Aru tahu pada saatnya semuanya akan pergi dan mengucapkan selamat tinggal. Melepaskan seseorang yang sangat berarti itu, merupakan suatu yang sangat berat. Ia tidak punya hak untuk melarang wanita itu pergi. Karena mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Jujur ia tidak bisa berpikir jernih, ingin marah, kecewa, sedikit perih menjadi satu. Ia tidak tahu kenapa semua bisa seperti ini. Ia bahkan masih bisa merelakan Tania pergi jauh hingga ke ujung dunia sana, dari pada melepaskan Ajeng ke Bali. Aru memandang langit-langit plafon, mengatur nafas agar tetap tenang. Ia tahu bagaimana rasanya berharap, tapi jika harapan itu tidak sesuai dengan keinginan, maka akan membuat sakit. Kadang ia berpikir ini tidak adil, ketika sudah mulai nyaman lalu akan pergi. Ini tentu akan menjadi dilema dalam