B.39 Emotion

1896 Kata
Abi terdiam dengan ucapan Rasha yang jelas menyebutkan nama lengkapnya. Firasatnya mengatakan akan ada hal buruk terjadi sampai membuat emosi Rasha jadi buruk seperti ini. “Aku tidak membelanya, tapi-“ “Aku tidak meminta mulutmu untuk memberikan alasan saat ini!” sentak Rasha sebelum Abi menyelesaikan ucapannya. Abi menunduk tak berani lagi membantah. Varrel menggeser kursinya keras sampai terdengar bunyi berderak dan menarik Rasha dari kursinya. Abi yang melihat itu kaget sampai ikut berdiri, berusaha melerai keduanya. Rasha menatap dokter itu semakin tajam dan siap menelannya jika diperlukan. “Jika kau ga suka dengan cara kerjaku, pecat saja dan aku akan kembalikan semua uang yang kau berikan, tapi jangan sekali-kali kamu menyakiti seorang wanita meskipun dengan mulutmu itu!” ancam Varrel dan mendorong Rasha. Rasha menyeimbangkan tubuhnya sesaat tapi tak lama dia terkekeh. “Pasangan dokter dan pasien yang sangat kompak.” Buuggghhh.. Varrel langsung meninju wajah Rasha begitu dia mengucapkan kalimat itu sampai tubuhnya terhuyung karena tak siap dengan perlakuan Varrel. Abi yang ada di dekat keduanya memekik kaget dan membantu Rasha tapi lelaki itu menolaknya dan berdiri tegap membalas kelakuan Varrel. Abi keluar ruangan dan melihat Sergy, dia menarik pengawal Rasha untuk masuk dan memintanya melerai keduanya yang sudah baku hantam tak jelas. Sergy menarik Rasha dan menjauhkan keduanya. Wajah keduanya sudah lebam tapi Varrel yang memiliki banyak luka di beberapa titik wajahnya karena Rasha yang tak tahan ingin menghabisinya. Rasha masih berontak dan ingin melanjutkan aksinya tapi Abi sudah memeluk Rasha erat berharap pelukan itu bisa menghalangi niatnya untuk menghajar Varrel. “Tolong jangan berkelahi lagi,” ucap Abi dalam pelukannya membuat emosi Rasha mendadak terjun bebas. Sergy tak tahu kenapa Abi melakukan hal itu tapi pengawal Rasha itu cukup terkejut karena perlakuan Abi bisa membuat emosi tuannya hilang seketika yang selama ini tak pernah dia lihat. Abi melepas pelukannya setelah Rasha tenang, dia menatap lelaki yang memiliki beberapa luka di wajahnya lembut untuk memastikan jika Rasha tak akan menghajar Varrel kembali. Rasha berbalik dan meninggalkan ruangan itu begitu saja. Ada rasa malu dalam dirinya dan tak ingin terlihat konyol di depan Abi. Sergy bingung tapi akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti Rasha setelah berpamitan dengan Abi dan Varrel. “Dasar lelaki sinting!” umpat Varrel dan mengambil beberapa lembar tisu untuk mengusap wajahnya. “Maafkan Rasha, Dok,” lirih Abi tapi Varrel mendengarnya dan pria itu menggeleng. “Bukan kamu yang salah, jadi ga perlu minta maaf kepadaku, dia yang harusnya minta maaf,” ucap Varrel dengan napas tersengal. “Aku tahu, tapi aku lebih yakin jika Rasha tak akan melakukannya apalagi kepadamu,” cicit Abi dan Varrel terkekeh sumbang. “Aku akan bersihkan wajahku dulu, setelah itu aku akan mengantarmu pulang,” usul Varrel yang dijawab gelengan oleh Abi. “Tapi dia meninggalkanmu begitu saja hanya karena kamu tidak hamil,” keluh Varrel. Abi tersenyum lembut membuat Varrel melupakan kekesalannya dan merasa iba dengan Abi. “Pasti ada pengawal Rasha yang menungguku, dia tidak mungkin membiarkan aku sendirian Dok,” jawab Abi yakin. Varrel menghela napas pelan. “Kenapa kamu tidak menyerah saja dan pergi darinya, bersama Rasha tidak seindah –“ Bbbrraaakkk.. Terdengar bantingan pintu dan sorot mata tajam yang sama beberapa menit lalu di ruangan itu. Abi membulatkan matanya, dia tak menyangka jika Rasha masih ada di sini dan auranya terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya. Derap langkah Rasha membuat suasana di ruangan itu makin menakutkan. Sergy hanya diam menunggu di depan pintu meskipun Abi menatapnya meminta pertolongan. Langkah lelaki itu mantap ke arah Varrel dengan tatapan membunuh. Meskipun Abi ketakutan tapi dia tak bisa tinggal diam melihat Rasha mengintimidasi Varrel. “Ras,” panggil Abi sambil memegang kemejanya. Rasha menghentikan langkahnya sesaat tapi tatapannya tak lepas dari Varrel. “Keluar,” balas Rasha tak menoleh sedikitpun kepada Abi. “Tapi –“ “Sekarang!” bentak Rasha membuat nyali Abi ciut dan Sergy menghampirinya untuk membawa Abi keluar dari sana. Abi tak bisa berbuat apapun dan menuruti keinginan Rasha. Sergy menutup pintu begitu Abi di luar dan tak lama setelahnya Abi dibuat terkejut. Dooorrrr.. Abi terdiam sesaat tapi tak lama dia menyadari jika Varrel dalam bahaya di dalam. Abi berusaha masuk tapi badan kekar Sergy menghalanginya. “Ini semua demi keselamatan Anda Nona, diam saja di sini,” ucap Sergy tanpa ekspresi. Abi hanya bisa meluruh ke lantai dan matanya berkaca-kaca membayangkan hal buruk terjadi pada Varrel. Rasha kembali menarik pelatuknya dan meletakkan mulut pistol itu di dahi Varrel. Dokter muda itu tak takut sama sekali dengan ancaman Rasha. “Sekali lagi aku mendengarmu meminta Abi pergi dariku, aku pastikan nyawa dan tubuhmu ini akan terpisah saat itu juga,” ancam Rasha dengan penuh penekanan. Varrel memasang ekspresi datar dan balik menantang Rasha. “Sekarang juga tak masalah, tak ada bedanya bagiku sekarang atau nanti,” kata Varrel tak kenal takut. Rasha mendorong pistol itu keras membuat Vrrel menahan sakit. “Aku memberimu kesempatan bukan karena aku membutuhkanmu tapi aku menjaga perasaan Abi sampai dia bisa hamil anakku, maka sepanjang itulah umur yang kamu miliki,” desis Rasha. Varrel terkekeh mendengarnya membuat Rasha makin kesal. “Aku kira hatimu sudah jadi batu, kenapa kamu harus peduli dengan perasaan Abi, dia saja tidak peduli denganmu. Dia hanya takut padamu bukan menghormatimu apalagi menginginkanmu sebagai lelaki!” sentak Varrel. Rasha menggeser posisi pistolnya dalam mulut Varrel membuat dokter itu tak bisa mengucapkan apapun. “Hanya karena Ileanor yang memintamu, tak menghalangiku untuk melenyapkan nyawamu kapan saja,” ujar Rasha memperdalam ujung pistol dalam mulut Varrel. “Kembalilah bekerja dan tak usah sok akrab dengan Abi jika kau masih sayang dengan nyawamu,” pesan Rasha sambil menarik pistolnya. Rasha berbalik meninggalkan ruangan itu membuat tubuh Varrel lemas seketika dan meluruh ke lantai. Abi mendongak begitu mendengar pintu terbuka, dia berdiri secepat kilat berusaha untuk melihat ke dalam tapi Rasha dan Sergy berdiri menghalangi pintu membuat Abi kesulitan melihat apa yang terjadi di dalam. Rasha memberikan pistol kepada Sergy dan menarik Abi pergi dari sana. Abi menanyakan nasib Varrel terus menerus membuat Rasha makin kesal dan mendorongnya masuk mobil. Sergy dengan cekatan memberikan kunci mobil dan membiarkan Rasha mengemudi seorang diri. Abi membetulkan posisi duduknya dan mengenakan sabuk pengaman karena Rasha melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Rasha menghentikan mobilnya di lobby mansion miliknya, lelaki itu menarik Abi dengan paksa ssat dia masih membuka sabuk pengaman membuat langkahnya terhuyung. Rasha membawa Abi ke kamarnya, dia membanting pintu kamar Abi setelah mendorong wanita itu dan langsung menguncinya. Abi mulai ketakutan dengan kondisi itu terutama saat lelaki itu mendekatinya sambil membuka kancing kemejanya. Abi bergerak tak tentu arah sampai lengan kekar itu menarik dan melemparnya ke kasur. Abi menjerit tak karuan dan bayangan buruk menghantuinya. Rasha tanpa ampun merobek baju Abi membuat sebagian tubuhnya terekspos. Wanita itu sudah menjerit ketakutan dan menangis histeris. Rasha meraba tubuh bawah Abi yang membuatnya semakin menangis dan menjerit tak karuan. Rasha terhenyak ketika melihat air mata Abi dan tatapan ketakutan yang Abi tunjukkan. Lelaki itu terdiam sesaat dan Abi menangis tanpa henti sambil menatapnya. “Jangan lakukan itu, aku mohon, apapun akan aku lakukan tapi tolong,” lirih Abi dalam isakannya. Rasha mengecup bibir Abi lembut membuat wanita itu terdiam dan lelaki itu merasakan sensasi yang berbeda membuatnya ingin melakukan hal yang lebih tapi Rasha menahannya, sesuatu yang tak pernah dia lakukan. “Jangan mempermainkanku Abisha,” bisik Rasha di telinga Abi membuat wanita itu menggeleng. “Sekali lagi kamu berani menguji kesabaranku bersama pria lain, aku bersumpah tidak akan melepaskanmu dan membuatmu menyesal melakukannya,” ancam Rasha diakhiri dengan kecupan di lehernya. Abi merinding menerima perlakuan itu tapi dia tak bisa berbuat apapun selain menangis dan mengangguk. Rasha meninggalkan kamar Abi begitu saja dan membanting pintu penuh emosi. Lelaki itu kaget karena di depan kamar Abi ada Maria dan Sergy yang menunggunya. “Kenapa?!” ketus Rasha menatap tajam dua orang kepercayaanya itu. Keduanya kompak menggeleng. Rasha meninggalkan keduanya dan pergi ke kamarnya untuk menuntaskan hasrat yang tertunda karena tangisan dan rengekan Abi. *** Semenjak kejadian itu, Abi mengurung diri di kamar meskipun Maria mengirimkan makanan 3 kali sehari tapi Abi hanya satu kali memakannya bahkan pernah tak makan sama sekali. Maria yang cemas dengan kesehatan Abi menungu Rasha di pintu utama mansion untuk melaporkan kejadian ini. “Selamat malam Tuan Rasha,” sapa Maria sopan membuat Rasha curiga. “Ada apa?” tanya Rasha cepat. Maria mendongak sekilas dan kembali menunduk, “Nona Abi sudah satu minggu ini mengurung diri di kamar dan sepertinya makan tidak teratur,” ucap Maria pelan membuat Rasha terkejut. “Kenapa kamu baru bilang sekarang,” seru Rasha. “Maafkan saya Tuan, saya kira Nona hanya ingin menyendiri tapi saya tidak menyangka jika Nona sampai melakukan hal ini,” kata Maria membuat Rasha bergegas ke kamar Abi. “Kenapa dikunci?” tanya Rasha menatap Maria tak suka. Maria mengeluarkan kunci cadangan dari kantongnya dan membukanya tapi tak bisa seolah ada benda yang menghalangi pintu itu. Pelayan itu mulai panik membuat Rasha kesal dan memukul pintu dengan keras. “Sejak kapan dia begini?” tanya Rasha penuh emosi. “Siang tadi saya masih mengantarkan makanan untuk Nona Abi, Tuan,” jawab Maria panik. Sergy turun dan memanggil beberapa pengawal untuk membantu mendobrak pintu kamar Abi. Rasha mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan begitu pintu terbuka tapi tak melihat Abi dimanapun. Sergy mengecek balkon tak melihat ada keanehan di sana. Maria membuka kamar mandi dan memekik membuat Rasha lekas menghampirinya. “Cepat ambil handuk,” ucap Rasha membuat Maria sigap dan berjalan ke walk in closet untuk mengambil handuk. Rasha menggendong Abi dan membawanya keluar dari bak mandi yang merendamnya entah berapa lama. Lelaki itu membangunkan Abi dan meminta Sergy memanggil Varrel kemari. Rasha memeriksa kondisi Abi dan merasakan jika detak jantungnya melemah, dia memberikan CPR agar Abi bisa kembali sadar. Maria membantu Abi untuk ganti pakaian dan membuatnya hangat. Rasha duduk di tepi ranjang sambil menggenggam erat tangan Abi berharap itu bisa menghangatkan tubuhnya yang kaku dan dingin. “Bodoh, kenapa kamu harus melakukan hal seperti itu,” keluh Rasha yang sebenarnya mengalihkan kecemasannya karena melihat tubuh terbujur kaku. “Apa yang terjadi?” tanya Varrel begitu melihat Abi yang tak sadarkan diri. “Periksa saja dia, denyut nadinya melemah,” kata Rasha membuat Varrel lekas memeriksa Abi. “Gejala hipotermia, hangatkan saja suhu di ruangan ini dan tetap berikan asupan makanan dan minuman, sebenarnya dia sudah sadar cuma kondisi lemah,” ucap Varrel membuat Rasha lega. Maria bergegas ke dapur dan membawakan coklat hangat untuk Abi. “Biar aku saja,” Rasha mengambil coklat panas yang Maria bawa. Rasha menyadari jika banyak pasang mata memandangnya bingung. “Kalau pemeriksaannya sudah selesai kau boleh pergi,” usir Rasha membuat semua orang kaget dan terdiam. “Tunggu apalagi!” sentak Rasha. Sergy menghampiri Varrel dan mengantarnya keluar. Varrel menghentikan langkahnya dan menatap pengawal pribadi Rasha itu dengan tatapan bingung. “Ini hanya perasaanku saja atau Rasha memang peduli dengan Abi?” tanya Varrel menuntut jawaban. “Tunggu, apa tindakannya tadi menunjukkan jika dia cemas dengan keselamatan Abi. Kau juga merasa begitu tidak?” desak Varrel. Sergy hanya menunduk dan membukakan pintu dengan lebar, kode untuk mengusir Varrel secara halus. Dokter itu hanya berdecak tapi tak bisa apa-apa selain menuruti kode dari Sergy. Pengawal itu menutup pintu dan menghela napas. “Bukan hanya peduli tapi sepertinya hati Tuan Rasha mulai lunak dengan Nona Abi,” gumamnya entah ada orang yang mendengar atau tidak. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN