Ajeng membuka mata secara perlahan, awalnya kabur lama kelamaan ia memfokuskan penglihatannya. Ini adalah tidur ternyenyak yang pernah ia rasakan. Ia memandang ke arah jendela, gorden tertutup rapat, padahal tadi malam ia membuka gorden itu. Ia yakin Aru lah yang menutupnya, agar cahaya matahari tidak masuk. Ajeng merenggangkan otot tubuh, lalu merubah posisi tidur menyamping. Sungguh ia masih malas untuk beranjak dari tempat tidur. Ajeng mendengar suara pintu terbuka, lebih tepatnya dari arah kamar mandi, ia memandang Aru di sana. Handuk putih itu melingkar di sisi pinggang Aru, Aru membalas pandangan dan lalu tersenyum, "Sudah bangun ternyata," ucap Aru berjalan mendekati jendela, dia lalu membuka gorden, agar cahaya matahari masuk. "Iya sudah," ucap Ajeng, memandang ke arah jendela,