B.22 Torture

1489 Kata
Cedric merawat luka Adrian akibat perlakuan Rasha. Adrian masih diam berpikir bagaimana bisa Kogens mengetahui semua lini bisnisnya dan cara menjatuhkannya. “Apa ada mata-mata diantara anak buah kita sampai Rasha tahu soal pengiriman barang di Norten yang nilainya tak sedikit,” perintah Adrian. Cedric mendongak dan menatap bosnya itu ragu. “Orang yang menjalin kerja sama dengan Norten bekerja di bawah naungan Sandr Bos,” jelas Cedric pelan. Brrraaakk… Adrian meluapkan kekesalannya, bagaimana bisa dia tak menyelidiki hal ini sehingga membuatnya kembali rugi besar. “Kita harus membalasnya,” gumam Adrian dan memikirkan cara untuk melakukan hal itu. Cedric berdehem, “Sebaiknya kita membiarkan Tuan Rasha menemukan wanita itu, kita bisa menggunakannya untuk melukai Tuan Rasha, karena dari pengamatan beberapa tim, sampai hari ini Tuan Rasha masih mencari wanita itu,” urai Cedric. Adrian memikirkan ucapan Cedric, menurutnya tak ada salahnya dicoba. “Pindahkan dia ke Rusia dan tempatkan  sementara di gudang Dexion,” perintah Adrian. Abi hanya bisa berbaring di lantai yang dingin, entah berapa lama dia ada di sini, tapi setelah dia mulai banyak menerima suntikan di tubuhnya, dia semakin lemas dan selera makannya menurun. Setelah itu dia dilepas dan dibiarkan terbaring begitu saja di lantai yang keras dan dingin ini. Tangisan yang dia keluarkan seakan tak membantu dirinya untuk mendapatkan tempat yang layak. “Tinggal di sini lebih buruk daripada merasakan cuaca dingin di Rusia,” gumam Abi lirih dan dia melihat sekujur tubuhnya memerah karena hal ini. Dia bukannya tidak tahan dengan suhu dingin tapi bersentuhan secara langsung dengan tempat yang lembab dan dingin seperti ini membuat alerginya muncul. “Siapapun, tolong aku, apa kalian ada yang mendengarku,” isak Abi entah sudah keberapa kalinya setelah dia ada di ruangan ini. Isakannya berhenti karena dia mendengar suara pintu dibuka. Abi berusaha menegakkan tubuhnya dan melihat siapa yang datang. Empat orang lelaki dengan tubuh tegap dan pakaian serba hitam. Seorang diantaranya mendekatinya dan menutup wajahnya dengan karung membuat Abi berontak tapi karena dia tak memiliki tenaga untuk melawannya membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Dia bisa merasakan tangan dan kiya diikat kencang dan tubuhnya dipanggul entah dibawa kemana. Dia mendengar suara kayu berderit dan tubuhnya sudah digerakkan. Pikirannya hanya satu dia sudah dimasukkan dalam kotak kayu. Apa dia akan dibuang ke laut setelah ini? Abi bergidik ngeri dan menangis membayangkan hal itu. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia tak bisa berbuat banyak karena tubuhnya yang lemah dan sekarang dia akan diapungkan ke laut. Abi tak tahu berapa lama dirinya ada dalam kotak kayu itu sampai dia membuka matanya perlahan dan dia sudah berada di ruangan yagn berbeda. Matanya menatap sekeliling dan dia menyadari jika dirinya ada di dalam gudang. Sayup-sayup dia mendengar suara beberapa orang pria dalam bahasa yang dia mengerti. “Rusia, apa sekarang aku ada di Rusia?” gumam Abi yang membuatnya tersenyum bahagia. Setidaknya jika dia nantinya mati dia mati di tanah kelahirannya, bukan di tempat lain. Abi mulai berpikir untuk mencari tahu dimana dia berada dan mencari bantuan setelah ini. Dia melihat sekeliling dan dia melihat ada jendela kecil yang letaknya cukup tinggi. Wanita itu mencari pijakan yang bisa dia gunakan untuk melihat ke luar. Berjam-jam Abi berusaha bahkan dia menggunakan apapun yagn ada di ruangan itu untuk mencari tahu posisinya. Sampai dia mendengar suara pintu yang terbuka, secepat kilat dia menyembunykan apa yang membantunya untuk kabur dari sini. Wanita itu duduk tenang seolah tak terjadi apa-apa. Abi mengenali lelaki yang baru saja masuk bersama dua orang yang lainnya. Dia melihat seorang membawa aat suntik dan dia yakin jika dirinya akan disuntik kembali, matanya melihat sekeliling apa ada penjaga di pintu dan cara untuk lolos memanfaatkan kesempatan ini. “Siapa yang meletakkannya di sini?” seru Adrian membuat Cedric menoleh ke pintu. “Bersihkan semua barang-barang di sini dan ikat dia. Jika kau membiarkannya seperti ini, dia bisa saja kabur,” perintah Adrian dan Cedric memanggl dua penjaga untuk mengikatnya di kursi seperti sebelumnya. Abi berontak dan melawan sampai dua orang itu kewalahan, dia mencari celah untuk kabur meskipun dia harus menghadapi lima orang lelaki di sini. Abi sudah sampai di pintu tapi dia tak menyadari jika Adrian berdiri di sana. Pria itu memegang pinggangnya membuat Abi kaget dan tanpa ampun Adrian merobek bajunya begitu saja. Wanita itu shock dan mematung, Adrian menggigit pundaknya membuat Abi ketakutan dan berontak agar bisa lepas dari cekalan Adrian. Pria itu tersenyum jahat dan menjilat bibirnya setelah menggigit pundak Abi. “Mungkin aku bisa merasakan yang lebih jika aku butuh hiburan,” kekeh Adrian. Abi menggeleng pelan dan mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya yang sebagian sudah terekspos. “Jangan coba-coba melawanku gadis sok pintar, aku bisa saja membuatmu menyesal lahir di dunia ini saat ini juga,” ucap Adrian sarkas. Dua orang penjaga mencekal Abi dan mengikatnya di kursi dan wanita itu kembali menangis menyadari jika dia tak mampu kabur dari sana dengan mudah. Tak lama sebuah suntikan masuk dalam aliran darahnya membuat tenaga melemah. “Naikkan dosisnya dua kali lipat, pastikan dia lemah sampai Rasha menemukannya,” perintah Adrian dan semuanya pergi dari sana meninggalkan Abi seorang diri. Tangisan melengking terdengar di sana, jeritan tanpa asa membuat siapapun akan ikut menangis mendengarnya. Abi tak tahu apa yang selama ini dia lakukan sampai dia harus mendapat perlakuan semacam ini. “Aku membencimu Rasha. Aku bersumpah membencimu seumur hidupku,” pekik Abi. *** Rasha terbangun dari mimpinya dan mengusap wajahnya kasar, keringat dingin mengalir di wajah dan tubuhnya. Dia termenung memikirkan apa yagn baru saja dia lihat dalam mimpinya. “Abi, apa yang terjadi padamu, kenapa aku sampai melihatmu dalam mimpiku setelah sekian lama,” lirih Rasha. Lelaki itu berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Dia membiarkan air mengucur di wastafel miliknya dan mimpi tak menyenangkan itu terlintas dalam pikirannya. Dia melihat Abi dalam keadaan setengah telanjang dengan tangisan dan tubuhnya memerah. Hampir tiga bulan dia mencari Abi tak bisa menemukan dimanapun meskipun semua petunjuk sudah mengarah ke tempat yang disebutkan Adrian melalui percakapan telepon yagn sudah dia sadap. Rasha mendengar ponselnya berdering, dia melupakan sejenak soal mimpi itu dan keluar kamar mandi untuk menerima panggilan. “Ada apa?” tanya Rasha begitu melihat nama Digga muncul di layar ponselnya. “Foresty terbakar seluas 50 persen Bos, tim pemadam dan bantuan dari negara tetangga sudah dikerahkan untuk mencari titik api agar kebakarannya tidak meluas,” lapor Digga. Rasha mencengkram erat ponselnya. Ini baru pergantian musim belum memiliki panas yang terik tapi bisa terjadi kebakaran hutan, jelas sekali jika ini disengaja. “Minta Kogens untuk menemukan pelakunya,” ucap Rasa. “Segy sudah melakukannya Bos, tapi belum menemukan titik terang karena banyaknya titik api yang menjadi penyebab kebakaran ini,” lapor Digga. “Total kerugiannya, berapa persen supply kita akan terganggu karena masalah ini,” tanya Rasha. “Taksiran kasar hampir seratus ribu dollar dan 30 persen supply kita terganggu, kami akan segera membereskannya dan memberikan stock terakhir kepada klien yang membutuhkan,” jelas Digga. Rasha menutup panggilanya dan membuatnya tak bisa memejamkan mata kembali. Dia tahu siapa yang bisa melakukan ini. “Dimana Adrian?” tanya Rasha melalui sambungan telepon dengan Sergy. Beberapa detik kemudian dia mendapatkan jawabannya. “Hotel Delova, 1416,” ucap Sergy dan Rasha mengakhiri panggilannya begitu saja. Tak sampai tiga puluh menit Rasha tiba di tempat yang dimaksud. Sebagian pegawai hotel yang melihatnya menyapa Rasha dan ini menjadi kesempatan Rasha untuk memberi peringatan keras kepada Adrian. “Bawa kunci 1416,” seru Rasha dan dia berjalan ke lift menunggu pegawai hotel itu. Rasha berjalan cepat ke kamar yagn dimaksud. Pegawai hotel membuka pintu dan melihat Adrian asyik bergumul dengan seorang wanita. Wanita itu menjerit membuat Adrian kaget dan Rasha menembakkan satu timah panas di udara. Adrian mengusap wajahnya kasar, bahkan kesenanganny kali ini harus terusik dengan kehadiran Rasha. “Sialan, tak bisakah kau menunggu sampai aku menyelesaikannya,” sentak Adrian santai. Tak berapa lama muncul Sergy dan lima orang anak buah Rasha membuat Adrian semakin kaget dan dilanda panik. Wanita yang bersama Adrian hanya bisa gemetar ketakutan. “Urus wanita itu,” ucap Rasha dan Sergy mengangguk. Salah seorang anak buah Rasha mengeluarkan pistol dan mendekati Adrian, pria itu sudah panik dan ketakutan tapi tak lama dia memberikan pistol itu kepada Adrian. Satu orang lainnya menodongkan pistol di kepala Adrian dan memintanya untuk membunuh wanita itu. “Kau atau wanita itu yang mati,” ancam Rasha membuat Adran melepas tembakan kepada wanita itu yang sudah menjerit ketakutan. Rasha menoleh kepada Sergy dan pengawalnya itu mengangguk. “Saya sudah mempublikasikan beritanya di media sosial, besok jadi berita viral di Rusia,” ucap Sergy membuat Adrian kaget. “b******k, kenapa kamu menjebakku seperti ini. Kamu yang menyuruhku membunuhnya!” sentak Adrian berdiri dengan tubuh telanjang tanpa malu saking kesalnya. “Katakan semua itu di kantor polisi besok,” kekeh Rasha dan dia berbalik hendak meninggalkan kamar itu. Adrian mengumpat tiada henti, membuat Rasha ingat satu hal. “Sekali lagi kau menyulut emosiku, aku akan membakar dirimu sama seperti Foresty,” ancam Rasha. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN