Kedua penjaga ini terlihat sangat waspada, mungkinkah aku terlihat seperti penjahat di mata mereka?
“Tentu saja kau bisa memasuki desa kami,” jawab Penjaga Desa bernama Torn yang berada tepat disamping Lyod.
Ah! Mengejutkan, ternyata aku bisa memasuki desa Nimiyan.
“Tapi kami harus memastikan kau tidak memiliki rekam jejak sebagai seorang pelaku tindak kriminal atau narapidana. Jika kau bukan seorang tahanan yang melarikan diri maka kami bisa membiarkanmu masuk ke dalam desa,” imbuh Lyod.
“Tenang saja, saya belum pernah melakukan tindak kriminal sekalipun, saya juga bukan seorang tahanan yang sedang melarikan diri.”
Torn lalu meraba saku pada seragam penjaganya dan mengeluarkan sebuah bola kristal berwarna hitam keunguan, aku tidak yakin benda apa itu.
“Ini adalah kristal pendeteksi ketidak murnian, jika seseorang melakukan suatu kejahatan dalam hidupnya maka kristal ini akan menyala terang. Jika kejahatan yang dilakukan itu hanya kejahatan kecil, bola kristal ini akan mengeluarkan cahaya yang sedikit. Jadi ini bersinar terang atau tidak tergantung besarnya kejahatan yang kau lakukan,” kata Torn.
“Apa kau tidak keberatan kami menggunakan kristalnya padamu?” imbuh Lyod.
Jadi ada benda seperti ini di dunia lain. Polisi di duniaku sebelumnya pasti iri dengan keberadaan benda yang sangat praktis ini.
“Saya tidak keberatan.”
“Baiklah… kau bisa meletakkan tanganmu di atas bola kristal ini!” ujar Torn.
Ah… jadi begitu cara menggunakannya. Aku cukup meletakkan tanganku di atasnya, kan? Yosh! Ini sudah tiga detik berlalu, dan bola kristal ini tidak menunjukkan reaksi apapun, itu artinya aku bersih.
“Kau terbukti tidak memiliki jejak kejahatan dan niat jahat, kami akan mengijinkan kau masuk, tapi sebelum itu bisakah kau sebutkan namanu?”
“Ah! Nama saya Ichigaya Eishi, saya hanyalah seorang pengembara.”
“Ichigaya Eishi? Nama yang tidak biasa, apa kau orang yang berasal dari kerajaan asing?” tanya Lyod.
“Be-benar, saya berasal dari negeri yang jauh di timur, sebuah negeri bernama jepang.”
“Jepang? Ini pertama kalinya aku mendengar ada sebuah negeri bernama jepang. Yah… lagipula tugas kami sebagai penjaga desa tidak memperbolehkan kami pergi jauh dari tempat ini, mungkin ini hanya karena minimnya pengetahuan kami tentang dunia luar. Kalau begitu Tuan Ichigaya Eishi, selamat datang di Nimiyan Village,” kata Lyod.
“Terimakasih banyak!” sahutku.
“Oh Iya, Tuan Eishi. Ambil ini!” kata Torn sambil memberikan sebuah batang kayu berukuran stick es krim, ada juga tinta hitam yang tertulis di benda itu. Mungkin itu seperti sebuah tanda pengenal.
“Kau kalungkan benda itu di lehermu, dengan begitu penduduk di desa akan tau bahwa kau adalah seorang pengunjung yang datang, benda itu membuatmu terhindar dari masalah, jadi kau harus menjaganya agar tidak hilang, atau sesuatu yang merepotkan akan terjadi,” ujar Torn.
“Silahkan lewat sini!” dengan ramah Lyod mempersilahkan aku masuk ke dalam desa.
Kalau di ingat-ingat ini adalah kali pertama aku berhasil mengobrol dengan orang lain secara santai, pembicaraan yang kulakukan dengan guru atau teman sekelasku sewaktu di bumi, semuanya terasa canggung. Aku tidak menyangka kalau sebenarnya berinteraksi dengan social tidaklah sesulit itu, asalkan kita melakukannya dengan ramah maka orang lain juga akan ramah pada kita.
“Terimakasih Tuan Lyod dan Tuan Torn!” ujarku sambil menunduk memberi hormat pada kedua penjaga desa yang baik dan ramah itu.
“Bagaimana dia tahu nama kita?”
****
Jadi ini Desa Nimiyan… sungguh desa yang kecil dan juga kurang maju, jelas saja… di dunia ini ilmu pengetahuan masih belum terlalu berkembang, tidak ada teknologi canggih yang mampu menunjang kehidupan mereka. Aku seperti kembali ke bumi di mana saat ini adalah abad pertengahan, sangat primitif, tapi… menakjubkan.
Orang-orang di desa ini menatapku dengan pandangan yang aneh, Ah! Benar juga, kalungnya! Aku malah menyembunyikan kalung yang diberikan oleh Tuan Torn di balik bajuku. Dengan memperlihatkan ini seharusnya mereka mengenaliku sebagai seorang pengunjung di desa mereka.
Sungguh mengejutkan, orang-orang yang tadinya menatapku dengan tatapan yang tidak menyenangkan mendadak mengubah sikap mereka. Orang-orang desa Nimiyan mulai tersenyum ramah bahkan mereka tidak segan melambaikan tangan mereka ke arahku untuk menyapa. Karena ini adalah dunia yang diatur berdasarkan system di dalam game. Mungkinkah orang-orang ini adalah NPC (Non-Player Character).
“Tuan, apakah anda seorang pengunjung yang datang ke desa Nimiyan kami, saya ucapkan selamat datang di desa Nimiyan. Nama saya Jerome, saya seorang pemilik sebuah penginapan dan bar di desa ini, apakah anda ingin singgah di desa ini untuk beberapa waktu?” ucap seorang pria paruh baya dengan tubuh agak gemuk dan tinggi badan yang lebih pendek dariku itu dengan ramah.
Ah… benar juga, jika aku singgah di suatu tempat maka aku butuh sebuah penginapan, tapi… bukankah aku butuh uang untuk menginap di suatu tempat, dan saat ini… aku tidak membawa apapun.
“Mungkin saya akan singgah di desa ini untuk beberapa waktu, tapi untuk menginap… tampaknya saya perlu tambahan sedikit uang untuk melakukannya.”
“Uang? Apakah anda mempunyai uang? Tak apa walaupun hanya sedikit, anggaplah itu sebagai uang muka, atau… mungkin saya bisa memberikan anda sebuah potongan harga yang bagus. Apakah anda bersedia menginap di penginapan saya?” ucap Pria itu.
Aw… pria ini cukup memaksa juga, aku tidak enak hati ingin menolaknya, tapi walau di minta sekalipun, saat ini aku benar-benar tidak mempunyai uang sedikitpun. Bagaimana ya bilangnya agar tidak menyinggung perasaan pria ini?
“Tu-Tuan Jerome, bukan? Sa-saya dengan sangat senang hati menanggapi tawaran dari anda. Saya pasti akan mencari Tuan Jerome saat saya butuh penginapan, tapi untuk saat ini… yang saya butuhkan adalah sebuah toko yang bersedia membeli barang saya. Apa Tuan Jerome tau sebuah toko di desa ini yang biasa membeli barang dari para petualang?”
“Anda membawa barang untuk di jual?” Tuan Jerome mengatakannya sambil memperlihatkan ekspresi wajah yang kebingungan, dia memperhatikan diriku dengan seksama.
Yah… mungkin dia sedang mencari barang yang aku maksud, tapi aku menyimpan semuanya dalam Inventory, jadi dia tidak bisa melihatnya. Apa yang Tuan Jerome lihat adalah aku yang tidak membawa apa-apa.
“Saya membawanya di saku celana saya, saya tidak tau apakah benda ini dapat di jual atau tidak.”
“Kalau begitu anda lurus saja dari jalan ini, ada sebuah toko kecil yang bertuliskan Toserba Gronth. Tidak hanya menyediakan banyak kebutuhan sehari-hari saja, tapi toko itu juga menjual Item yang dibutuhkan oleh para petualang, kau juga bisa menjual hasil tambang atau berburu di toko itu, pemiliknya adalah seorang pria tua bernama Bern.”
“Terimakasih Tuan Jerome, saya akan segera menuju kesana, mungkin setelah saya mendapatkan uang saya akan segera menghubungi anda untuk menyediakan sebuah kamar kosong.”
“Terimakasih Tuan Pengembara, jika anda bingung mencari saya, anda bisa menemui saya di bagian timur desa ini, Penginapan Bulan Bintang, itulah nama penginapan yang saya kelola, semua orang di desa ini tau tempat itu, jadi jangan segan untuk bertanya.”
“Terimakasih banyak Tuan Jerome, senang bertemu dengan anda.”
Sungguh aku tak percaya, aku bisa berbicara dengan normal pada setiap orang asing yang ada di dunia ini tanpa ada rasa canggung. Apa karena aku menganggap mereka sebagai NPC? Ntahlah, Tuan Jerome bilang mungkin aku akan kebingungan, tapi… dia tidak tau aku mempunyai ini. Hehe…
“Show the Map!!!”
Dengan begini setiap tempat yang ada di Desa Nimiyan telah aku ketahui dengan mudah. Oh Iya… Toko Tuan Bern… ternyata itu tepat di depan. Aku jadi penasaran apa saja yang di jual oleh orang dari dunia lain. Kalau begitu tidak perlu menunggu lagi, mari jalan!
“Kling!!!”
Aku mendengar suara lonceng kecil berbunyi setelah aku membuka pintu, lalu aku melihat seorang pria tua yang sudah beruban duduk sambil membaca sebuah buku sembari menjaga tokonya. Aku tidak sengaja menyentuh rak di toko dengan jariku, dan tempat ini… cukup berdebu, aku tak melihat ada orang lain di dalam sini selain diriku dan si pemilik toko. Nampaknya dia sudah lama tidak menerima seorang pelanggan. Dia terlalu fokus membaca buku, apa dia tidak mendengar suara lonceng di tokonya sendiri?
“A-ano… permisi.”
Pak tua itu melihatku sambil menyipitkan mata, mungkin dia tidak melihatku dengan jelas.
“Ah! Seorang pengunjung dari luar, ku ucapkan selamat datang di desa Nimiyan anak muda. Adakah yang bisa aku bantu? Aku menjual banyak sekali barang, jika kau seorang petualang, mungkin aku memiliki beberapa benda yang bisa membantumu,” ujar Pria Tua itu.
Semua orang di desa ini sangat baik memperlakukan pengunjung dari luar, mereka semua orang yang ramah.
“Tu-Tuan, apakah aku bisa menjual barang-barangku di toko ini?”
“Ah… kau ingin menjual barang, tentu saja kau bisa menjualnya disini, tapi… mungkin aku tidak bisa memberikanmu harga yang bagus, nak. Akhir-akhir ini tokoku sangat sepi pelanggan, pemasukanku sangat sedikit selama setahun terakhir.”
“Ah! Tidak apa-apa Tuan, anda bisa menentukan harganya, saat ini saya juga membutuhkan uang, jadi… saya akan setuju dengan harga berapapun yang anda tawarkan,” jawabku.
Memang jika melihat dari kondisi toko yang sudah berdebu, sudah bisa dipastikan tidak banyak orang yang datang berkunjung, mungkin aku adalah orang pertama dalam beberapa bulan terakhir yang memasuki toko ini. Aku merasa keadaan di desa ini sangat aneh, sepertinya banyak orang yang butuh dukungan finansial, desa ini pun sangat sepi, aku tidak melihat adanya anak-anak berlarian di desa, dan tak ada remaja sama sekali yang aku lihat di desa ini, kebanyakan hanya lansia dan orang paruh baya.
“Kalau begitu baiklah, maaf jika aku harus merugikanmu, nak. Tapi saat ini aku benar-benar tidak memiliki banyak uang.”
“Tidak masalah, Tuan.”
“Oh iya, kau bilang ingin menjual barang, aku tidak melihat kau membawa sesuatu di tanganmu, kau juga tidak membawa ransel. Apakah kau membawa kereta dan meletakkan barangnya di luar toko?” tanya Pak Tua itu.
“Saya tidak membawa kereta kuda, tapi… benda-benda yang ingin saya jual, saya membawanya di dalam sini. Inventory!!!”
“Apa itu?” Pria Tua Penjaga toko itu bingung.
Apa dia pertama kali melihat sebuah benda seperti layar apung ini?
“Bahasa apa yang kau ucapkan?” sambungnya yang masih tetap bingung.
“Itu adalah sebuah mantra, apakah anda tidak melihat sebuah benda melayang di depan tangan saya?” kataku sambil meletakkan tanganku di atas tabel Inventory.
“Benda? Benda apa yang kau maksud, nak? Aku tidak melihat apapun.”
Dia tidak bisa melihat layar Inventory yang mengambang tepat di depanku, apa hanya Champion saja yang dapat melihat ini? Jadi NPC tidak bisa melihat ini, padahal benda ini jelas mengambang di depan kita. Mungkin dia akan tau jika aku mengeluarkan benda dari dalam Inventory.
“Wah Nak! Tanganmu putus!!!”