Niat yang Keluar Begitu Saja

1585 Kata
Aku membuka pintu yang ada di depanku, apa aku tidak masalah melakukannya tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu? Bagaimanapun juga Penginapan ini juga masihlah rumah seseorang, aku harus tau etika dunia ini. ”Seorang pelanggan di malam hari? Apa dia pelanggan atau seorang tamu yang ingin menemui ayahmu?” ujar seorang wanita paruh baya pada seorang gadis yang sedang menyapu lantai tempat yang terlihat seperti sebuah restoran, atau lebih tepatnya sebuah bar minuman. “Biar aku tanyakan padanya, Bu!” jawab gadis itu. Suaranya lembut sekali, kapan ya aku terakhir kali mendengar suara selembut itu? Mungkin gadis ini seumuran denganku atau setidaknya dia lebih muda. “Selamat malam Tuan, adakah yang bisa saya bantu?” Ca-Cantik… dia benar-benar seorang gadis yang cantik, dan benar saja, kelihatannya dia lebih muda dariku. Ya ampun… aku belum pernah melihat gadis secantik dirinya sebelumnya, bahkan Idol di duniaku tidak bisa menandinginya kalau bicara soal keimutan. Se-sepertinya aku mulai jatuh hati. “Tuan… apakah anda baik-baik saja?” gadis itu melambaikan tangannya di depan wajahku, apa karena aku tidak sengaja melamun di depannya? “Tuare! Apa yang kau lakukan? Tidak sopan melakukan itu pada orang lain,” ujar Wanita paruh baya yang bisa kusimpulkan bahwa dia adalah istri dari Tuan Jerome. “Maafkan aku anak muda, anakku bersikap tidak sopan padamu.” “Ibu! Itu semua karena orang ini diam saja saat seseorang sedang berbicara dengannya, otaknya baru saja seperti sedang membeku, apa itu karena dia dilahirkan setelah bulan ke tujuh?” “Tuare!!!” wanita itu sedikit membentak putrinya. “Tuan, tolong maafkan anakku. Dia memang kadang bersikap kurang sopan, itu karena dia dulu terbiasa menghadapi para petualang yang singgah di penginapan ini. Sekali lagi aku memohon maaf atas sikap putriku,” ujar istri Tuan Jerome. “Tidak masalah, Nyonya. Itu bukanlah sesuatu yang harus di permasalahkan.” “Terimakasih banyak karena telah memakluminya, oh ya, Tuan! Tujuan anda kemari apakah untuk menginap atau…” “Iya, saya sedang mencari sebuah penginapan, sebelumnya saya bertemu dengan Tuan Jerome, dan beliau menawarkan tempatnya kepada saya, jadi… saya ingin datang dan memesan satu kamar untuk disinggahi.” “Ah… kalau begitu mari ke tempat resepsionis, biar saya menuliskan pesanan anda,” ucap Istri Tuan Jerome dengan sangat ramah sambil berjalan ke tempat resepsionis. “Blehhh!” gadis yang merupakan anak dari Tuan Jerome menarik kelopak mata bagian bawahnya dengan telunjuknya dan menjulurkan lidahnya ke depan. Dia memperolokku, kah? Tapi… sikapnya itu… ntah kenapa terlihat imut. “Baiklah Tuan, bisakah anda menyebutkan nama anda?” “Nama saya Ichigaya Eishi.” “Wah… nama yang tidak biasa, ya.” “Haha… begitulah,” balasku sambil tersenyum ramah. “Baik, Tuan Eishi. Anda akan memesan layanan kamar selama berapa hari?” “Emm… saya rasa tiga hari empat malam dengan mala mini.” “Dimengerti, layanan pemesanan kamar kami juga termasuk layanan makan tiga kali sehari, yaitu sarapan, makan siang dan juga makan malam. Untuk biaya yang harus anda bayar selama menginap tiga hari adalah tiga keping perak, apakah tidak masalah, Tuan Eishi?” Tiga keping perak kah, aku tidak mengerti berapa banyak tiga keping perak itu. Tuan Bern memberiku dua keping, apa mungkin itu setara dengan satu keping emas? Mungkin aku hanya perlu memberikannya saja untuk tau seberapa banyak satu koine mas itu. “Nyonya, ini untuk biaya pemesanannya!” “Terimakasih Tuan Eishi, tunggu sebentar… saya akan mengambilkan kembaliannya.” “Ini dia! Jumlahnya pas tujuh keping perak,” imbuhnya sambil meletakkan uangnya ke atas meja resepsionis. “Terimakasih, Nyonya.” Jadi… satu keping emas itu setara dengan sepuluh keping perak, aku mengerti sekarang. “Tuan Eishi, mari kuantarkan anda ke kamar pesanan anda.” Aku mengikuti Nyonya Jerome, ternyata penginapannya terletak di lantai dua bangunan ini, aku jadi deg-degan. Saat aku naik, aku melihat Tuan Jerome berjalan sambil memperlihatkan kesedihan di wajahnya, sangat tampak kalau dia baru saja menangis. Apa yang terjadi pada orang itu? Ah! Dia melihatku… kira-kira apakah dia masih mengenaliku? Tuan Jerome menghapus air mata yang masih tersisa di pipinya, lalu dia mencoba untuk tersenyum. “Bukankah anda Tuan Pengembara yang saya jumpai siang tadi, selamat datang di Penginapan Bulan Bintang kami, Tuan.” Ah… dia masih mengingatku rupanya. “Senang bertemu anda kembali Tuan Jerome, nama saya Ichigaya Eishi. Mohon bantuannya untuk beberapa hari kedepan.” “Tentu saja, Tuan Eishi. Saya sungguh minta maaf tidak bisa menyambut anda, dan… maaf, sepertinya saya lupa membereskan sebuah kamar untuk anda, padahal anda sudah berpesan pada saya siang lalu. Saya sungguh teledor sampai melupakan hal itu.” “Tidak masalah Tuan Jerome, saya memakluminya, setiap orang pasti juga bisa lupa. Itu adalah hal yang wajar, tak perlu terlalu memikirkannnya,” ujarku. “Anda sungguh pemuda yang pengertian Tuan Eishi. Saya jadi tidak enak karena telah mematok harga terlalu tinggi untuk penginapan ini, saya menyuruh istri saya, Merry. Untuk menaikkan harga penginapan menjadi tiga keping perak, yang seharusnya hanya satu keping perak saja untuk tiga malam. Saya… malu mengatakannya tapi, kami semua sangat membutuhkan uang.” Semua orang di Desa Nimiyan ini tampak kekurangan uang, tak hanya Tuan Bern, bahkan keluarga Tuan Jerome pun kelihatannya begitu membutuhkan uang. Apa yang menimpa Desa Nimiyan ini? “Apakah itu sebabnya anda menangis tadi, Tuan Jerome? Ah! Maaf, aku malah mengatakan sesuatu yang tidak sopan.” “Tidak apa Tuan Eishi, sudah lama penginapan ini tidak kedatangan pelanggan, kami tidak mendapat pemasukan yang cukup, anda membayar kami lebih, bisa dikatakan bahwa anda adalah dermawan untuk keluarga kami. Saya tidak akan menutupi alasan kenapa saya baru saja menangis. Sebenarnya… itu karena saya prihatin dengan keadaan putri tertua kami, kakaknya Tuare, dia… sakit parah.” Tuan Jerome perlahan mulai menangis lagi, aku jadi tidak enak karena telah menyinggung masalah yang dia alami. Ah… kenapa aku jadi suka sekali mencampuri urusan orang lain sih. “Tu-Tuan Jerome, anda tidak perlu terlalu memaksakannya.” “Kami sangat membutuhkan uang untuk mencari Pendeta yang dapat menyembuhkan Rya. Biasanya seorang pendeta memberikan pengobatannya secara gratis pada para pengikut tuhan, tapi sekarang keadaan berubah, gereja meminta uang amal untuk sekedar menyembuhkan penyakit, dan uang yang diminta patokannya sangat mahal. Untuk penyakit Rya putri kami, gereja meminta lima puluh koine mas. Bagaimana orang dari pedesaan kecil seperti kami mengumpulkan uang sebanyak itu?” “Karena permintaan gereja yang menurut kami sangat tidak masuk akal, kami putuskan untuk merawat Rya kami sendiri, meskipun kami merawat dia, tapi penyakitnya tidak kunjung sembuh, dan keadaannya semakin buruk tiap harinya. Kami… kami…” kemudian Nyonya Merry pun ikut menangis sebelum menyelesaikan apa yang dia katakan. Aku tidak percaya dunia ini sungguh sudah rusak, bagaimana seorang pendeta yang merupakan pemuka agama mematok harga pada penyembah tuhan yang sama, bukankah para pendeta yang merupakan penyebar kebajikan harus selalu menunjukkan dan mengajarkan kebaikan pada orang lain? Bagaimana mereka bisa bersikap begitu rakus dan membuat orang lain menderita. Mungkin inilah yang dikatakan oleh Dewa Gradiolus, tak peduli mau di betulkan seperti apapun, sikap rakus manusia akan selalu membimbing dunia pada kehancuran dan kesengsaraan. Sungguh kenyataan yang menyedihkan. “Tuan Jerome… jika saya bilang saya dapat menyelamatkan putri anda yang bernama Rya, apakah anda akan percaya?” Si4l, kenapa aku malah mengatakan hal seperti itu? Tidak bisakah aku membiarkannya saja? Aku tidak mengerti kenapa sekarang aku sangat suka sekali mencampuri urusan orang lain. Apa untungnya ini untukku? Tidak! Ini bukan soal untung rugi, aku hanya tidak bisa duduk diam melihat orang lain menderita, tapi dari mana kepercayaan diriku berasal? Bersikap seperti seorang pahlawan untuk orang lain? Sepertinya aku sudah gila. Tidak! Aku tidak gila. Aku… adalah seorang pahlawan. Aku punya kekuatan bersamaku, dan apa gunanya kekuatan yang tidak bisa kugunakan untuk melindungi dan menyelamatkan orang lain? “Saya tidak akan meragukan apa yang telah anda tunjukkan lewat wajah anda yang sangat percaya diri. Tuan Eishi! Tolong sembuhkan putri saya, Rya!” Tuan Jerome bersujud di hadapanku, itu sungguh diluar dugaanku. Tuan Jerome… dia bahkan tidak menanyakan apakah aku benar-benar bisa atau tidak menyembuhkan putrinya. Dia langsung bersujud dan percaya begitu saja, dia sangat yakin terhadapku… atau… Tuan Jerome sudah terlalu berputus asa. “Tuan Jerome, tidak perlu merendahkan diri di depan saya. Berdirilah! Anda tidak perlu bersujud seperti itu.” “Ayah! Apa yang ayah lakukan? Kenapa ayah bersujud pada laki-laki yang lebih muda dari ayah, apakah ayah berpikir laki-laki semuda dia bisa menjadi seorang pendeta? Tidakkah ayah berpikir kalau laki-laki ini sedang membohongi kita?” ujar putri Tuan Jerome, Tuare. Dan perkataannya itu terdengar cukup pedas. “Tuare!!! Jaga cara bicaramu itu!” seru Tuan Jerome. Tuare terkejut dengan suara bentakan ayahnya, dia kemudian menangis dan berlari pergi menuju ke kamarnya, mungkin. “Tuan Jerome, anda jangan membentak Tuare, saya mengerti kenapa dia bisa bersikap seperti itu, sudah pasti dia ragu saya bisa menyembuhkan kakaknya. Lagipula saya hanyalah seorang pemuda yang mungkin seumuran dengannya, jadi… dia ragu. Bicaralah baik-baik dengan Tuare nanti, Tuan. Untuk sekarang bisakah anda menunjukkan ruangan tempat anda merawat putri anda yang bernama Rya?” “Tuan Eishi, anda masih begitu muda, tapi pemikiran anda matang layaknya orang dewasa, saya merasa malu pada diri saya sendiri. Maafkan sikap saya yang memalukan ini. Mari saya antar anda ke ruangan Rya.” Alasan yang membuatku tiba-tiba ingin sekali menolong Tuan Jerome mungkin karena aku membawa High Potion bersamaku, Tuan Bern berkata bahwa benda itu dapat menyembuhkan bahkan jika orang sedang sekarat sekalipun. Aku ingin tau benar, apakah High Potion yang telah aku buat, benar-benar mampu memberikan efek seluar biasa itu. Rya… percayalah, aku pasti menyelamatkanmu tepat seperti apa yang telah aku katakan pada Tuan Jerome sebelumnya, Tunggu saja!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN