Suara lembut itu mengalun di penjuru ruang tengah membuat semua orang fokus menatap pemilik suara. Abi mendongak dan menatap Rasha dengan tatapan dingin yang tak pernah Rasha lihat seumur hidupnya dari seorang wanita.
“Kenapa aku, jika aku sudah memiliki peluang yang kecil. Cari saja wanita lain yang lebih sehat untuk bisa menampung benihmu,” Abi mengatakannya tanpa ekspresi yang membuat Rasha terdiam.
“Jika kamu masih ingin Abi jadi Ibu dari anak-anakmu, kamu harus menikahinya Rasha, cinta itu bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, kalaupun tidak cinta tapi kalian tetap memiliki rasa peduli untuk saling melindungi,” nasehat Carryn.
Abi memejamkan matanya sejenak.
“Tapi Abi tak mau menikah dengan lelaki seperti dia tetya,” jawab Abi membuat Carryn tertegun.
Rasha yang tak ingin kalah ikut menimpali, “Aku juga tidak ingin menikah Mah, lagipula kita sudah membuat perjanjian masalah ini,” kata lelaki muda itu santai.
Carryn membulatkan matanya dan menatap kesal kepada putranya. Rasha hanya menghela napas.
“Lagipula untuk soal rasa peduli yang Mamah sebutkan, sampai hari ini aku peduli kepadanya, jika aku tak peduli kenapa aku menyelamatkan dan menolongnya. Abi benar aku bisa mencari perempuan lain, tapi aku mau anakku memiliki kepintaran seperti dia,” ucap Rasha tiba-tiba.
Abi terhenyak dan menatap Rasha. Apa sekarang Rasha memujinya untuk membuatnya luluh dan tetap menjalankan apa yang dia inginkan.
“Terima kasih atas pujianmu, tapi aku sudah putus asa dengan hidupku dan semua itu karena dirimu,” ucap Abi yang nada suaranya mulai berubah.
“Dia dengan jelas mengatakan kepadaku jika semua ini karena Rasha yang ingin memiliki anak tanpa menikah sedangkan aku adalah penyelamatmu sekaligus kelemahanmu,” Abi mengutarakan apa yang dia rasakan selama ini.
“Suntikan demi suntikan aku terima hanya karena mereka tak ingin aku mengandung anakmu yang sebenarnya belum aku lakukan,” urai Abi dengan lelehan air mata.
Rasha menatap Abi lekat bahkan ada rasa ngilu dalam hatinya mendengar cerita itu. Rasa sakit yang Abi terima saat itu seakan menyesakkan dadanya.
“Bahkan mereka melakukan ini dengan sengaja agar saat kamu menemukanku, diriku sudah tak berguna dan kamu membuangnya begitu saja seperti sampah!” pekik Abi.
Carryn memeluk Abi yang air matanya bercucuran. Abi menunduk mengusap air mata itu kasar dan kembali mendongak.
“Apa salahku padamu sampai kamu membuat hidupku yang tak pernah berarti makin terpuruk dan menderita?!” sentak Abi yang diakhiri dengan tangisan hebat.
Carryn ikut menangis mendengar hal itu dan keduanya menangis bersama. Ketiga pria yang lainnya hanya bisa menghela napas melihat pemandangan ini.
“Pertimbangkan lagi keputusanmu Rasha, kamu boleh membenci kita berdua sebagai orang tuamu, tapi begitu kamu meminta Abisha untuk hamil anakmu, secara otomatis kamu akan jadi orang tua dan kamu akan tahu rasanya,” saran Zhen.
Rasha termenung mendengar semua ungkapan perasaan dari orang terdekatnya. Sekilas dia melirik Abi yang masih menangis dalam pelukan Carryn karena dia melihat bahunya masih bergetar.
“Jika di masa lalu kami tak pernah meluangkan waktu dan menyayangimu seperti orang tua normal lainnya, maka kamu jangan melakukan hal yang sama kepada anakmu,” ucap Zhen membuat suasana makin haru.
Rasha menarik napas panjang dan menatap ayahnya. “Ini urusanku sendiri, Papah tidak perlu ikut campur. Aku hanya perlu menepati janjimu agar Sandr tidak jatuh ke tangan yang salah,” ujar Rasha bersiap untuk meninggalkan ruangan itu.
“Kamu sudah tahu siapa yang menculik Abisha?” tanya Zhen dengan tatapan datar kepada Rasha.
Rasha hanya berdecih pelan, “Siapa lagi orang yang tidak ingin aku punya anak,” keluh Rasha.
Zhen berdehem, “Kamu jangan asal menuduhnya tanpa bukti,” ucap ayah Rasha membuat emosi anaknya meluap.
“Menuduh tanpa alasan sedangkan Varrel sendiri tahu Adrian mengaku jika dirinya membawa Abi. Aku menyelamatkan Abi saat itu berada di gudang milik Adrian,” seru Rasha penuh emosi.
Carryn melepaskan pelukannya dan menatap Rasha. “Jika memang kamu yakin pelakunya Adrian kenapa kamu mendakwanya untuk pembunuhan wanita malam itu bukan masalah ini,” cecar Carryn.
Rasha berdecak, “Menangkap Adrian tidak seperti menangkap ikan yang tinggal sebar jaring, tapi aku perlu pukulan telak dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih besar,” desis Rasha.
“Tapi tetap saja di saudaramu dan direktur Sandr,” ucap Zhen santai.
Abi yang mendengarnya terkejut bukan main, dia memang mengenali pria yang menculiknya, wajahnya cukup familiar. Hari ini dia mendapatkan jawabannya jika pria yang menculiknya itu direktur tempat dia mendatangi ruangannya untuk tanda tangan yang ternyata saudara dengan Rasha. Lalu, apa yang mereka perdebatkan sampai Adrian melakukan hal gila ini?
“Kalau Papah ga mau bantu ga usah meragukan kemampuanku, tutup saja matamu dan diam!” sarkas Rasha membuat siapapun yang ada di sana terkejut dengan ucapan itu.
Rasha berdiri lalu melangkahkan kakinya tapi baru beberapa langkah dia berhenti dan berbalik.
“Abi, aku antar kamu ke kamar,” ucap Rasha pelan membuat Abi mendongak.
“Maria,” panggil Rasha lantang dan Maria muncul di hadapan Rasha.
“Temani Abi di kamarnya malam ini dan jangan biarkan siapapun masuk tanpa seijinku,” perintah Rasha melirik Varrel tapi pria itu bersikap santai seolah tak menanggapinya.
Maria membantu Abi berdiri dan kembali ke kamar sesuai yang Rasha inginkan. Abi bersandar di ranjang masih enggan untuk berbaring.
Dibandingkan dengan apartemen sebelumnya tempat ini memang lebih mewah dan semua perabotnya berkelas. Ranjangnya pun lebih nyaman dari sebelumnya, tapi bukan itu yang Abi cari.
Kebebasan.
Abi merasakan sekali perbedaan hidupnya sebelum dan sesudah bertemu Rasha, bagaikan roller coaster dan roda yang membuatnya jungkir balik tanpa aba-aba dan perkenalan terlebih dulu.
Abi mendengar suara pintu dibuka dan sosok yang baru saja membuat hidupnya berantakan muncul. Rasha berdehem dan meminta Maria keluar kamar sebentar.
“Aku tak mau direpotkan dengan urusan wanita,” ucap Rasha ambigu.
Abi mengerutkan dahinya, “Apa aku merepotkanmu? Seingatku tidak,” ucap Abi santai tapi nadanya datar.
Rasha menghampiri Abi dan berdiri di samping ranjang.
“Justru aku memilihmu karena kamu tidak merepotkan seperti wanita di luar sana. Jadi aku tidak punya alasan untuk menggantimu dengan yang lain,” balas Rasha yang mulai dipahami Abi.
Abi menatap Rasha sengit dan dia semakin menyadari betapa egoisnya Rasha dalam hal ini. Tatapan segit itu dinikmati Rasha meskipun ada detak rasa bersalah dalam hatinya yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Rasha pelan.
“Aku kira kondisiku ini membuatmu berpikir ulang untuk memilihku jadi penampung benihmu,” Abi menjawab tapi bukan untuk pertanyaan Rasha.
“Apa yang Adrian lakukan kepadamu?” Rasha masih ingin mengetahui apa yang terjadi.
“Dokter Varrel mengatakan jika kemungkinan hamil yang aku miliki kecil sedangkan jangka waktu yang kamu miliki semakin sedikit,” Abi masih berkeras tidak menjawabnya.
“Dasar wanita keras kepala,” Rasha mulai kesal.
“Kalau gitu kamu bisa lepaskan wanita keras kepala ini dari kehidupanmu tanpa masalah,” sahut Abi tanpa takut.
Rasha duduk di tepi ranjang membuat Abi kaget dan menggeser tubuhnya sedikit tapi Rasha mencekalnya. Tatapan keduanya tak bisa diartikan dan tak ada tatapan penuh cinta di sana.
“Bagaimana aku bisa melepaskan orang yang sudah berjanji akan membayar hutangnya kepadaku,” sindir Rasha membuat Abi menegang dan menelan ludahnya.
Rasha melepaskan cekalan itu, “Jika kamu lupa soal perjanjian itu, yang bisa membatalkan perjanjian hanya pihak pertama yaitu Yevara Aleksandr,” ucap Rasha menunjuk dirinya sendiri.
Abi menahan napas mengingat hal itu, sepertinya penculikannya membuat ingatannya memburuk. Parahnya lagi, dia lupa jika dia memiliki hutang dengan Rasha puluhan ribu dollar.
Lelaki itu melihat jika sorot mata Abi semakin dingin seakan Rasha merampas semua kehidupannya. Sorot mata itu membuat Rasha goyah dan melonggarkan aturan di mansion ini.
“Kamu boleh pergi kemanapun yang kamu mau selama ada di area mansion, bukan di luar mansion, selain karena aku tak mau repot dengan adegan kabur-kaburan yang kamu buat, keselamatanmu di luar membuatku kesulitan menjagamu,” jelas Rasha.
Abi mendongak menatap Rasha, jika sebelumnya dia melihat sosok egois tapi kali ini dia melihat seorang pria yang peduli dengna keselamatannya. Abi tak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang cepat berubah pikiran.
“Soal inseminasi aku akan pastikan dengan Varrel terlebih dulu mengenai kesehatanmu,” ucap Rasha tapi diakhiri dengan hembusan napas kasar.
“Aku memang punya waktu satu tahun untuk memiliki anak, tapi jika waktu itu tak cukup, aku bisa saja minta tambahan waktu,” kata Rasha tapi Abi menatap ke arah lain seolah tak peduli dengan ucapan Rasha.
“Tapi alasan utamaku tak ingin mengganti dirimu dengan yang lain karena aku ingin memiliki anak yang sehebat dirimu dan itu hanya bisa diturunkan dari gen ibunya.”
***