Pemberitaan soal kematian Ileanor cukup menyita perhatian, apaagi Rasha dengan terus terang mengatakan jika dia mengawal kasus ini untuk mendapatkan keadilan.
Rasha berhasil masuk kantor Sandr setelah banyak wartawan mengerubungi halaman depan untuk meminta konfirmasi Rasha terkait kasus ini tapi lelaki itu tak peduli dan hanya sekali mengadakan konferensi pers.
“Bos, ada seseorang yang ingin menemui Anda, dia mengatakan pembawa pesan dari dokter Ileanor,” ucap Digga saat Rasha sudah duduk di meja kerjanya.
Rasha mendongak memastikan apa yang diucapkan Digga dan meminta pria itu masuk. Lelaki itu tak melihat ada sesuatu yang istimewa pada lelaki pembawa pesan itu.
“Dokter Ileanor memberikan ini sebelum dia dibunuh dan dia memintaku untuk menyerahkan ini langsung kepada Anda Tuan Yevara,” ucap pembawa pesan itu dan menyerahkan sepaket dokumen.
Rasha merobek bungkusnya cepat dan melihat ada dua kantong pembungkus dokumen dan salah satunya bertuliskaan nama Varrel. Rasha mengabaikan milik Varrel dan membuka miliknya.
“Saya permisi Tuan Yevara,” pamit pembawa pesan dan Rasha hanya mengangguk.
Ada satu map berisi hasil tes miliknya dan Abi yang kesimpulannya mereka bisa melakukan inseminasi kapan saja selama Abi dinyatakan dalam masa subur. Namun, saat Rasha membuka lembaran map yang lain, ada sepucuk surat yang jatuh dan mengambilnya.
[Rasha my friend,
Thanks a lot selama ini kamu selalu membantuku dan keluargaku dalam memecahkan masalah, bahkan aku ingat saat kamu memabntuku menegakkan keadilan karena orang tuaku yang dituduh melakukan korupsi.
Jika kamu menerima surat ini, artinya waktuku sudah habis dan tak bisa lagi membantumu. Aku tidak akana mengatakan kenyataan yang harus kamu tahu, karena kamu nantinya akan tahu dengan sendirinya.
Awalnya aku tak peduli soal Abi, semua aku lakukan untuk membantumu, tapi di saat aku melakukan banyak tes yang dibantu dengan Varrel aku menemukan jika Abi termasuk sensitif organ artinya zat lain tidak bisa sembarangan masuk dalam dirinya karena sifatnya jadi perusak.
Beruntungnya dirimu, obat yang selama ini kami berikan untuk meningkatkan kesuburannya berhasil, bahkan jika berhasil, benihmu bisa membuahi lebih dari satu.
Namun, kamu harus tetap berhati-hati, aku yakin pilihanmu ini pasti banyak pertentangan, jaga Abi baik-baik jangan sampai dia jatuh ke tangan musuhmu, jika itu terjadi bukan tidak mungkin mereka akan menyakiti Abi yang bisa membuat program ini jadi penuh resiko terutama bagi Abi yang bisa kehilangan nyawanya.
Suatu hari kamu akan tahu kenapa aku begitu peduli pada Abi, dia wanita yang selama ini kamu cari Ras, wanita yang tak pernah melihatmu dari kekuasaan Sandr dan Kogens, dia yang melihatmu sebagai Yevara, sebagai Rasha bukan Aleksandr.
Take care.]
Rasha hanya diam menatap surat itu, dia hanya bisa mengusap wajahnya kasar setelah membacanya dan kembali pada map yang tak sempat dia baca seluruhnya. Lelaki itu paham kenapa Ileanor berpesan kepadanya karena dalam catatan medis tertulis, tidak bisa menerima terlalu banyak zat kimia dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut yang membuat imunnya melemah.
“Abi dimana kamu, tolong bertahanlah,” gumam Rasha menjambak rambutnya.
***
Rasha diam menatap lembaran kertas di hadapannya tapi sebenarnya pikirannya tidak ada di sana. Baru kali ini dia merasa jadi orang paling bodoh daan tidak bisa menemukan apa yang dia inginkan. Seminggu berlalu sejak Abi menghilang, membuatnya lebih sering melamun dan tidak bisa fokus bekerja.
Seakan semua petunjuk untuk mecari keberadaan Abi lenyap dan otaknya tak bisa memikirkan solusi atau kemungkinan mengenai masalah ini.
Sergy berkali-kali memeriksa cctv tapi tak bisa menemukan wajah pelaku atau petunjuk lain yang bisa dia gunakan untuk mencari tahu Abi. Helaan napas terdengar entah sudah keberapa kali.
Ponsel Rasha berdering, dia melirik sebentar dan melihat nama Varrel di sana. Sudah beberapa hari ini sejak Abi menghilang Varrel muali cerewet soal keberadaan Abi yang membuatnnya makin kesal.
Sergy masuk ke ruangan Rasha membuatnya mendongak dan pengawalnya itu melirik ponsel Rasha yang tak kunjung berhenti.
“Apa perlu saya yang mengangkatnya Bos?” ucap Sergy tapi Rasha menggeleng.
“Ada apa?” tanya Rasha cepat.
“Ada laporan dari tim Burskya jika pengecekan lahan di sana sudah 80 persen,” lapor Sergy membuat Rasha ingat jika dia juga memiliki pryek yang tak kalah penting soal Burskya.
Rasha diam tak menunjukkan reaksi apapun.
Sergy pamit tapi Rasha menghalanginya. “Apa ada kabar terbaru?” tanya Rasha pelan.
Sergy menatap bosnya sambil menelan ludah dan dia menggeleng pelan.
“Saya sudah berulang kali melihat cctv tapi tidak menemukan petunjuk dan karena kondisi gelap saya tidak bisa melihat wajah pelaku untuk identifikasi,” urai Sergy.
Ponsel Rasha kembali berdering kali ini Digga yang menghubunginya. “Ada apa?” tanya Rasha cepat.
“Dokter Varrel ada di sini minta bertemu dengan Anda Bos,” lapor Digga membuat Rasha berdiri karena kaget.
Lelaki itu menatap Sergy membuat pengawalnya siaga. “Aku ke sana dari Kogens,” ucap Rasha mengakhiri panggilannya.
“Siapkan mobil, kita ke Sandr sekarang,” kata Rasha membuat Sergy sigap dan melakukan apa yang Rasha lakukan.
Lelaki itu memasuki lobby Sandr dan mendapat sapaan hormat dari orang-orang yang ada di sana. Digga menyambut kedatangannya begitu lift terbuka, Diga membuka pintu ruangan dan melihat Varrel malah asyik berbaring di sofa miliknya.
Sergy berdehem tapi Varrel cuek membuat Digga membangunkan Varrel dan memberi kode jika Rasha datang tapi lelaki itu malah santai dan tak peduli kehadiran pemilik ruangan ini.
“Ada apa?” tannnya Rasha tanpa basa basi.
Varrel mendongak dan menatap Rasha sengit. “Bagaimana soal Abi? Apa kau sudah menemukan lokasinya dimana?” tanya Varrel yang sudah sekian kali didengar oleh Rasha.
“Apa pedulimu?” tanya Rasha.
Varrel mengepalkan tangannya mendengar ucapan itu tapi kemudian dia tersenyum. “Apa itu artinya kamu sudah tak peduli lagi dengannya?” sindir Varrel.
Digga dan Sergy menghela napas melihat pertengkaran keduanya, mereka meyakini sebentar lagi akan ada adegan tak menyenangkan.
Rasha diam dan melangkahkan kakinya mendekati Varrel. Lelaki itu mengayunkan kakinya dan menendang tulang kering Varrel membuat pria itu mengaduh kesakitan.
“Jangan ikut campur urusan orang lain, tugasmu hanya menyuntikkan benih saat Abi datang,” desis Rasha.
Varrel tak mau kalah posisinya yang membungkuk membuatnya leluasa menyundul kepalanya di perut Rasha keras sampai pria itu hilang keseimbangan. Sergy melangkah cepat untuk menolong tuannya itu sedangkan Digga memegang Varrel yang sudah kelewatan kali ini.
“Sialan, apa maumu sebenarnya, kenapa kamu bertindak konyol seperti ini?” cecar Rasha.
Varrel menarik napas bersiap meluapkan apa yang dia pikirkan.
“Dimana otakmu yang kata orang-orang pintar dan penuh strategi tapi menemukan satu wanita saja tidak bisa,” cela Varrel di awal membuat Rasha menegang.
“Menurutmu kenapa aku peduli soal keselamatan Abi, karena Ileanor. Ileanor menginginkan aku menjaga Abi, setelah kamu memberikan dokumen yang dia titipkan kepadamu itu aku tidak bisa berhenti memikirkan kondisi Abi,” kata Varrel tegas.
“Tapi jika setelah kejadian ini, kamu mau mundur dari program ini dan membuang Abi, katakan padaku sekarang, Bangke!” sentak Varrel puas.
Rasha diam menatap Varrel yang penuh emosi sampai tubuh depannya terlihat naik turun mengatur napas.
Sebenarnya dia tak tahu dan tak mau tahu urusan dia dengan Ileanor tapi melihat bahasanya seolah Ileanor menitipkan Abi kepada Varrel layaknya barang berharga.
“Apa ada yang tidak aku ketahui?” desak Rasha.
Varrel menyadari jika dia terlalu emosional terkait Abi dan itu pasti menimbulkan kecurigaan bagi Rasha. Varrel menormalkan ekspresinya.
“Tidak ada yang perlu kamu ketahui lupakan saja,” kata Varrel mengalihkan perhatian.
“Sampai dimana penyelidikanmu, apa ada yang bisa aku bantu?” ucap Varrel seketika saat Rasha hendak mengucapkan sesuatu tapi dokter muda itu menghalanginya.
“Tidak ada yang perlu kita cari karena semua cctv tak memiliki petunjuk apapun selain gelap,” kata Rasha cepat.
Varrel ikut berpikir, “Sampai berapa hari kalian melihatnya?” tanya Varrel membuat Rasha dan yang lainnya bingung.
“Maksudnya?” tanya Rasha cepat.
“Kalian memeriksa rekaman cctv untuk kejadian berapa hari sebelum kejadian, satu jam, satu hari, satu minggu, apa semua cctv itu nampak sama atau beda?” usul Varrel membuat Raha menoleh kepada Sergy dan pengawalnya lekas membawakan laptop miliknnya untuk kembali diperiksa.
Varrel yang ada di sana ikut memeriksa kondisi cctv itu mulai dari satu hari, dua hari sampai empat hari sebelum kejadian.
Gotcha.
Rasha mengepalkan tangan dan mengeraskan rahangnya mengetahui hal ini. “Bawa orang-orang itu di penjara Kogens!” perintah Rasha dan Sergy beranjak dari sana untuk meminta bantuan menangkap orang yang dimaksud bosnya.
Varrel hanya diam memperhatikan interaksi Rasha yang emosi dan dia menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang dia lihat.
“Aku kira kau sehebat itu, ternyata enggak juga, bahkan urusan begini saja tak bisa menemukan solusinya,” cela Varrel.
Buughhh..
Tangan Rasha langsung mendorong Varrel sampai dia terantuk meja dan kembali dokter muda itu menjerit kesakitan.
“Kalau ga sudi bantuin lebih baik kamu pergi saja dari sana, tak usah mencelaku,” sahut Rasha enteng.
Lelaki itu berdiri dan mengambil minuman di salah satu lemari pendingin miliknya. Dia memegang dua kaleng bir dan memberikannya kepada Varrel.
“Katakan padaku apa yang sebenarnya Ileanor inginkan soal Abi, kenapa kau sampai menjaganya berlebihan,” Rasha masih penasaran dan ingin tahu.
Varrel menggeleng, “Belum saatnya Bro, nanti ada masanya kamu akan mengetahuinya. Sorry for that,” dokter itu mengangkat kaleng birnya.
“Bagaimana dengan musuhmu, apa kamu sudah cek dari mereka, sapa tau salah satu dari mereka yang menculik Abi,” saran Varrel.
“Adrian,” sahut Rasha dengan meremas kaleng bir di tangannya.
Varrel meluhat perubahan emosi yang ditunjukkan oleh Rasha membuatnya paham seberapa besar pengaruh Adrian bagi lelaki ini.
“Then?” tanya Varrel sekaligus memastikan.
“Dia pergi di waktu yang sama dengan menghilangnya Abi, sampai sekarang aku masih mencari keberadaannya dan menunggu dia datang kembali,” kata Rasha dengan rasa kesal.
Varrel ikut berpikir dari banyak kemungkinan yang masuk akal. “Apa dia memiliki vila atau tempat berlibur favorit miliknya?” selidik Varrel.
Rasha menggeleng. “Kita sudah cek di sana dan tak ada, seolah semua ini sudah dia rencanakan dan dia bakal tahu kalo aku akan mencari dia di tempat yang mungkin, termasuk organisasi miliknya,” jelas Rasha.
“Organisasi apa?” tanya Varrel membuat Rasha mendongak.
“Lev, organisasi seperti mafia jika kamu pernah mendengarnya,” jawab Rasha santai.
Deg.
“Maksudmu organisasi yang menjual obat-obatan di perdagangan bebas dan pembuka jalur perdagangan banyak alat kesehatan,” gumam Varrel.
Rasha mengerutkan dahinya curiga.
“Dari mana kamu tahu soal itu?”
***