Yang benar saja, tugasku sebagai seorang Crafter hanyalah berdiam di balik layar, memegang palu dibalik panasnya bara api, disaat pahlawan lain dikenal namanya lewat pertempuran di medan perang yang menakjubkan, aku hanya diam berteduh di dalam bengkel. Bagaimana aku bisa mencatatkan namaku dalam sejarah?!!!
“Dik Ichigaya, sepertinya kita harus berpisah disini. Sudah waktunya...” sambil melayang semakin menjauhiku dengan tangan yang melambai Dewa Garileon mengatakannya.
Ntah kenapa perlahan tubuhku terasa semakin menyusut, aku bisa merasakan sakitnya seperti sedang di remas. Perlahan sakit itu semakin mencekik, dan saat aku sadar rasa sakitnya menghilang secara langsung, aku sudah berada di tempat yang benar-benar berbeda.
Ini terlihat seperti hamparan samudera yang luas, dengan air yang sangat tenang, hampir terlihat seperti hamparan kaca. Kakiku menapak di atas air, aku merasa kakiku basah tapi aku sama sekali tidak tenggelam, bahkan aku melihat beberapa ikan berenang di dalam air itu.
Saat aku mengangkat kepalaku untuk melihat ke depan, aku sungguh terkejut dengan kehadiran banyak orang di sekelilingku. Mereka juga membawa senjata di tangan mereka dan mereka sama-sama terlihat kebingungan dengan tempat yang saat ini di pijak oleh mereka. Saat itu aku sadar, aku bukan satu-satunya orang yang terpanggil ke dunia lain.
Senjata yang mereka bawa sangat beragam, bahkan jenisnya lebih banyak daripada senjata yang muncul saat pemilihan bakatku, dan aku tak melihat orang lain membawa palu dan gergaji, hanya diriku yang memegang benda itu.
Seorang wanita yang memancarkan aura menyeramkan di sampingku membawa sebuah sabit, dia hampir terlihat seperti seorang malaikat pencabut nyawa, padahal saat aku memilih bakat tidak ada benda seperti sabit yang muncul, kira-kira apa kelas yang dia pilih?
Ada juga orang yang memegang sebuah tombak, Spearman kah? Bahkan ada yang membawa Kunai dan juga Shuriken, kelas Ninja atau Assassin, ya. Wah... Ada juga yang membawa benda mirip seperti pist0l, karena ada sumbu seperti sebuah meriam, mungkin itu pist0l model lama. Yang memegang pist0l itu tampak seperti orang jepang, Ah! Gawat! Dia malah menoleh ke arahku.
Orang yang terlihat seperti Om-om, dengan sebuah kumis tipis menempel di wajahnya, mungkin usianya di atas dua puluh tahun. Wah! Dia malah berjalan ke arahku.
Pria yang tampak seperti orang jepang itu mendekatiku, dengan wajah yang tampak sinis dan pandangannya yang seperti mengajak bertarung. Dia berhenti tepat di hadapanku, dia lebih tinggi dariku dan tubuhnya pun lebih kekar, satu pertanyaan yang muncul di benakku, apa aku memprovokasi orang ini?
Tekanan yang ia keluarkan sungguh luar biasa, bahkan Senpai yang menguasai sekolahku dulu tidak bisa di bandingkan dengan tekanan yang di keluarkan oleh orang ini, si4lnya aku berkeringat dan juga di buat gemetar oleh tatapannya yang sangat dingin itu.
Setelah beberapa detik memandangiku aku tidak menyangka pria itu akan mengarahkan pist0l yang ia pegang tepat ke dahiku. Mulutku bergerak tapi tak satupun kata mampu keluar, aku ketakutan.
“Kau... Apa kau orang jepang?” ujar pria yang menodongkan pist0lnya ke wajahku.
“Be-benar, saya adalah orang jepang,” ujarku dengan sangat gugup.
Apa aku mengatakannya dengan benar? Aku takut karena aku terlalu gugup dia tidak bisa memahami kata-kataku. Tapi aku sedikit senang karena ada orang jepang lain yang bisa ku ajak bicara di tempat antah berantah ini. Nampaknya pria itu mengerti apa yanh ku katakan, dia menurunkan pist0l yang ia pegang dan menjauhkannya dari wajahku.
“Dari Klan mana kau berasal?” pria itu bertanya untuk yang kedua kalinya.
“K-k-k-klan? Jika anda menanyakan marga saya, maka saya hanya bisa menjawab saya dari keluarga Ichigaya, nama saya Ichigaya Eishi,” ujarku.
Kuhh! Orang ini sangat menyeramkan, tiba-tiba menanyaiku tentang klan, apa dia terpanggil dari keluarga Yakuza di jepang, hal buruk akan terjadi padaku jika aku berinteraksi dengan orang semacam ini.
“Ichigaya... Aku sama sekali tidak pernah mendengar nama Klan itu,” ujar pria itu.
“Apa kau pernah mendengar Klan Oda? Namaku Nobunaga, aku berasal dari Klan Oda,” imbuh pria itu.
Aku sangat terkejut saat dia mengatakan hal itu kepadaku.
“Oda Nobunaga!!!”
“Nampaknya kau mengenal namaku, apa aku mengejutkanmu?”
Tunggu, apa maksudnya dia adalah Oda Nobunaga seorang Daimyou yang disebut sebagai raja iblis surgawi ke enam? Apa itu mungkin? Apa aku dipanggil ke dunia ini bersama seorang pria yang sudah lama mati di duniaku sebelumnya? Apa artinya ini?
Tiba-tiba sebuah cahaya yang menyilaukan muncul tanpa adanya peringatan, itu tidak hanya mengejutkanku, tapi orang lain yang berkumpul di tempat yang sama juga merasa demikian, kami semua melihat dari mana cahaya itu berasal.
Apa yang kulihat adalah sebuah sosok manusia yang sangat besar, mungkin ini yang aku sebut raksasa. Raksasa itu bersila diatas sebuah teratai, nampak seperti Buddha, namun nampak juga seperti Dewa dalam mitologi yunani.
“Selamat datang di Karavathimudra! Kami mengumpulkan kalian para Champion disini untuk memberitahu pada kalian alasan kalian di panggil kemari. Kalian adalah individu yang dipilih para dewa yang akan menggantikan posisiku sebagai dewa tertinggi. Kalian akan menjadi perwakilan dewa yang telah memanggil kalian, jika kalian menjadi Champion dengan pencapaian paling tinggi, maka dewa yang bertanggung jawab atas kalian akan menjadi pewarisku,” ucap Dewa raksasa itu.
Sungguh tidak dapat diduga, sementara aku ketakutan dengan sosok raksasa yang tiba-tiba muncul, pria yang mengaku dirinya adalah Oda Nobunaga mengarahkan sebuah tembakan pada sosok raksasa itu dengan wajah yang sangat tenang.
Pelurunya seperti memantul atau tepatnya hilang sebelum mengenai sang Dewa. Sang Dewa lalu melihat ke arah Oda Nobunaga, dia juga terasa seperti memandang ke arahku, bagaimanapun juga aku beridiri di belakang Oda Nobunaga.
“Seorang manusia tanpa rasa takut mengacungkan bahkan menembakkan senjatanya ke arahku, manusia... Kau sungguh punya nyali, siapa dewa yang memanggilmu sebagai Champion?” ucap Sang Dewa.
“Dewa? Kupikir dengan penampilannya yang cukup mengerikkan itu, dia tidak pantas di sebut sebagai dewa, aku lebih menganggapnya sebagai seorang raja iblis, dia memiliki mata yang besar, gigi taring yang melengkung keluar, dan juga kulit yang berwarna merah darah. Dia menyebut dirinya Benimaru Shinmon. Dia adalah raksasa lain yang memanggilku.”
Oda Nobunaga telah di panggil oleh Dewa dengan penampilan yang cukup mengerikkan, Dewa yang memanggilku kemari mempunyai perawakan seperti seorang pekerja kantoran yang selalu di paksa lembur oleh bosnya. Seperti yang diharapkan dari orang yang pernah disebut sebagai raja iblis surgawi ke enam.
“Oi... Kau memanggil kami kemari hanya untuk menjadi seekor ayam sabung yang diperintahkan membawa kemenangan untuk tuannya? Jangan bercanda.”
“Kau berani, cermat, dan juga terlihat seperti pembuat onar, tidak heran Benimaru Shinmon memanggilmu untuk mewakilinya. Namun... Menyebut diri kalian sebagai seekor ayam sabung itu terlalu berlebihan. Walau kenyataannya memang tidak jauh dari istilah itu.”
Dia adalah seorang dewa tertinggi, wajar jika dia melakukan hal seenaknya, lagipula kekuatan mutlak yang ia miliki bisa membinasakan semua orang di sekitar sini dengan sangat mudah. Walau tindakan mereka seperti tidak menghargai kita semua sebagai manusia, tapi apa yang bisa kita lakukan untuk menentangnya? Oda Nobunaga sama sekali tidak ketakutan, sungguh sikap seorang pemimpin yang luarbiasa, mungkin ini alasan dia ditakuti.
“Kami para dewa menganugerahi kalian manusia dengan kekuatan yang menentang nalar kalian sendiri, dengan senjata yang kalian pegang di tangan kalian, saat senjata itu di asah di medan tempur, kekuatan kalian semakin bertambah seiringan dengan semakin tajamnya senjata yang kalian bawa.”
“Kau membawa kami ke dunia lain untuk bertempur?” kata Oda Nobunaga tanpa rasa getir sama sekali.
“Ya... Itu bisa dibilang demikian, karena di dunia kalian yang baru kalian akan di hadapkan dengan sebuah pertempuran, bukan hanya melawan manusia, tapi disana ada ras Beastman, elf, naga, bahkan juga ras Iblis dan juga monster. Kalian akan dihadapkan dengan sesuatu yang sama sekali tidak pernah kalian temui di kehidupan kalian sebelumnya.”
Dan kita di panggil untuk mengalahkan berbagai macam ras mengacaukan kedamaian dan keseimbangan dunia, alasan utama pahlawan di panggil, pada jalur klisenya adalah untuk hal itu, tapi nampaknya ini tidak akan sesederhana itu. Terlalu banyak pahlawan yang di panggil, dan karena dewa raksasa mengatakan bahwa masing-masing dari kami mewakili dewa yang memanggil kami, maka kami yang ada di sini tidak mungkin dikumpulkan untuk menjadi satu party. Ada kemungkinan kami harus bersaing dan bertarung satu sama lain. Jika hal itu terjadi maka aku... Sudah pasti mati terlebih dahulu.
“Hahahaha... Ntah kenapa aku bisa membaca sedikit pemikiran para dewa.”
Suara tawa dan juga perkataan itu berasal dari seorang pria dengan kulit kecoklatan, dia tampak seperti orang timur tengah dengan bulu mata lantik dan juga mata yang indah, hidungnya pun mancung dan wajahnya sangat tampan.
Jelas dia berkata menggunakan bahasanya, bukan bahasa jepang namun aku bisa mengerti apa yang dia katakan, satu hal yang pasti, dia bukan seorang pengecut, dia tidak jauh berbeda dengan Oda Nobunaga.
“Seolah tak cukup dengan memberikan umat manusia dengan cobaan bencana alam yang dahsyat, sekarang kalian memberikan kami cobaan untuk menghadapi mahluk lain yang lebih kuat. Di surga... Para dewa tidur terbaring di atas awan lembut, di kelilingi oleh bidadari elok nan cantik dan juga di suguhi secangkir anggur yang tidak ada habisnya. Pasti membosankan bukan, melakukan itu setiap hari. Jadi kalian mencoba memangil kami sebagai sebuah pemeran taman hiburan untuk kalian.”
Sudah kuduga, orang ini tidak jauh beda dengan Oda Nobunaga, setiap perkataannya ditujukan untuk menyinggung sang makhluk agung. Oi... Jaga bicaramu itu, jika kau membuat sang dewa raksasa marah, kau bisa jadi abu, loh.
Dewa itu menatap orang barbar perawakan timur tengah itu dengan serius, tampak kalau dia sangat marah dengan ucapan pria itu.
“Hahahaha.... Kau benar manusia! Para dewa itu memang sedang bosan, dan kami ingin melihat kalian para semut kecil memberikan kami sebuah hiburan. Benar! Memang benar! Bagi kami kalian semua itu tidak lebih seperti sebuah wayang. Hibur kami! Tidak ada yang lebih menarik daripada meneguk anggur sambil melihat kalian para manusia menderita melawan takdir. Tapi tenang saja, kalian semua tidak akan mati dengan mudah, senjata yang kalian pegang itu akan membantu kalian bertahan hidup, jadi peganglah! Asahlah! Dan berikan kami tontonan yang layak.... Hahahahaha!”