8. Keanehan Rosemary

1002 Kata
Bel istirahat tiba, Emilia ke kantin bersama Arinalue dan Ace. Tapi sebelum keluar dari kelas, Emilia menawari Rosemary dan Fortuna untuk istirahat bersama. "Kalian ikut kami saja. Karena tempat duduk di kantin pasti penuh nanti," Emilia yang begitu baik, ia tersenyum ramah pada keduanya. Tapi tidak bagi Ace. "Fortuna sudah terbiasa istirahat di kelas. Dulu aku pernah sekelas dengannya, tidak begitu menyukai keramaian. Bukankah itu menganggu Fortuna?" Ace beralih menatap Fortuna yang terdiam tak bisa berkata-kata, jika Ace sudah angkat bicara rasa beraninya lenyap. Fortuna mengangguk ragu. "Apa yang di katakan oleh Ace memang benar. Aku istirahat di kelas. Kalian pergilah," akhirnya Fortuna pasrah mengucapkan ini. Ia sudah mengerti bahwa Ace tidak menerimanya sebagai seorang teman sejak dulu. Emilia menggeleng. "Ayo, ikut bersama kami. Jika kalian terus-terusan di dalam kelas kalau ada barang yang hilang kalian juga di tuduh sebagai pelakunya," tak hentinya Emilia berusaha membujuk Fortuna dan Rosemary agar pergi ke kantin bersama. Rosemary tersenyum penuh arti. "Ayo Fortuna. Kita pergi bersama mereka," kegembiraan Rosemary saat Emilia berusaha membujuknya, dengan ini kesempatannya menjadi teman baik Emilia berpeluang lebih besar. Fortuna pun tak bisa menolak permintaan Rosemary, ia hanya menurut. "Saat bel istirahat telah selesai, aku dan Rosemary masuk kelas dulu ya?" Fortuna berakting sebagai orang baik agar bisa mengelabui Emilia, citranya sudah buruk di depan Ace tapi harapannya meluluhkan Emilia sesuai rencana Rosemary itu pasti akan sangat mudah. Kelima orang itu menuju kantin, Arinalue yang memilihkan tempat duduknya. Rosemary membaca buku menu yang tersedia di meja. Ia melihat-lihat gambar makanan lezat. Sebelumnya tidak pernah ia temui di lautan. Sangat mengherankan. Karena tidak mengerti akhirnya Rosemary bertanya pada Fortuna. "Menurutmu apakah ini rasanya sama seperti lobster?" telunjuk Rosemary pada bagian makanan mie ayam. Fortuna sedikit terkejut, matanya terbelalak. Mie ayam rasanya di samakan dengan lobster? Ingin sekali bibirnya tersenyum menahan tawa. Tapi Fortuna menutupinya dengan terbatuk. "Tidak, ini rasanya enak apalagi di tambah sedikit saus sambal dan ekstra kecap." Ace menatap Rosemary penasaran. Apa yang tengah di bicarakan oleh keduanya? "Rosemary, Fortuna. Kalian memesan apa? Biar aku saja yang mengantri," berbaik hati Emilia menawarkan dirinya, tapi ia tidaklah sendirian karena Arinalue pasti akan menemaninya. "Aku memesan benda panjang ini. Bisakah kau membawanya kesini secepatnya tanpa berlama-lama?" spontan Rosemary memberikan julukan benda panjang pada makanan mie ayam. Emilia mengernyit heran. "Maksudmu mie ayam?" Fortuna tak dapat menahan tawanya, ia merasa geli dengan Rosemary yang terlalu polos. "Hahaha apa? Benda panjang? Itu adalah pangsit Rosemary, kau ini ada-ada saja. Hidup di peradaban zaman modern begini kau sama sekali tidak mengerti mie ayam." Rosemary tersenyum kikuk. Ia salah menyebut nama makanannya. Tapi karena di buku menu tadi ada warna merah yang katanya Fortuna adalah saus sambal, dugaannya salah mengira cairan merah itu dari lobster. "Tidak apa. Rosemary memesan mie ayam, kau Fortuna apa?" Emilia beralih menatap Fortuna yang masih tertawa karena kelucuan Rosemary. "Bakso saja. Minumannya es teh. Tapi aku tidak membawa uang, tadi pagi lupa membawanya. Tertinggal diatas meja belajarku," Fortuna merasa tidak enak hati, pastinya Emilia akan membayar makanannya juga Rosemary jika sama nasibnya tidak membawa uang saku. Rosemary merasa asing dengan istilah itu. "Minuman? Memangnya ada ya?" tanyanya ragu-ragu, berarti ada sumber air. "Ada. Kau mau apa? Mandi dengan air es teh? Agar semut-semut datang menghabisimu?" Ace bertanya terkekeh, menatap Rosemary remeh. Ternyata aneh juga sikap siswi baru di kelasnya itu. Seperti baru mengenal dunia manusia saja. Rosemary terbelalak. "Mandi kau bilang?" ia mulai sensitif tidak suka dengan Ace. "Samakan saja agar Rosemary tidak kehausan saat mencoba mie pedas itu," sahut Fortuna menengahi, perutnya sudah cukup lapar ingin di isi segera makan. Emilia memesan makanan bersama Arinalue di stan kantin yang saat ini sedang ramai dan mengantri. "Apakah airnya banyak? Haruskah kita meminumnya hingga habis?" Rosemary masih penasaran apa itu es teh, kata es ia teringat akan kutub es antara utara dan selatan. Mungkinkah minuman itu diambil dari tempat itu secara langsung? Pikiran Rosemary berkelana tak karuan. "Tentu saja. Harus di habiskan, mubadzir namanya. Sayang sekali jika kau buang," jawab Fortuna mengangguk. Ace menatap malas interaksi keduanya yang tidak terlalu penting dan aneh itu. "Kau hidup di zaman apa sampai tidak tau segala makanan modern?" tanya Ace mengintrogasi Rosemary. Ragu dan tidak berani menjawabnya. Rosemary akan menutupi identitasnya sekalipun menjadi Mermaid terpilih yang dapat berubah entah sampai kapan ia juga mengkhawatirkan hal ini. "Ace, kenapa kau memarahi Rosemary. Ini pesananmu dan Fortuna," Emila datang membawa nampan berisi empat mangkok menu berbeda, sedangkan Arinalue yang membawa minumannya. Ace mencibir. "Aku tanya dia hidup di zaman apa tapi tidak ada jawaban. Apa memang kau adalah penjelajah waktu? Atau manusia yang tersesat dari zaman peradaban kuno?" mata Ace menyipit memindai Rosemary penuh curiga. "Dia kan anak dari ibu Riana, kepala sekolah kita Ace. Sudah jelas hidup di zaman modern ini," Emilia menjawabnya membantu membela Rosemary yang terdiam. "Ah, sudahlah. Lebih baik kita makan saja," Fortuna menengahi tak ingin masalah kecil ini semakin panjang dan rumit, Ace dengan keegoisannya selalu menunjukkan sikap sensitifnya pada orang-orang baru. Saat itu akhirnya mereka fokus melahap makanan tanpa ada yang angkat suara. *** Usai bel pulang sekolah, sesuai janji mengerjakan tugasnya di rumah Emilia. Rosemary paling antusias, ia bisa berkenalan dengan ibu Emilia yang pastinya menemukan kakak tirinya itu saat terdampar setelah adanya badai laut. "Mamamu kemana?" tanya Rosemary penasaran, rumah Emilia jauh berbeda dengan rumahnya. Tidak terlalu banyak perabotan guci di dalamnya. "Ibuku sedang berjualan di pasar. Kalian duduk saja, aku akan membuatkan teh hangat dan makanan ringan," Emilia masuk berlalu pergi. "Ibu itu apa?" lagi dan lagi Rosemary ketinggalan kosa kata dan bertanya pada Fortuna. "Ibu adalah orang tua kita. Terkadang mereka lebih suka memanggil ibu atau bunda," jawab Fortuna. Ace dan Arinalue tampak sibuk mempelajari materi peta Topografi di buku mereka masing-masing. Tak lama kemudian Emilia datang membawa nampan berisi minuman teh hangat dan singkong rebus. "Aku kebelet. Apa bisa ke-" ucapan Rosemary disela oleh Ace sedikit ketus. "Kamar mandi. Apa kau mau disini?" matanya memandang Rosemary tajam. Rosemary menggeleng. Tubuhnya terasa melemah karena kekurangan air, ia hanya gelisah jika sewakti-waktu akan berubah menjadi seorang Mermaid. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN