bc

Peerless Crafter

book_age16+
104
IKUTI
1K
BACA
adventure
student
loser
lucky dog
male lead
multiverse
weak to strong
like
intro-logo
Uraian

Namaku adalah Ichigaya Eishi, seharusnya sesuai dengan mengambil nama Ichi, aku harusnya menjadi orang nomer Satu. Tapi hidupku tak lebih dari sekedar seorang karakter sampingan saja, aku senang aku bisa dipindahkan ke dunia yang baru. Saat berpikir aku akan menjadi sosok yang berbeda di duniaku yang baru, hal pertama yang kulihat adalah sekelompok orang yang terkenal di kehidupanku sebelumnya, para pahlawan yang namanya tertulis di dalam sejarah. Sinbad? Lu Bu? Oda Nobunaga? Joan De Arc? Apa aku akan menjadi karakter sampingan sekali lagi di dunia lain?

chap-preview
Pratinjau gratis
Kehidupan Karakter Sampingan
Hitam... Semuanya hitam... Tanganku tak dapat meraba apapun, kakiku tak menapaki apapun, mataku tak melihat apapun. Hitam... Sepenuhnya hitam. Kenapa ya aku melihat semua ini? Apakah ini mimpi? “Apa kau bosan?” “Apa kau bosan?” “Apa kau bosan?” Suara itu terus terulang dengan kelimat yang sama, apa aku bosan? Aku ingin menjawabnya iya. Aku sedang sangat bosan, lantas apa yang akan terjadi setelah itu? Aku tak tau suara siapa itu dan aku merasa ada yang salah akan hal itu. Sinar kah? Ah... Sudah pagi rupanya. Apa yang kulihat barusan adalah mimpi, tapi suara itu... Kenapa ya sangat terdengar jelas dan membuatku terngiang-ngiang? Namaku Ichiya Eishi, seorang anak SMA. Aku tinggal di tepi pantai, setiap hari saat pagi aku dapat menyaksikan matahari mengintip dari selimut yang membentang yang orang sebut itu laut. Aku selalu membuka sedikit tiraiku, sehingga cahaya matahari pagi bisa masuk dan menyilaukanku yang sedang tidur. Itu selalu membantuku bangun tepat waktu. Kenapa aku tak menggunakan jam? Yah... Itu terlalu berisik dan aku benci setiap kali itu berbunyi. Setiap pagi dengan rambut yang berantakan dan mata yang sembab, aku berjalan ke kamar mandi, buang air... Lalu menyikat gigi. “Kemana busanya?” Sambil terus ku gosok gigiku dan melihat cermin yang nampak samar bayanganku. “Jatuh lagi kah?” Sambil mengambil pasta yang jatuh ke wastafel, aku mencoleknya dengan sikat gigiku dan kembali menyikat gigi. Aku berkumur sambil menghadap langit-langit, ntah kenapa aku teringat kalimat yang muncul dalam mimpiku. Apa aku bosan? Yah... Aku sangat bosan, setiap hari tidak ada hal yang baru, semua seperti ter reset secara otomatis, bangun pagi hari, membersihkan diri, bahkan saat aku berjalan ke ruang makan... “Ah... Roti selai itu lagi...” Aku duduk di meja makan, mengambil garpu dan pisau makan, aku menusuk nusuk kuning telur yang disajikan bersama roti selai tersebut. “Kenyal-kenyal.... Haaaaa.... “ Aku sudah pernah bilang pada ibuku, aku tidak suka telur setengah matang, yah... Aku mengatakan itu setiap hari saat aku masih kecil, tapi... Aku tak pernah memakan telur yang benar-benar matang sampai hari ini. Kehidupanku itu biasa, sangat biasa malah. Orang tuaku sama sekali bukan orang yang bisa kubanggakan atau kuceritakan dengan orang lain. Ayahku bukanlah seorang yakuza yang menguasai lima provinsi dan disegani oleh banyak orang, ibuku bukanlah designer kenamaan yang setiap hari terbang menggunakan jet pribadi dari Jepang ke Budapest dan dari Budapest ke Dubai. Mereka hanyalah pekerja kantoran biasa. Setiap hari mengejar waktu, diburu waktu, dan dikalahkan oleh waktu. Pagi sebelum aku keluar dari kamar mereka sudah tidak ada dirumah, malam ketika aku menggosok gigi dan berjalan melewati ruang makan mereka tetap tidak dirumah. Yang kutau mereka pulang, mereka pasti pulang. Yah... Telur kuning kenyal ini buktinya. Apa ayah dan ibu sempat melihatku tidur tidak ya ketika mereka pulang kerja? Aku tidak pernah mengunci pintu kamarku, aku ingin mereka setidaknya mengintip aku yang sedang tertidur... Aku sangat butuh diperhatikan. Bahkan aku meletakkan buku e****s di meja belajarku, bukan setumpuk dua tumpuk. Bahkan buku pelajaranku kalah banyak dengan buku e****s itu. Aku tak menyembunyikannya, bahkan saat kamarku dibuka sudah pasti itu terlihat. Aku hanya ingin ditegur, dimarahi seperti anak-anak kebanyakan. Apa ayah dan ibuku sempat mengobrol di tengah malam atau berhubungan intim? Apa mereka punya waktu untuk itu? Apa mereka perlu bekerja keras seperti itu? Untuk apa? Kaya? Bisa membeli apapun yang diinginkan? Melakukan apapun atau pergi kemanapun? Berkecukupan? Memiliki status sosial tinggi? Kenapa mereka melakukannya? Hal seperti itu... Aku tidak menginginkannya. Aku menarik bagian belakang sepatuku ke atas, lalu aku menghentak hentakannya dilantai supaya sepatu itu terpasang dengan benar. Kubuka pintuku perlahan dan ku kunci dengan rapat. “Aku berangkat!” Bodohnya aku, kenapa aku mengatakan hal itu? Memangnya ada orang yang akan menjawabnya? Apa rumah ini akan menjawabnya? Aku harap tidak, itu akan jadi menyeramkan nantinya. Aku membuka gerbang dan di depanku nampak seorang gadis berlari dengan terburu buru, dasinya tidak dipasang dengan rapi, kancing jasnya belum terpasang, bajunya pun ada diluar roknya. Yang jelas... Dia berlari sambil memakan roti selai yang menggantung di mulutnya sambil mengatakan sesuatu, yang kudengar hanya seperti suara lebah yang bergumam. “Ah... Hari gini masih adakah orang yang memakan roti sambil berlari seperti sebuah karakter di dalam manga?” ya... Setelah ini, di perempatan yang tidak jauh dari sini dia akan bertabrakan dengan seorang pria tampan dan jatuh dengan paha terbuka, entah itu gambar anjing atau beruang pasti akan terlihat di kancutnya. Ah... Jalan cerita seperti itu sudah biasa. Tuh kan bener, sudah dierempatan dan perempuan itu terjatuh dengan paha yang terbuka, aku penasaran... Itu anjing atau beruang ya? Aku terus berjalan kedepan dan kulihat seorang pria mengendarai motor bebek sambil membungkuk meminta maaf kepada gadis dengan roti dimulutnya. Hah? Jadi dia tabrakan dengan seorang tukang pos? Tukang pos selalu berkendara terburu-buru dipagi hari, hebat juga gadis itu bisa tertabrak tanpa meninggalkan luka sedikitpun. Sial! Dia tidak memakai k****t tapi sebuah celana pendek. Gadis ini menghancurkan anganku. Stasiun masih ramai seperti biasa... Ini kan tempat umum, sudah jelas lah. “Yamanote! Yamanote!” Suara yang menandakan sebuah Shinkansen akan tiba. Gerombolan orang sudah mulai bergerak menuju tempat masing-masing pintu akan terbuka. Biasanya aku akan berkumpul dengan sekumpulan om-om yang akan pergi ke kantor, sekarang para gadis sma lainnya kah... Jika berdesakan seperti ini ada kemungkinan aku menyentuh mereka tanpa disengaja. Ah... Ya ampun... Wajahku jadi memerah, apa sih yang kupikirkan. Shinkansen berangkat, dari Ikebukuro melewati beberapa stasiun kecil seperti Mejiro, Takadanobaba, Shin-Okubo dan sampai ke Shinjuku, setelah itu Shinkansen akan berangkat menuju stasiun besar berikutnya di Shibuya. Sambil memegang sebuah pegangan yang terikat tali, mataku terus melihat para gadis yang ada didepanku, aku tanpa sadar menikmati obrolan mereka tentang kehidupan Sma mereka, terkadang celetuk mereka mengarah kepada hal-hal yang bersifat s*****l. Itu tidak aneh, yang aneh adalah seorang remaja yang sudah duduk dibangku terakhir Sma sepertiku masih berhubungan s*****l dengan tangannya sendiri. Menjadi perjaka di usia seperti ini... Ah... Sebegitu pecundangnya diri ini. Shinkansen berhenti mendadak disebuah stasiun dan itu menyebabkan sedikit guncangan, gadis yang ada di depanku akan terjatuh kedepan dan membentur kursi didepannya, tanganku tanpa disengaja memegang tangan gadis itu. “maaf! Aku tidak sengaja” “lembutnya...” Gumamku dalam hati. “Terimakasih, jika bukan karenamu aku pasti membentur kursi.” Gadis itu sedikit membungkuk padaku, dia mengatakan hal itu sambil tersenyum namun sebuah gigi yang nampak gingsul tidak masuk ke dalam seperti gigi lainnya. Dan entah kenapa gadis itu terlihat... Imut. “Jika kau tidak keberatan maka... Apakah kau mau memegang ini?” Aku sambil menunjuk pegangan yang sedang ku pegang. “Ah! Terimakasih!” Gadis itu dengan senang hati menerimanya, dia langsung berjalan kearahku dan ketika rambutnya mengibas saat dia berbalik, wangi shamponya terciun dan itu harum. Lalu... Bau apa ini? Ini lebih harum dari rambutnya... Apa ini ketiaknya kah? Tangannya yang menggapai pegangan itu membuat aku mencuri-curi pandang ke ketiaknya. Iya lah! Aku cowok normal, kalau ada kesempatan seperti itu akan sayang kan kalau terlewat. Sejauh ini... Aku bisa mengatakan sesuatu padanya dengan santai, dan nampaknya dia menjawabnya dengan ramah. Apa aku bisa lebih dekat dengan gadis ini tidak ya? Siapa tau... Yah! Siapa tau aku bisa melepaskan title ku sebagai perjaka, hehe. Ntah berapa lama aku terlarut dalam pemikiran itu tapi aku sudah sampai di stasiun berikutnya. Gadis itu sudah turun bersama teman-temannya dan kini... Hanya ada aku... Dan beberapa om-om yang tertidur di kursi penumpang. Hah.... Lagi-lagi kehidupanku yang membosankan akan dimulai, padahal tadinya aku berharap akan ada sesuatu yang berbeda. Sekolah ini lagi kah... Aku melihat jam dan masih sekitar jam yang sama ketika aku sampai kesini kemarin, dua hari yang lalu, bahkan seminggu sebelumnya juga tidak kurang dari dua menit atau lebih dari dua menit. Suara yang terdengar masih juga sama, suara obrolan asik, tawa cekikikan, kicau burung, sorak sorai anak klub olahraga yang sudah membara di pagi hari. Tak usah menoleh ke kanan atau ke kiri, aku tidak akan pernah menemukan seorangpun yang berjalan sendiri sepertiku. Apakah aku orang yang tertolak dari Circle? Ah... Apa aku masuk sebuah klub aja ya? Klub olahraga? Aku tidak terlalu suka olahraga, berkeringat dan bau. Penelitian? Apa aku seperti orang yang pintar? Klub manga? Aku bukan maniak seperti mereka. Aku tak ingin klub... Aku hanya butuh seorang teman. Ya! Teman.... Tidak, bukan itu yang kubutuhkan. Bukan seorang teman juga tak apa, asalkan itu adalah sesuatu yang dapat mengubah kehidupanku yang membosankan ini. Eh?!! Kenapa aku jadi mengingat suara itu lagi? Apa aku bosan?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Time Travel Wedding

read
6.6K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
22.2K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
10.5K
bc

Romantic Ghost

read
164.3K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
7.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
148.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook