B.27 Interaction

1583 Kata
Abi berdiri di balkon kamarnya sambil melihat pekerja yang membereskan taman di mansion milik Rasha. Ucapan Rasha beberapa waktu lalu soal mempertahankan dirinya masih terngiang jelas membuatnya sering melamun. “Selamat pagi Nona, apa Nona hari ini mau sarapan di kamar atau di ruang makan?” tanya Maria yang sehari-hari jadi teman bicaranya. Abi menoleh, “Apa Rasha sudah pergi?” wanita itu balik bertanya dan Maria mengangguk. “Tuan Rasha ada pekerjaan pagi hari dan tidak sarapan di rumah,” ucap Maria. “Aku sarapan di taman belakang saja,” ucap Abi dan Maria pamit untuk menyiapkannya. Seperti ini kehidupan Abi selama ada di mansion Rasha, dia akan keluar kamarjika Rasha tak ada dan akan diam di kamar jika Rasha datang dan pura-pura tidur jika lelaki itu datang di kamarnya. Sesekali dia ngobrol dengan Varrel tapi tak lama Rasha akan muncul dan menunjukkan aura intimidasinya yang ta tahu untuk alasan apa. Semenjak kejadian di depan kedua orang tua Rasha, Carryn memang sering berkunjung kemari tapi dia akan diusir segera jika Rasha datang. Abi memperhatikan riak air di kolam renang yang ada di taman belakang. Jika tak ingat cuaca yang belum berubah hangat, ingin sekali dia menceburkan dirinya dalam kolam itu berharap semua pikiran yang berat dalam hidupnya bisa hilang. “Selamat pagi Nona Abi,” sapa seorang pria membuat Abi terkejut. “Kamu –“ Abi menghentikan ucapannya takut dia salah menebak, dia memang pernah bertemu dengan pria ini tapi penculikan itu memang membuat dia sempat lupa beberapa orang yang dia temui. “Saya Sergei Imanov, pengawal Tuan Rasha, panggil saja saya Sergy,” ucap pria itu pelan sambil menunduk. Abi mengangguk paham, “Apa Rasha mengirimmu kemari untuk mengawasiku?” tanya Abi ketus membuat Sergy mendongak. Pria itu menyodorkan ponsel dan Abi mengerutkan dahinya. “Tuan Rasha mengijinkan Nona menggunakan ponsel ini selama satu hari sebelum besok dilakukan pemeriksaan di rumah sakit,” jelas Sergy. Abi ragu menerimanya tapi dia ingin sekali menggunakannya apalagi ponsel itu memang miliknya. Wanita itu menatap Sergy tak percaya tapi pengawal itu menyodorkan kepadanya semakin dekat. Abi mengambil dan memeriksanya ponselnya, perlahan dia menyalakan ponsel itu dan memperhatikan semuanya sama bahkan dia menerima banyak pesan, termasuk salah satunya dari panti asuhan yang dia bantu. Abi tanpa sadar tersenyum karena mendapat kabar jika mereka baik-baik saja dan tidak perlu memikirkan soal kepindahan mereka di tempat baru. Abi menghela napas mendapat kabar itu meskipun pengurus panti tidak tahu siapa yang membantu mereka tapi mereka bersyukur semuanya selamat. Abi menatap Sergy, “Terima kasih sudah mau mengantarkannya. Sampaikan terima kasihku kepada Rasha,” ucapnya sambil tersenyum membuat Sergy terhenyak dan dia pamit undur diri. Maria berpapasan dengan Sergy dan pelayan itu mengucapkan terima kasih yang sama membuat rasa berbeda bagi Sergy. Selama ini tak ada orang yang terima kasih atas apa yang dia lakukan. Namun, ketika dia mendengar dua kata itu saja sudah membuat perasaan bangga tersendiri dalam dirinya. Sergy kembali ke kantor Kogens di tempat Rasha berada saat ini. Sergy melaporkan apa yang sudah dia lakukan sebelumnya. “Aku tahu,” jawab Rasha singkat membuat Sergy penasaran dan dia melirik sekilas apa yang dilakukan bosnya sampai pandangannya serius. Pengawalnya melihat jika bosnya memperhatikan tablet yang menunjukkan video Abi yang tertawa bahagia dengan ponselnya seperti bicara dengan seseorang. Di telinga kiri bosnya terpasang headset yang dia yakini jika pembicaraan dari telepon Abi yang dia dengar. “Apa dia hanya mengucapkan hal itu soal aku?” tanya Rasha tiba-tiba saat Sergy pamit. Sergy mengangguk yakin, “Nona hanya berpesan untuk mengucapkan terima kasih kepada Bos karena sudah boleh menggunakan ponsel,” ucap pengawalnya. Rasha menghela napas dan mengangkat tangannya untuk meminta Sergy keluar dari sana. Lelaki itu menopang dagunya dengan kedua tangannya tapi matanya masih memperhatikan interaksi Abi. “hanya sebuah ponsel kamu mengucapkan terima kasih kepadaku, sedangkan aku sudah membuatmu menderita, apa semua ini karena materi atau memang kamu yang terlalu baik,” gumam Rasha. Rashamengalihkan perhatiannya karena dering ponsel miliknya. “Ada apa?” tanya lelaki itu cepat begitu tahu Digga yang menghubunginya. “Cetak biru sudah final revisi Bos, tim meminta nanti malam pertemuannya tapi di luar Sandr, karena mata-mata Adrian mulai menyebar banyak tempat,” lapor Digga. “Suruh mereka ke Kogens jam 9 malam,” pinta Rasha dan Digga menyanggupinya. Rasha meletakkan ponselnya dan melihat layar tabletnya sudah kosong, dia mencari ke seluruh cctv rumah tapi tak melihat Abi dimana pun. Rasa cemas mulai muncul dan dia segera menghubungi Maria. “Dimana Abi?” tanya Rasha cepat. “Nona Abi sedang berendam di jacuzzi lantai tiga Tuan,” ucap Maria sambil memandang wanita itu. Rasha menghela napas lega, “Siapkan perlengkaannya besok, kita mau pemeriksaan ke rumah sakit,” perintah Rasha dan Maria mengiyakan hal itu. “Kenapa Tuan tidak mengatakan saja yang sebenarnya?” celetuk Maria ketika Rasha hendak mengakhiri panggilannya. “Apa maksud ucapanmu?” tanya Rasha memang tak mengerti maksud ucapan pelayan setianya itu. “Katakan saja jika Tuan memang menginginkan dia di sisi Tuan selama ini atau mungkin jika dalam hati Tuan sudah mulai terisi dengan kehadirannya,” balas Maria tanpa sungkan. Rasha menutup panggilannya tanpa menjawab apa yang Maria ucapkan. Dia bukannya tak bisa marah kepada Maria tapi dia tak ingin melakukannya karena ucapan Maria membuat dia berpikir selain itu Maria orang yang dia jaga selain ibunya. “Dasar wanita tua, memangnya dia pikir aku mencintai Abi semudah itu, mustahil. Aku butuh dia karena anakku nantinya bukan cinta. Ingat itu Rasha,” ucap Rasha tak ingin mengakuinya. *** Rasha berdiri menjulang dengan rasa bangga luar biasa melihat cetak biru sebuah pulau Burskya yang dimiliki kakeknya. Senyum ceria muncul dari bibirnya tak henti begitu melihat mahakarya sempurna miliknya. Selama ini dia merahasiakan proyek ini karena dia tahu pasti akan banyak campur tangan orang-orang jahil dan penjilap super yang akan mengikutinya jika dia mengumumkan hal ini lebih dulu. “Okay, ini artinya kita bisa menjalankan planning pertama untuk pengukuran dan pembagian wilayah kerja,” ucap Rasha membuat semua orang bersorak. Rasha berdehem kembali untuk meminta perhatian orang-orang. “Meskipun proyek ini sudah berjalan, tetap jaga mulut dan tingkah kalian keluar. Masalah proyek ini baru akan rilis ke publik setelah kita memastikan apa yang kita analisis dalam kertas ini jadi kenyataan,” pesan Rasha dan semuanya menunduk paham. Rasha menoleh kepada Digga dan asistennya itu paham, dia melanjutkan apa yang Rasha inginkan dengan menerjunkan beberapa orang untuk memeriksa kandungan mineral dan minyak di pulau itu. Rasha meninggalkan ruangan itu begitu saja dan Sergy sudah menunggu di depan pintu. Lelaki itu berhenti dan menatap Sergy. “Kita pulang ke mansion,” pinta Rasha dan Sergy mengangguk. Selama dalam perjalanan mereka, Rasha tak berhenti memikirkan tingkah laku Abi seharian ini yang menurutnya berbeda dengan sebelumnya. Dia melihat jam masih pukul 11 malam berharap Abi belum tidur sehingga dia bisa bicara dengan wanita itu sebentar. Namun, tak lama Rasha menyadari kebodohannya yang berharap wanita itu kana menunggunya seperti perempuan yang lain. Hal itu membuatnya terkkeeh sampai Sergy menengok untuk memastikan kondisi tuannya baik-baik saja. “Apa terjadi sesuatu Bos?” tanya Sergy membuat Rasha berhenti dan menormalkan ekspresinya. “Fokus saja menyetir, kenapa kamu jadi banyak ingin tahu,” ucap Rasha sengit membuat Sergy diam. Sesampainya di mansion, Rasha tak menghiraukan pelyan yng menyambutnya dan langsung berjalan ke kamar Abi. Seakan jadi rutinitas baru, setiap dia pulang dari kantor dia pasti mendatangi kabar Abi walaupun hanya untuk menatap wajah Abi yang terlelap. Maria dan Abi terkejut ketika tiba-tiba ada suara pintu terbuka dan Abi buru-buru memakai piyama tidurnya. Pelayan itu menengok dan terkejut melihat Rasha ada di dalam kamar membuat Rasha tak suka. “Apa kamu mengharapkan orang lain yang datang bukan aku?” sindir Rasha membuat Maria mengeleng dan menunduk hormat. “Maafkan saya Tuan, tapi tak biasanya Tuna datang kemari jam segini,” Maria mengatakan kejujuran membuat Rasha keki. Rasha memang biasanya datang setelah lewat tengah malam, tapi kali ini dia datang sebelum tengah malam dan terlihat tergesa-gesa. “Siapa yang datang Maria?” tanya Abi muncul dari dalam walk in closet mengenakan piyama yang membuat Rasha terdiam dan menatapnya lekat. Abi yang terkejut dengan kehadiran Rasha saat dia masih terjaga membuatnya kembali ke walk in closet begitu saja membuat Rasha menyusulnya dan berdiri di tembok pembatas dua ruang itu. Rasha merasakan denyut berbeda saat melihat Abi menggunakna piyama yang sebenarnya biasa saja, dari bahan satin warna merah yang sedikit tipis tapi tidak vulgar, tapi entah kenapa di mata lelaki itu pemandangan itu nampak seksi dan menggerakkan sesuatu dalam dirinya. “Kenapa kamu harus menutupinya kalo aku sudha meihat semuanya?” suara Rasha mengejutkan Abi membuatya bersembunyi di balik gantungan mantel yang ada di sana. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya Abi balik. Rasha mengerutkan dahinya, “Memangnya ada larangan aku tidak boleh di sini?” sahut lelaki itu tak sadar. “Tapi ini kan kamarku seharusnya kamu nunggu aku ijinkan masuk baru kemari,” jawab Abi sekenanya. Rasha menghela napas, “Keluarlah dari sana, apa aku harus bicara denganmu dengan posisi begini,” perintah Rasha yang berbalik menunggu Abi keluar. Abi keluar dari gantungan mantel dan berniat mengacingkan beberapa bajunya yang sempat dia buka untuk ganti baju tadi tapi mendadak Rasha berbalik membuat pemandangan yang tak diduga. Rasha diam menelan ludahnya melihat tonjolan dan celah milik Abi yang mendadak menggelitik otaknya untuk menginginkan hal yang lebih. ‘Sial, kenapa dia malah menunjukkan pemandangan yang membuatku ingin menerkamnya malam ini,’ pikiran Rasha mendadak kacau. Abi merasa ada yang aneh dan mendongak lalu menyadari tatapan Rasha kepadanya. “Tutup matamu, Bodoh!” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN