, Yan," tutur siswa lain yang tertuju untuk Dean. Banyu yang berucap, "Abel itu … sesuatu." *** "Ya sudah, terserah Ale aja mau hukum Abel kayak gimana. Ibu udah pusing!" Abel mengerling. "Ya elah, baru juga ngurusin Abel, belum yang lain. Niat gak sih jadi guru BK?" "Abel!" bentak Ale. Bahkan Abel tidak sopan dengan guru-gurunya. Selain Bapak Kepala Sekolah, tentu saja. "Apa sih, Sayang?! Suka banget nyebut-nyebut nama aku pake urat." Abel kembangkan seringaiannya. Ia menatap remeh pada Ale yang tampak sedang mengeraskan rahangnya. "Keluar!" seru Bu Guru. "Bawa Abel keluar, Al! Hukum dia mau kayak gimanapun, Ibu setuju!" Alhasil, selalu Ale yang jadi wali penghukum untuk Abel. Masih dengan gaya congkaknya Abel bersedap, mereka keluar. Jika Ale membungkuk menyalami gurunya, maka tidak dengan Abel yang kurang ajar keluar tanpa sopan santunnya. Kini, tubuh mungil Abel berjalan di depan Ale. Ketika Abel berniat untuk kabur, Ale menahan tangannya. "Kita belum selesai." Dan Abel tersenyum. "Masih kangen apa gimana?" Serius, Ale jengah. Ia tidak tergoda dan kesannya justru tak suka. "Ikut gue!" Abel tetap diam saat Ale berjalan mendahuluinya, sampai akhirnya Ale berbalik. Mendapati Abel yang setia pada posisinya, Ale mendengkus. "Lo gak denger gue bilang apa?" Abel terkekeh. "Biasanya kalo orang pacaran tangan si cewek digandeng, kan?" "Kita gak pacaran--" "Oh, jadi kemaren bohongan?" Ale terdiam, ia lupa akan misinya. Lalu mendengkus dan terpaksa menyeret tangan Abel. "Sebagai cewek gue, lo harus nurut apa kata pacarnya." "Kan kita gak pacaran—Ale!" Abel refleks memekik di satu kata terakhirnya. Semudah itu Ale mendorongnya dan menyudutkan Abel di dinding dekat toilet cowok. Ale berkata, "Rabu, tiga puluh satu Oktober dua ribu delapan belas, Alegrato Sean Wiliam menyatakan bahwa Abelia Cahyo Kusumo adalah ceweknya. Tanda tangan di atas materai nanti nyusul, kalau perlu." Abel kicep. Ale mendekatkan wajahnya, lorong yang mereka pijaki tergolong sepi. "Mau bukti kita jadian atau sepakat kalau mulai hari ini kita resmi pacaran?" bisik Ale di depan wajah Abel. Karena demi apa pun, Abel belum pernah pacaran, belum pernah didekati lelaki hingga sedekat ini. Kalaupun dekat sama Banyu … itu berbeda. Tapi kalau sama Ale, Abel merasa ia gugup. Mungkin, karena Abel menganggap Banyu sebagai teman wanita, bukan sosok yang berjenis kelamin pria. Ah, ribet. Maka Abel spontan mendorong bahu Ale sambil bilang, "Gak segampang itu kalau mau jadi cowok gue." Well, Abel menyeringai. Ale tampilkan raut datarnya. Karena cewek memang ribet, Abel katakan, "Lo emang ganteng, bawaannya gak mau nolak. Ya tapi, Ale … yang lo ajak pacaran itu Abel. Jadi, not thanks. Gue cabut dulu!" Sampai pada Abel pergi, menyisakan Ale yang mematung di tempatnya. Sesuatu yang membuat Ale lupa, kalau ia ditugaskan untuk menghukum sosok Abel, siswi nakal SMA Angkasa. *** Melody mengganti roknya dengan celana olahraga, kebetulan ada pelajarannya hari ini. Di lapangan ia melihat Ale lewat sendirian, maka Melody memanggilnya. Membuat Ale menoleh dan berjalan ke arahnya. "Al, lo udah tahu belum?" "Tentang apa?" "Rara." Melody berbisik, "Rara gak ada di rumahnya sejak kemarin." Ale terkejut, tapi tak nampak. Raut seorang kekasih ketika tahu gadisnya tak ada di rumah. "Maksud lo gimana?" tanya Ale penasaran. "Kalian lagi berantem gak, sih? Rara udah tahu kalau lo ada misi di sekolah?" Ale menggeleng. "Gue belum bilang apa-apa, gue gak pegang HP sejak kemaren." "Pantes." Melody semakin mendekatkan diri pada Ale. Ia lirik-lirik sekitar dan berbisik lagi, "Kayaknya Rara ada masalah. Rumahnya sepi, dia juga gak hubungin gue. Coba lo pulang sekolah samperin ke rumahnya, siapa tahu udah ada. Dan kabarnya, Rara gak masuk sekolah udah dua hari ini." "Coba gue pinjem ponsel lo!" Sebab Ale sedang tidak membawa benda canggih itu. Maka Melody langsung menyerahkan miliknya kepada Ale. Melody tahu seberapa besar cinta Ale untuk Rara, dan Melody tahu diri untuk tidak jatuh hati kepada pacar sobatnya. Karena ayahnya pernah bilang: Selagi populasi cowok jomblo masih ada, maka jangan sampai suka sama cowok orang. Melody sangat mematuhi petuah kolot dari ayahnya, yaitu Lei Scarloth yang juga pernah bercerita tentang kisah masa lalu perkawanannya. "Gimana?" tanya Melody ketika Ale menyerahkan kembali ponselnya. "Nomernya gak aktif." Ale tetap kalem. Tapi ketahuilah, Ale sangat cemas dalam hatinya. "Gue pergi dulu deh." Sementara itu, Abel yang sejak tadi mangkal di pojok lapangan, berniat untuk menjahili Melody, tapi tak jadi karena sosok Ale ada di sana. Abel tidak tahu apa yang dua makhluk itu bicarakan. Sepertinya sesuatu yang serius. Rasa penasaran itu datang, tapi Abel jauh lebih penasaran pada notifikasi ponselnya yang berdering. Berita harian mengenai pengusaha muda yang sedang sibuk-sibuknya di LA. Abel buka, Abel baca, isinya: Dikabarkan Kenzo Cahyo Kusumo akan bertunangan dengan seorang model Victoria Secret. Maka tanpa banyak cingcong lagi, Abel melempar ponselnya. Brak! "ANJIR!" Pekik Melody, ia terkejut. Lalu menengok dan melihat punggung mungil seseorang yang langsung ia duga orang itu adalah Abel karena warna rambutnya, sosok Abel menghilang di belokan. Melody mengerjap, ia menemukan apa yang Abel lemparkan. Sesungguhnya, semua orang tahu jika Abelia Cahyo Kusumo adalah cucu dari Kakek Kusumo si pemilik sekolahan. Tapi, tak ada yang tahu Abel anak siapa. "I-phone, Njir! Remuk, sayang banget," gumam Melody setelah ia memungut ponsel yang layarnya retak, mati total. Ngomong-ngomong, kenapa Abel melakukan ini? Apa Abel mendengar percakapannya dengan Ale? Itu yang Melody resahkan. *** "Bel, ke mana aja lo? Cepetan, bakal ada kuis matematika!" kata Banyu. Abel tak banyak bicara. Hatinya bergemuruh, ia murka. Namun, kepada siapa Abel harus melepaskan emosinya? Sampai pada lembar kuis itu dibagikan dan dikumpulkan kembali, Abel tak banyak bergerak, tidak banyak nyinyir seperti biasa. Dan Banyu yakin seratus persen jika Abel tidak mengisi kuis-kuisnya. "Abel!" bentak Bu Guru. Abel memandangnya, guru MTK itu berkata, "Kamu niat sekolah tidak? Saya ngasih kuis buat diisi, kertas punya kamu kosong semua!" Semua murid mulai berbisik-bisik cantik. Abel bangkit, ia ucapkan, "Kasih nol aja, repot amat." Dan berlalu tanpa ada sopan-sopannya. Abel hanya berharap, seseorang melaporkan kenakalannya kepada sang Papa. Dan Abel berharap akan ada respons dari segala ulahnya. Abel lari ke atap. Sejak kecil Abel tak pernah dekat dengan Kenzo, Abel merasa jika mungkin saja ia bukan anak dari pria itu. Tapi, kenapa dirinya diakui oleh sang Kakek? Dan sekarang, Abel pikir Kenzo memang bukan papanya. Sejak kematian mamanya pun, sampai tanah kuburan mengering, Abel tak pernah melihat Kenzo datang ke makam. Tiap kali Abel mendekati Kenzo, maka pria itu akan menjauh dan beralasan sedang sibuk. Abel tidak mengerti, seperti apa kehidupan papa dan mamanya saat dahulu? Otomatis, Abel menangis. Ia refleks menjatuhkan air matanya. Mungkin … ada baiknya ia terjun dari atap, tapi sayangnya Abel tidak suka mati konyol. Maka, Abel memilih untuk kabur ke salon seperti biasa. Ia akan menghabiskan uang yang diberikan oleh papanya. Namun, sebelum itu, sebelum benar-benar pergi, Abel memasuki kantin yang ternyata sedang jam istirahat. Abel teriak, "Yang mau jadi temen gue, pulang sekolah kumpul di mall! Gue traktir apa pun yang kalian mau!" Dan seseorang yang baru saja datang berdiri di belakang tubuh Abel. Ketika Abel berbalik, bagai de javu, kening dan d**a bidang itu berciuman lagi. Bugh! Ale menahan pinggang Abel, ia berbisik, "Gue mau berbuat m***m, pulang sekolah gue main ke rumah lo." *** N O T E: N I K M A T I - A J A - D U L U - Y U P S.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN