Dia tidak menjawab, malah membuang muka, lalu menjauh dan memunggungiku. "Alice?"panggilku lagi. Dia masih diam saja. Kali ini dia malah bangkit dari sofa, lalu mulai berjalan ke kamarnya. "Alice? Sayang? Kamu kenapa?" tanyaku lagi. Buru-buru kukejar dia ke kamarnya. Pintunya tidak terkunci, tapi dia sengaja menahan pintunya supaya aku tidak bisa masuk. "Sayang? Kamu ini kenapa, sih? Biarin aku masuk dong? Kita bicara baik-baik," bujukku lagi. "Kak, aku capek. Aku mau tidur dulu. Jangan ganggu aku!" jawabnya dari balik pintu. Aku segera mendorong pintunya. Hampir saja dia jatuh karena kerasnya doronganku. Dengan sigap, kupeluk dan kubopong dia ke ranjangnya. Dia mulai terisak-isak di dadaku. Dipukulnya dadaku keras-keras. "Kamu jahat! Aku benci kamu!" "Kenapa? Bilang sama aku, ja