9. Emilia Menjadi Mermaid

570 Kata
"Ayo Rosemary, aku antarkan kau ke kamar mandi," Emilia berkata dengan lembutnya, ia sama sekali tidak mencurigai Rosemary sekalipun memiliki sebuah niat jahat yang tersembunyi. Rosemary mengangguk. 'Kalau memang benar ada air, semoga saja kakiku tidak berubah wujud menjadi Mermaid,' ujarnya dalam hati. Rosemary hanya bisa berdoa pada Dewa Neptunus. Emilia mengantarkan Rosemary ke kamar mandi. Ia menunjukkan dimana letaknya. "Itu, maaf ya sumber airnya dingin sekali. Karena pipa di rumah kami terhubung dari pegunungan langsung," kata Emilia. Rosemary diam. Air laut tidak begitu dingin, ia merasakan hangat karena biasan dari cahaya matahari yang menyinari seluruh lautan. Kaki Rosemary melangkah masuk, pintunya ia tutup. Kemudian netranya menemukan air di dalam sebuah bak mandi. Mata Rosemary berbinar. "Akhirnya aku bisa merasakan surganya air. Hah, santai sekali hari ini," tanpa ragu Rosemary menceburkan dirinya ke dalam bak berisi air itu. Rosemary menikmati dinginnya sumber air dari pegunungan, kakinya sudah berubah menjadi sebuah ekor Mermaid bersisik merah mengkilat, menunjukkan identitasnya adalah si Mermaid merah. Di ruang tamu, Emilia, Arinalue, Ace dan Fortuna sedang mengerjakan peta Topografi. Sampai mereka tidak sadar waktu berjalan sekitar lewat satu jam. Dan Rosemary sama sekali tidak keluar dari kamar mandi. Fortuna meletakkan pensil tulisnya. "Rosemary kenapa lama sekali? Apakah dia sedang mandi?" ia bertanya cukup penasaran. Emilia menoleh. "Tadi dia hanya buang air kecil saja. Tapi entahlah kalau lama. Sebentar ya, aku panggil Rosemary dulu," Emilia beranjak dari duduknya, sejak tadi Rosemary tidak ikut mengerjakan tugas membuat peta Topografi. "Rosemary!" Emilia mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali, suaranya menggema keras di setiap ruangan. Rosemary yang sedang memejamkan matanya karena merasa mengantuk pun bingung. "Siapa sih yang mengganggu tidurku?" tanpa sadar Rosemary menyeret ekornya, tangannya berusaha menggapai knop pintu lalu memutarnya dan terbukalah. Emilia yang tadinya ingin mengetuk pintu sekali lagi terkejut, terbuka dengan sendirinya? "Halo Rosemary?" Emilia mengintip ke dalam namun kakinya menginjak sesuatau yang amat licin serta bau amis menyeruak mengganggu indra pernafasannya. Rosemary tersadar, ia lupa bahwa dirinya saat ini sedang menjadi Mermaid. Ia bertekad akan menutup pintunya kembali namun suara Emilia yang berteriak kencang itu mengurungkan niatnya. "KAU IKAN?" Emilia terkejut tidak percaya. Bagaimana bisa ada manusia setengah ikan di kamar mandinya? Lalu wajahnya juga mirip dengan Rosemary. Apakah? Rosemary dengan sigap menutupi ekor Mermaid-nya. Ia kebingungan mencari tempat persembunyian yang aman. "Kau mau apa? Mundurlah!" Rosemary berseru panik, ia gelisah sendiri. Emilia tersenyum penuh arti. "Haruskah aku memberitahu pada mereka bahwa kau ternyata adalah seorang Mermaid?" Rosemary menggeleng. "JANGAN!" Teriakan dan suara keributan kecil itu tentu saja menarik perhatian ketiga orang yang masih belajar peta Topografi. "Itu bukannya suara Rosemary? Dia kenapa?" tanya Fortuna heran. "Jangan diam saja, ayo kita kesana. Siapa tau Rosemary terluka." Hanya Fortuna seorang diri yang melihatnya. Tapi baru saja langkahnya akan memasuki kamar mandi, terhenti begitu saja. Rosemary basah kuyup terduduk di depan pintu kamar mandi yang tertutup. "Ya Tuhan! Rosemary! Kau kenapa sampai basah begini? Ceritakan padaku, apa semua ini termasuk ulah dari Emilia?" berbagai pertanyaan di tunjukkan pada Rosemary, Fortuna sangat khawatir. Rosemary tersenyum penuh kepalsuan. "Aku hanya ingin bermain air." Sebelum Fortuna datang, dengan kejamnya Rosemary mengambil kalung mutiara yang tersemat di leher Emilia. "LEPASKAN!" Emilia memberontak, menepis tangan Rosemary yang menarik paksa kalung mutiara yang sedang di pakainya. Rosemary menggeleng. "Tidak, ini harus menjadi milikku sekarang juga!" ia tetap beriskeras mengambil kalung Emilia, benda itu sangat berarti baginya agar berubah menjadi manusia. Rosemary masih tidak tau bagaimana caranya menghilangkan ekor Mermaid dalam waktu yang singkat. Emilia berusaha menahan kakinya agar tidak terpeleset karena licinnya lantai kamar mandi. "Rosemary, aku mohon hentikan. Tenggorokanku terasa sakit. Kau sama saja membunuhku!" "AKHIRNYA!" Rosemary terlalu bahagia saat ia berhasil mendapatkan kalung mutiara milik Emilia. Namun siapa sangka jika Emilia pada akhirnya berubah wujud juga menjadi seorang Mermaid, ekor biru laut mengkilapnya yang begitu indah. Sedangkan Rosemary kembali menjadi wujud manusianya, tak ada lagi ekor ikan usai kalung itu di pakainya. "Rosemary! Kembalikan kalungku!" Emilia masih syok, bagaimana bisa ia juga mengalami hal sama seperti Rosemary? Sebelumnya ia adalah manusia seratus persen, tapi saat ini secata tiba-tiba berubah dalam sedetik saat Rosemary berhasil merebut kalung mutiaranya. "Terima saja nasib malangmu Emilia," Rosemary dengan jahatnya menutup pintu kamar mandi, yang artinya Emilia tidak mungkin bisa keluar selama kakinya masih terbungkus ekor ikan. Tentu akan menjadi sulit. Saat itu, Emilia White hanya bisa berdiam diri di dalam kamar mandi sendirian. Menangis meratapi nasibnya menjadi seorang Mermaid. Hari yang begitu menyedihkan bagi Emilia. Kembali lagi saat ini, Rosemary mengajak Fortuna untuk pulang. "Sudah lelah. Kita juga lama di rumah Emilia. Sebaiknya pulang saja," ujarnya memberikan sebuah saran, tidak peduli nasib Emilia sekarang yang mendekam kedinginan di kamar mandi. "Kalian mau pulang?" Arinalue bertanya saat Fortuna dan Rosemary mengambil tas sekolahnya juga membereskan buku tulis yang berserakan di meja. "Benar. Kalian pulang juga, tugas kita sudah selesai," jawab Rosemary tersenyum, seolah-olah tidak terjadi hal aneh sebelumnya. "Hari semakin sore. Arinalue, kita pamit terlebih dahulu dengan Emilia," Ace meskipun sudah lelah tidak mungkin pergi begitu saja. Rosemary mulai gelisah. Bagaimana ini? Ia harus melakukan sesuatu untuk mencegah Arinalue dan Ace agar tidak berpamitan pada Emilia. "AKU!" terlalu menahan emosi sampai Rosemary setengah berteriak. Mendapatkan tatapan tajam dari Ace pun nyalinya menjadi kecil. "Maksudnya aku tadi sudah menyampaikan salam pamitnya. Emilia sekarang beristirahat," lancar dan tenang, begitulah Rosemary berpura-pura baik. Arinalue mengangguk. "Terima kasih. Ayo Ace, kita pulang." Rosemary menghembuskan nafasnya lega. Akhirnya Arinalue dan Ace tidak mencurigainya. Fortuna yang menyadari hal itu merasa heran. "Kau kenapa?" ia bertanya penasaran. Wajah Rosemary berkeringat, apakah teman sebangkunya itu sedang ketakutan memikirkan sesuatu namun tidak di ungkapkan? Rosemary menggeleng. Bibirnya terlihat berusaha tersenyum paksa. "Tidak, aku rasanya rindu dengan ibuku. Maka dari itu, pulang lebih awal adalah pilihan yang tepat." "Oh. Ya sudah, ayo pulang. Aku takutnya nanti tidak ada transportasi yang lewat," Fortuna sesekali mengeluh. Di kamar mandi, Emilia menangis. Tidak peduli seberapa banyaknya mutiara kecil yang berjatuhan dari kedua matanya, setiap air mata yang menetes berubah menjadi mutiara putih mengkilat. "Ya Tuhan, ada apa dengan diriku ini? Bagaimana caranya agar kedua kakiku kembali?" Emilia begitu sedih, tak kuasa ia terus-terusan menangis. Apakah Emilia akan selamanya menjadi Mermaid? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN