“Mas, Ayo makan, Asiyah sudah memanaskan makanannya.” Asiyah berjalan dari belakang, saat Adam malah meninggalkan dirinya, lalu merebahkan tubuh kekarnya di atas sofa empuk itu. Adam memijit keningnya. “Saya tidak lapar.” Asiyah menghela napas. “Kalau begitu, Mas mandi saja, sudah Asiyah hangatnya airnya.” “Mas, kenapa?” “Mas pusing ya?” “Mau Asiyah pijitin?” “Bisa diam!” Bentak Adam, lalu memandang Asiyah tajam. “Kamu cerewet!” Asiyah menundukkan kepala. “Maaf Mas ...” “Asiyah siapkan teh hangat aja untuk Mas ya.” Tanpa persetujuan Adam. Asiyah berlalu pergi ke dapur. Adam memutar matanya malas menatap kepergian Asiyah. “Ini Mas tehnya ...” Adam hanya melirik sekilas. Asiyah meremas kedua tangannya, ada yang ingin ia bicarakan, tapi apa ini waktu yang tepat? “Mas?” “Hm ...