Rapat mendadak diadakan oleh Sandr karena kasus Foresty, wajah Rasha sejak semalam sudah terlihat tak bersahabat membuat para anggota rapat yang lain takut.
Zhen mengikuti rapat tapi tak banyak berkomentar, sedangkan Adrian sendiri yang sudah diciduk oleh polisi membuatnya tak bisa hadir dalam rapat dan diwakili oleh ayahnya.
“Berapa lama waktu yang kalian butuhkan untuk membereskan masalah kebakaran ini?” tanya Rasha cepat yang mulai bosan mendengar banyak asumsi dari beberapa pihak.
“Paling cepat 3 bulan Tuan dan itu juga tidak seratus persen tuntas karena banyaknya titik api yang harus kita padamkan, sam,pai pagi ini masih ada enam titik yang belum padam karena kasus ini dan dua diantaranya menjalar ke lahan lain,” lapor salah seorang pegawai lapangan yang tahu masalah ini.
Rasha memberi catatan di tabletnya soal ini, namun telinganya mendengar kasak kusuk yang membuatnya tak nyaman.
Pprraaang…
“Katakan semuanya di hadapanku jangan berbisik seperti w************n di tepi jalan,” umpat Rasha setelah memukul gelas yang digenggamnya ke meja.
Semua orang terdiam menelan ludah mereka. Aura Rasha lebih menyeramkan daripada Rumanov dan Zhen yang memimpin mereka sebelumnya.
Rasha menatap anggota rapat satu per satu menunggu seseorang yang mau menjelaskan kepadanya. Zhen yang mengetahui tempramen anaknya ini hanya bisa menghela napas pelan.
Dia tak tahu apa yang sudah dia berikan selama ini kepada Rasha, semenjak beranjak dewassa dia sudah tak dekat lagi dengan anaknya dan seakan jalan mereka bersebrangan. Kejadian itu diperparah saat dia menolong keluarga Adrian yang mebuatnya Rasha makin menentangnya.
“Kendalikan dirimu Rasha, mereka juga tidak akan bisa bercerita dengan benar jika kamu mengintimidasi macam itu,” bela Zhen membuat Rasha menatap ayahnya tak suka.
“Apakah Papah sudah menemukan solusinya sampai bisa berkata seperti itu?” sindir Rasha.
Zhen terbelak dengan ucapan anaknya yang secara tak langsung mempermalukannya di hadapan bawahan. Namun, tatapan ayahnya membuat lelaki itu tak peduli.
“Jaga ucapanmu Rasha!” desis Zhen masih menahan diri tapi Rasha tak peduli dan memperhatikan yang lainnya.
“Apa aku harus menampar mulut kalian dulu sehingga kalian mau bicara denganku,” sindir Rasha membuat semua peserta rapat mendongak dan menggelengkan kepalanya.
“Ini terkait kilang miyak di utara Tuan,” ucap salah seorang peserta rapat membuat Rasha dan Zhen mengalihkan perhatiannya.
“Dua bulan ini ada laporan hasil pengeboran menurun tapi pihak maintenance memeriksa alat dan kelangkapan untuk drilling tidak ada masalah tapi checksheet tidak pernah memenuhi target,” lapor peserta rapat dari tim produksi dan perencanaan.
Rasha mengeraskan rahangnya, “Dan kalian baru lapor kepadaku sekarang,” sarkasnya.
Peserta rapat itu hanya menunduk dan menegang, dia tak tahu bagaimana caranya mencari pembelaan dalam hal ini karena memang dia tak tahu jika masalahnya sebesar ini.
“Tim assessment besok pagi ke Utara untuk inspeksi masalah ini,” perintah Rasha dan tim yang dimaksud mengangguk.
Lelaki itu berdiri, “Minggu depan kita bahas lagi,” ujar Rasha membuat semua orang seakan bisa bernapas lega untuk sementara.
“Tidak ada manipulasi atau kalian menyesal lahir di dunia ini,” ancam Rasha membuat semua orang kembali menegang.
Lelaki itu berlalu begitu saja tanpa berpamitan kepada ayahnya yang masih bugar untuk duduk di sana. Pria paruh baya itu hanya bisa menghela napas melihat kelakuan anaknya.
Sesuai dengan jadwal yang sudah dijanjikan, Rasha dan Diga bepergian ke utara untuk mengunjungi salah satu pengeboran minyak milik Sandr yang diklaim terbesar bagi mereka.
Sekilas dia mendengar tim lapangan menjelaskan apa yang menjadi masalah di sana dan Rasha tak merasakan ada kecurigaan dari penjelasan itu. Rasha meminta salah satu pengawal yang ikut bersamanya untuk memeriksa keadaan sekeliling.
Penyelidikan pertama mereka untuk area darat, Rasha ikut berkeliling bersama tim untuk melihat kondisi alat yang dimaksud guna mengecek apakah ada kerusakan termasuk mencari kejelasan dari masalah penurunan produksi ini.
Namun, Rasha melihat ada keanehan saat mengunjungi salah satu jalur proses produksi. Lelaki itu melihat ada gundukan tak wajar dekat jalur pipa. Rasha menghampiri tempat itu membuat yang lain mengikutinya. Lelaki itu meminta beberapa orang untuk melihat isi gundukan itu.
Saat yang sama pengawalnya datang dan membawa banyak gulungan kabel yang tertanam di dalam tanah. Rasha memperhatikan kabel itu dan menyadari satu hal.
“Tunggu, hentikan penggalian, panggil polisi dan penjinak bom,” perintah Rasha cepat.
Beberapa orang yang menggali langsung menghentikan kegiatan mereka dan menjauh dari sana. Digga menghubungi pihak berwenang sesuai anjuran Rasha.
Setelah mendapat penjelasan singkat, tim berwenang menggali gundukan itu dan melihat setumpuk bom yang dikendalikan jarak jauh dalam tempo tertentu.
“Sepertinya bom ini belum aktif tapi daya ledaknya bisa jauh dan merobohkan rig ini dalam sekejap,” analisa tim penjinak bom.
Semua orang terkejut dengan ucapan penjinak bom, termasuk Rasha. Lelaki itu tak menyangka jika ada orang yang berniat sejauh ini untuk menghancurkan Sandr atau dirinya.
“Apa mungkin karena galian kabel dan peletakan ini menghambat proses produksi,” ujar Digga membuat Rasha diam tak yakin.
“Tolong periksa semua jalur pipa seharusnya kita meneukan sesuatu seperti penyumbatan atau apapun itu yang membuat proses produksi lambat,” perintah Rasha dan tim maintenance melakukannya.
Tim assessment yang ikut bersama Rasha paham kenapa pimpinan mereka melakukan hal tersebut, mereka salut karena Rasha memberikan solusi yang cepat.
“Sergy, minta tim Kogens untuk menyelidiki masalah di utara pengeboran, atur tim untuk membagi dua kasus yang datang bersamaan ini,” perintah Rasha.
Rasha menatap Digga, “Apa ada perkembnagan soal kasus Adrian semalam?” tanya Rasha tiba-tiba membuat Digga menggeleng.
“Pagi tadi masih dalam penyelidikan tapi belum jadi tersangka, apa perlu kita melakukan sesuatu Bos?” tanya Digga tapi Rasha menggelengkan kepalanya.
“Ingat fokus kita untuk Burskya, aku rasa Adrian menggoncang Foresty dan rig di utara untuk mengelabui kita menemukan Abi dan mencari tahu apa yang kita kerjakan selain ini,” analisa Rasha.
Ponsel Digga berdering dan dia melihat nama Emerson di sana, salah satu penanggung jawab proyek Burskya. Digga mengangguk paham apa yang Emerson ucapkan meskipun pria itu tak melihatnya tapi dia yakin berita ini jadi berita yang menyenangkan untuk Rasha.
“Cetak biru Burskya sudah selesai Bos, Emerson meminta Bos untuk memeriksanya sebelum dipatenkan,” ucap Digga dengan ekspresi yang ceria.
Rasha menaikkan sudut bibirnya, akhirnya apa yang dia inginkan berhasil. Fokusnya tinggal mengawasi proyek Burskya agar berjalan sesuai rencana.
“Kita pergi ke Kogens sekarang,” ucap Rasha dan Digga pamit kepada pemimpin tim untuk meninggalkan pekerjaan lebih dulu.
Perjalanan Kogens cukup memakan waktu membuat Rasha tertidur, kegiatan yang selama ini tak pernah dia lakukan dalam perjalanan. Tapi seakan kejadian ini adalah petunjuk baginya untuk menemukan Abi.
Rasha kembali melihat Abi dalam mimpinya, namun saat lelaki itu ingin menyelamatkan Abi yang terikat, Abi justru menjerit histeris yang membuatnya bingung. Sebuah suara diantara mereka membuatnya sadar jika tanah yang akan dia injak memiliki ranjau yang bisa membunuhnya kapan saja.
Suara tak kasat mata itu memintanya untuk mencari tahu lokasinya bukan percakapan dan jeritan yang dia dengar. Dan mimpi itu diakhiri dengan jeritan amarah Abi kepadanya yang membuat Rasha terbangun seketika.
Rasha mengusap wajahnya kasar membuat Digga melihatnya bingung dan memberikan sapu tangan kepada bosnya. Rasha mengambil dan mengelap keringatnya yang bercucuran.
“Berapa lama lagi kita sampai?” tanya Rasha.
Digga melihat jam di pergelangan tangannya, “Jika tidak ada kenadal 30 menit lagi kita sudah tiba di Kogens,” jawabnya.
“Suruh Sergy datang ke Kogens juga,” perintah Rasha dan Digga menyanggupinya.
Rasha berdiri di depan layar komputer yang ada di markas Kogens untuk melihat data lokasi terakhir yang Adrian kunjungi. Setelah mimpi yang dia alami, dia bertanya kepadandya koleganya mengenai pelacakan lokasi yang akurat tanpa pemberian gps, koleganya menyarankan untuk menggunakan alat pelacak otomatis berdasarkan nomor ponsel.
“Tunggu, bukankah ini di Rusia?” tanya Rasha menunjuk satu lokasi yang ada di pinggiran Rusia.
“Ini salah satu gudang yang ada di daerah Dexion,” ujar salah satu pegawainya dan dia kembali mencari data yang sekiranya bisa membantu.
“Dari data terakhir, gudang itu sudah lama tidak digunakan untuk transaksi apapun termasuk penyimpanan barang, hanya gudang kosong. Legalitasnya juga tercatat milik Adrian,” lanjutnya menunjukkan data kepemilikan gedung itu.
Rasha tersenyum lebar, “Kita cek ke sana malam ini, cari tempat lain yang setipe dengan Dexion,” perintah Rasha dan pegawainya itu mengangguk paham.
“Tunggu aku Abi, aku datang menjemputmu,” gumam Rasha masih menatap layar komputer itu.
***
Sergy sudah menyiapkan satu pleton pasukn untuk melakukan aksi penyelmaatan berdasarkan informasi yang mereka dapatkan hari ini.
Pengamatan jarak jauhnya dia tak melihat banyak orang yang berjag dan itu membuatnya curiga. Jik strategi awalnya dia akan menyerang serentak, tapi melihat penjaga yang sedikit membuatnya berpikir ulang untuk membuat back up pasukan dan hanya mengandalkan sedikit pasukan untuk maju.
“Mereka hanya berenam, apa ini ga salah, selemah itu penjagaannya?” gumam Rasha yang diwakili Sergy dengan anggukan.
“Sial, seharusnya dari dulu aku menyelamatkannya jika seperti ini kondisinya,” kesal Rasha.
Sergy memerintahkan sekitar 8 orang untuk melakukan penyelamatan, sisanya berjaga dan melakukan back up jika muncul musuh dari berbagai arah. Rasha dan Sergy mengikuti dari belakang.
Dalam hitungan menit penjaga bisa dilumpuhkan tanpa kesulitan berarti. Sergy membuka pintu gudang dan dia melihat seorang wanita diikat di kursi dalam keadaan tertunduk.
Rasha terdiam melihat kondisi wanita di hadapannya dalam keadaan jauh dari kata baik. Kakinya kaku tak bisa bergerak hanya untuk memastikan dia memang Abi atau bukan.
Sergy menghampirinya dan melepas ikatan Abi. Rasha berjalan perlahan namun sebenarnya dalam hati dia berdoa wanita ini bukan Abi. Gerakan Sergy membuat Abi terbangun, dia merasakan pergerakan seseorang di sekitarnya membuatnya mendongak.
Deg.
***