Menuju Dunia Lain yang Sebenarnya

1556 Kata
Sinnbad sama sekali tidak menggunakan senjatanya untuk melukai boneka kayu yang telah disiapkan oleh Dewa Gradiolus, dengan berbekal sebuah tinju Sinbad berhasil membuat sebuah lubang pada boneka itu, lubang yang cukup besar, padahal aku tau kalau benda itu cukup keras, bahkan paluku saja sampai memantul, tapi tetap saja aku tidak mampu menggores boneka itu sedikitpun. Ini aku yang terlalu lemah atau memang Sinbad lah yang terlalu kuat? “Manusia, Siapa namamu?” kata Dewa Gradiolus. “Sinbad. Ya Dewa.” Jawab Sinbad dengan singkat. “Kenapa kau tidak menggunakan pedang yang ada di pinggulmu itu? Apa itu hanya sebuah pajangan?” “Dewa… pedang saya ini saya gunakan untuk menebas kulit dan juga daging, jika ini digunakan secara sembarangan hanya untuk menebas sebongkah kayu, akan sangat sayang kalau pedang ini harus kehilangan ketajamannya. Jika tujuannya hanya untuk melukai boneka kayu itu, saya rasa tinju saya saja sudah cukup,” jawab Sinbad. Dewa Gradiolus tersenyum mendengar jawaban Sinbad dan dia membiarkan Sinbad pergi begitu saja. “Sinbad, tadi itu sangat keren. Pukulanmu benar-benar luar biasa, apa kau memukulnya menggunakan energi?” tanyaku. “Umm… bagaimana mengatakannya, ya? Kurasa aku memang merasakan adanya semacam aliran kekuatan asing yang mengalir menuju tanganku, apa itu yang kau maksud dengan energi?” jawab Sinbad. “Ya, sesuatu yang terasa menyengat seperti aliran listrik itu kurasa adalah energi yang dimaksud oleh Dewa Gradiolus.” “Listrik? Apa itu listrik?” kata Sinbad sambil memperlihatkan wajahnya yang Nampak kebingungan. Benar juga, Sinbad adalah orang yang terpanggil dari jaman dulu, dia pasti tidak pernah tau apa itu listrik. Ah… ini akan merepotkan jika aku harus menjelaskan apa itu listrik padanya. “Itu semacam aliran aneh yang baru saja kau rasakan,” jawabku. “Padahal aku juga sudah mencoba untuk mengalirkan aliran energi itu ke tanganku, tapi pukulan yang kulepaskan tidak bisa sekuat pukulan yang baru saja kau tunjukkan, apa aku tidak cukup mengumpulkan banyak energi itu, ya?” imbuhku. “Kau hanya kurang berlatih, begitulah yang aku lihat. Gerakanmu itu sangat menunjukkan kalau sebenarnya kau itu belum pernah bertarung sebelumnya. Eishi, sebelumnya apa yang kau lakukan di bumi?” “Kau benar, aku sama sekali tidak pernah bertarung di kehidupanku sebelumnya, yang kulakukan hanyalah belajar dan membaca buku.” “Jadi kau itu semacam sarjana atau cendekiawan, ya.” “Ku-kurasa kau bisa mengatakannya seperti itu. Haha…” Melihat betapa kuatnya Sinbad membuatku sadar dengan kelemahanku sendiri, aku tidak menyangka bahwa aku sepecundang ini. Tapi Sinbad, orang yang saat ini berdiri disampingku, dia sama sekali tidak meremehkanku walaupun aku ini payah, mungkin benar apa yang dia katakan, setiap orang mempunyai kelebihannya masing-masing. Tapi… apa kelebihanku? Semua Champion mulai maju satu per satu dan mulai memperlihatkan kebolehan mereka, semuanya memiliki kemampuan yang hebat, kurasa jika mereka akan turun ke dunia lain nantinya, mereka tidak akan merasa kerepotan untuk menjaga diri mereka. Yah… selama mereka langsung menaikkan level dan mengumpulkan banyak Skill, kurasa itu akan baik-baik saja untuk mereka. Champion terakhir yang mencoba untuk melukai boneka kayu itu adalah seorang Champion tanpa gelar, tapi karena kelas dan juga senjatanya yang merupakan kelas Saber jadi dia dapat melukai boneka kayu itu dengan sangat mudah menggunakan pedangnya. Dari semua Champion yang telah mencoba, bisa dilihat dari hasil pelatihannya. Lu Bu adalah Champion dengan kekuatan terkuat diantara kami, meskipun kekuatan Sinbad masih belum bisa dipastikan, tapi sejauh ini aku dan Champion lainnya meyakini kalau Lu Bu adalah yang terkuat diantara kami, dan yang terlemah dari mereka semua tidak lain adalah aku sendiri. “Kurasa aku percaya kalian dapat bertahan di dunia yang akan kalian singgahi setelah ini, dunia bernama Khartapanca. Melihat kemampuan yang telah kalian tunjukkan, kurasa aku tidak perlu ragu untuk segera mengirim kalian. Meskipun ada satu dari kalian yang agak membuatku ragu apakah dia bisa bertahan atau tidak.” Dewa Gradiolus pasti sedang membicarakanku, memang benar kalau aku sangat lemah, mungkin saat aku tiba aku akan langsung sekarat jika aku tidak sengaja bertemu dengan seekor binatang magis seperti yang di perlihatkan oleh Dewa Gradiolus sebelumnya. Aku hanya berharap saat aku tiba nanti aku tidak akan bertemu dengan hal-hal yang akan membahayakanku. “Tapi kalian pasti memiliki cara kalian sendiri untuk tetap bertahan hidup, jadi sebentar lagi aku akan mulai memindahkan kalian ke Dunia Khartapanca. Kalian mungkin akan di pindahkan ke tempat yang berbeda, dan mungkin kalian tidak akan bertemu satu sama lain setelah kalian tiba, jadi kuberi kalian sedikit waktu untuk berpamitan pada teman yang baru saja kalian temui disini.” Setelah ini… aku harus melakukan segalanya sendiri, satu-satunya yang harus diandalkan adalah diriku sendiri, jadi… bagaimanapun juga aku harus bertambah kuat. “Eishi… mungkin kita akan segera berpisah disini, tapi aku harap kita akan segera bertemu di dunia itu, sampai hari itu tiba, kuharap kau mampu bertahan dan menjadi semakin kuat,” ujar Sinbad. “Umm! Aku harap kita akan segera bertemu lagi, aku akan bertahan dan menjadi semakin kuat meskipun jalan yang akan kulalui nanti tidak akan mudah, tapi aku akan berusaha agar aku tetap kau kenali saat kita bertemu nanti,” balasku. Sinbad mengangkat tangannya dihadapan wajahku, ah… jadi dia memintaku agar bersalaman dengannya sebelum kita berpisah. Kurasa aku sudah berhasil membuat seorang teman di dunia lain. Ya… kurasa tidak semuanya yang terjadi itu buruk. Eh? Apa yang terjadi? Saat kulihat sekelilingku, tanah yang tadinya hanya berisi rerumputan hijau mendadak berubah menjadi hutan yang dikelilingi oleh pohon-pohon yang lebat. Baru sepersekian detik tanganku bersalaman dengan Sinbad lalu tanpa aku sadari aku telah berpisah dengannya, mungkin dia telah dikirim ke tempat yang berbeda. Tak peduli dimanapun itu, kami telah membuat janji untuk bertemu satu sama lain. Yang terpenting sekarang adalah memikirkan bagaimana caranya aku akan bertahan hidup di dunia yang disebut Khartapanca ini. Saat ini aku berada di tengah-tengah hutan, kuharap ini bukanlah hutan terlarang yang ada di dunia ini, aku sama sekali tidak mengharapkan adanya binatang magis yang buas atau monster yang akan mendatangiku di hutan ini, semoga ini hanyalah hutan biasa. Oh… benar juga, jika kehidupanku yang sekarang ini di atur berdasarkan system yang mirip dengan yang ada di dalam game, kuharap ada perintah Map disini. Yah… walaupun Dewa Gradiolus mengatakannya dengan sebutan mantra, tapi aku sangat yakin ini adalah system perintah di dalam game, jadi cukup gunakan saja Bahasa yang digunakan dalam pemerogramannya, jika dilihat dari yang sudah-sudah, Bahasa pemerograman yang dipakai semuanya menggunakan Bahasa inggris, karena aku adalah seorang gamer di duniaku yang sebelumnya, jadi aku tau Bahasa pemerograman umum yang mungkin digunakan. Pokoknya sekarang aku hanya harus mencobanya, dimulai dengan Bahasa ini… “Show the Map!” Ohho! Ini sangat mengejutkan, siapa yang akan menduga bahwa ini akan berhasil. Benar-benar muncul sebuah peta di hadapanku, rasanya ini seperti bermain Game VR dengan graphic yang lebih realistis. Tapi sangat disayangkan, untuk tempat yang belum dijelahi semuanya gelap tak terlihat di dalam map, di sini juga ada system navigasi yang memudahkan untuk para Champion, yang berbentuk seperti tanda panah itu aku yakin adalah diriku, ah… jadi saat ini aku sedang menghadap ke selatan kah. Meskipun aku tidak memiliki kemampuan bertarung saat ini, tapi aku yakin, dengan pengetahuan yang aku bawa dari bumiku dulu, aku mampu bertahan di tempat antah berantah ini. Daripada menyebutnya antah berantah, di map disebutkan nama dari hutan ini, Namanya adalah Nimiyan Forest, terdengar biasa. Kurasa ini adalah hutan biasa, tadinya ku pikir ini akan terdengar seperti Death Forest atau Forest of Destruction. Kurasa aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkan kemungkinan adanya bahaya yang berlebihan, tapi tetap saja aku tidak boleh lengah, demi berumur panjang… mari berhati-hati dalam bertindak. Aku tidak tau harus berbuat apa, tapi jika ini adalah dunia lain maka… apa yang biasanya dilakukan seorang MC manga Isekai saat mereka terlempar ke dunia lain? Ya! Jawabannya adalah mencari adanya tanda-tanda kehidupan yang memiliki peradaban. Setidaknya aku harus mencari sebuah desa di dekat hutan ini. Mari kita lihat apa yang ada di dalam Map selain tanda panah dan juga nama dari tempat ini, kira-kira apakah aku dapat menggeser peta ini atau tidak ya? Oh! Ini berhasil, walaupun aku tidak merasakan apa pun saat menyentuhnya tapi aku berhasil menggeser peta ini, mari kita cari tempat terdekat yang bisa kita datangi. Ini dia! Nimiyan Village, jadi benar-benar ada sebuah desa di sekitar sini, syukurlah. Aku harus pergi ke sana dan segera mengumpulkan semua informasi tentang dunia yang disebut dengan Khartapanca ini. Nimiyan Village terletak di arah selatan tidak jauh dari tempatku berpindah, Aku sudah melakukan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar satu jam lamanya, tampaknya aku sudah melewati seperempat perjalanan menuju desa Nimiyan, kira-kira tiga jam lagi aku baru bias sampai disana. Berjalan di tengah hutan seperti ini, bagi seorang yang selalu menghabiskan waktunya di dalam kamar, sudah pasti sangatlah berat. Pertama kalinya dalam hidupku aku berjalan sangat jauh, padahal dulunya aku berpikir perjalanan menuju ke SMA ku itu adalah perjalanan yang melelahkan, siapa yang menyangka kalua perjalananku sekarang malah sepuluh kali lebih buruk. Tak peduli seberapa jauh jarak perjalanan yang harus aku tempuh, aku harus tetap melakukannya. Karena sekarang, perjalanan inilah yang akan menentukan apakah aku akan hidup lama atau tidak. Aku benar-benar penasaran dengan nasib Champion lain yang sama-sama di pindahkan, apakah mereka akan tau cara menemukan jalan tujuan mereka ya? Kuharap meskipun Sinbad tidak dapat menggunakan Map, dia akan mampu menemukan jalannya sendiri. Yosh! Saat ini yang harus ku lakukan adalah terus berjalan perlahan agar aku tidak kelelahan dan pingsan di hutan ini. “Nimiyan Village… Aku datang!!!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN