bc

Ikhlas Bersamamu

book_age18+
1.4K
IKUTI
5.7K
BACA
fated
sweet
bxg
humorous
icy
spiritual
selfish
shy
stubborn
Neglected
like
intro-logo
Uraian

Berharap

Jika kelak, akan ada seseorang yang bisa menerimaku apa adanya tanpa syarat, mencintaiku dengan jujur tanpa tapi, dan menghargaiku tanpa adanya rekayasan.

Tak ada yang lebih dia inginkan, hanya satu kebahagiaannya yaitu melihatku selalu tersenyum, dan ketika aku lelah bahunya menjadi sandaran ku tanpa memperdulikan keburukan ku di Masa lalu.

Ketika kata "Sah" terucap dari bibir itu, aku menjadi tanggung jawabnya, surgaku ada padanya.

Di detik itu juga, aku mencintai suamiku. Berharap pernikahan ini akan membuatku tahu apa arti dari kebahagiaan, tapi tetap saja aku seakan tidak boleh merasakan apa itu kebahagiaan.

Lelaki yang kuharapkan akan membimbingku menuju jannah-Nya. Namun itu, hanya harapan yang bisa kurasakan dimimpiku saja. Berusaha tegar dan sabar seperti Khadijah, ku mohon aku tak sekuat itu. Apa ini memang takdirku? Menjadi istri yang hanya sebagai patung yang tak pernah dihargai bahkan tak pernah diperdulikan. Ya Rabb... Aku berserah diri pada-Mu

Ini aku

Aku yang terus bersabar, bahkan sampai kesabaran itu sendiri merasa lelah dengan kesabaranku...

[Sayyidina Ali bin Abi Thalib]

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1 : Bersyukurlah
 Matahari mulai terbit. Cerah mentari pagi ini menebar salam pada seisi buana, menemani setiap langkah kaki seisi dunia dalam berikhtiar menjemput rejeki dan mencari Ridha Illahi Rabbi. Gadis yang masih mengenakan piyama berwarna pink itu menggeliat di kasurnya. Merasa terusik dengan bunyi nyaring jam weker disampingnya. Tangannya meraba-raba mengambil jam yang terletak diatas meja. Matanya yang masih menyipit, ia kucek beberapa kali. Ia terbelalak melihat jarum jam yang kini menuju ke angka 05. Disibaknya selimut yang melingkupinya, lalu segera beranjak menyambar handuk pink miliknya. Sebelum itu, gadis itu menyempatkan diri berdoa untuk kebaikannya hari ini. Menjalani hari-hari dalam kehidupan tentunya tidak selamanya baik. Adakalanya kita mengalami nasib baik, dan adakalanya buruk. Begitulah suratan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah ﷻ. Segala sesuatu tentunya memiliki hikmah. Tak ada satu pun yang terjadi dan yang ada di muka bumi ini, kecuali semuanya memiliki manfaat dan pelajaran bagi kita, termasuk keadaan yang menimpa manusia, entah baik maupun buruk. Kendati demikian alangkah sebaiknya kita senantiasa meminta kebaikan kepada Allah ﷻ dengan berdoa kepada-Nya supaya dikaruniai kebaikan di setiap harinya, dan dicegah dari keburukan. Sebagaimana disebutkan dalam zikir pagi dan sore, Wirdul Lathif, yang disusun oleh Imam al-Haddad. Kami kutipkan sebagian dari wirid yang cukup panjang itu: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمَ فَتْحَهُ وَنَصْرَهُ وَنُوْرَهُ وَبَرَكَتَهُ وَهُدَاهُ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمَ وَخَيْرَ مَا فِيْهِ وَخَيْرَ مَا قَبْلَهُ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ. وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا فِيْهِ وَشَرِّ مَا قَبْلَهُ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ "Allâhumma innî as'aluka khaira hâdzal yaum, fathahu, wa nashrahu, winnî as'aluka khaira hâdzal yaum wa khaira mâ fîhi wa khaira mâ qablah, wa khaira mâ ba'dah. Wa a'ûdzubika min syarri hâdzal yaum, wa syarri mâ fîhi wa syarri mâ qablah, wa syarri mâ ba'dah" "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar memperoleh kebaikan, pembuka (rahmat), pertolongan, cahaya, berkah, dan petunjuk di hari ini. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan hari ini, kebaikan apa yang ada di dalamnya, kebaikan hari sebelumnya, dan kebaikan hari setelahnya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan hari ini, keburukan apa yang ada di dalamnya, keburukan hari sebelumnya, dan keburukan hari sesudahnya." Meski doa ini berasal dari hadits yang dha'if, namun tidak mengapa jika diamalkan dalam hal yang bersifat afdhaliyyah atau keutamaan, mengingat isi kandungan di dalamnya yang baik. Selain itu, bukankah para waliyullah dan ulama banyak yang telah mengamalkan doa ini di setiap harinya? Semoga kita dapat mengamalkan doa ini di pagi dan sore hari, supaya kita dapat meraih kebaikan dan manfaat di setiap waktu yang kita miliki, juga terhindar dari keburukan-keburukan di setiap harinya. Aamiin. Setelah selesai, ia berlari kearah kamar mandi dan segera masuk kesana. Hanya lima belas menit gadis itu gunakan, sangat cepat menurutnya jika dibandingkan dengan gadis-gadis diluar sana yang biasanya betah berlama-lama dikamar mandi. Kakinya terlihat tergesa-gesa menuruni anak tangga, lalu melangkah menuju kamar mandi yang terletak dibagian samping dapur. Gadis itu memunguti berbagai pakaian kotor, memisahkan mana yang akan dicuci dengan tangan dan mana yang akan dicuci dengan mesin. Kebanyakan yang dicuci dengan tangan adalah baju Bunda dan Sepupunya. Sebenarnya bisa saja baju ini dicuci oleh mesin, tapi karena Bundanya yang tidak mau dicuci dengan mesin terpaksa ia mencuci semua itu dengan tangannya. Selagi menunggu pakaian yang berada di mesin cuci, gadis itu mencuci baju lainnya dengan tangannya, sedikit tergesa-gesa. Tak jarang gadis itu melirik sesekali jam di tangannya. Gadis itu mengelap piluh dikening, ia menghela napas setelah pakaian itu sudah dijemur dengan tepat waktu, kakinya kembali melangkah kearah dapur, menyiapkan makanan untuk Bunda dan Pamannya. Hari ini, ia akan menyiapkan makanan sederhana seperti biasa, yaitu hanya tempe goreng dengan nasi goreng, karena menurutnya makanan itu tidak butuh waktu lama untuk dibuat. Seketika ia meringis menahan sesuatu yang harus segera dikeluarkan, tangannya menaruh garam sedikit tidak fokus, sebelum berlari ke kamar mandi, ia mematikan kompor terlebih dahulu, lalu beranjak ke kamar mandi. Setelah mengeluarkan hajatnya, ia kembali melanjutkan masakannya, lalu menaruh diatas piring. Terdengar suara pintu terbuka, ia mengalihkan pandangannya ke atas Bunda dan Paman. Ia tersenyum, tapi hanya dibalas tatapan tajam dari keduanya. Respon Bunda- Sarah dan Paman- Budiman yang tidak pernah berubah.  Dirinya tinggal bersama kakak dari mamanya. Ketika kedua orang tuanya sudah meninggal, ia hanya dititipkan pada Bunda dan Pamannya. Saat itu dirinya masih berumur enam belas tahun, orang tuanya hanya menitipkan sebuah sertifikat rumah dan sedikit uang tabungan untuk kehidupannya sehari-hari, tentu itu masih belum cukup, dan ia memilih bekerja untuk mencukupi dirinya sendiri karena Bunda dan Pamannya tak pernah memberikan sedikit pun uang untuknya. "Gimana udah masak?" Tanya datar Bunda-Sarah  "Udah Bunda," Asiyah berkata lembut. "Awas ya kalau nggak enak, nggak usah makan nanti malam," kata Paman-Budiman tajam. "Iya Paman," Asiyah masih berkata lembut, memang harus seperti itu kan, menghormati kedua orang tuanya yang telah merawatnya dari remaja, walaupun bukan orang tua kandung. Tiba-tiba terdengar teriakan dari atas. Gadis itu adalah anak dari Bunda dan Paman, jadi bisa dibilang gadis yang sebaya dengannya itu disebut sebagai Sepupunya. "Eh lu, udah susun buku kuliah gue belum?" "Udah Bill," Terlihat anggukan dari gadis itu. "Bagus!" Lalu Sabilla beranjak kembali kedalam kamarnya. "ASIYAH, MAKANAN APA INI?" Asiyah tersentak mendengar suara Bunda yang membentaknya. "Na-si goreng Bun--," Asiyah berkata gugup.  "Nasi goreng kau bilang, kau mau buat aku mati hah!" "Gak Bu-nda," Tangannya gemetar, menunduk kepalanya takut. "Sini kau!" Asiyah sedikit berjalan mendekati Bunda, ada rasa takut dihatinya. "Makan!" Bunda Sarah mencengkeram rahangnya kuat, memaksanya memasukkan makanan itu kedalam mulutnya, Asiyah terbatuk-batuk. Ada rasa asin yang begitu terasa dilidah, apa karena ia terlalu banyak mencampurinya dengan garam. "Ini yang kau bilang makanan hah, gadis sialan," bentak Bunda Sarah, lalu menghempaskan dagunya kasar. Asiyah menangis, lalu berlari ke kamar mandi. Memuntahkan makanan itu ke wastafel. Ia memandang pantulan wajahnya di cermin. Selalu seperti ini, menerima semua perlakuan Bunda dan Paman yang selalu kasar padanya, tapi ia tidak boleh mengeluh, dirinya harus tetap bersyukur karena ia masih bisa merasakan memiliki kedua orang tua. Menerima semua takdir yang Allah berikan untuknya. Asiyah mengelap sisa air di sekitar ujung bibirnya, ia kembali melirik jam, hari ini ia tidak boleh telat karena ini hari pertamanya masuk kerja. Ia keluar rumah, mengabaikan teriakan Bunda yang memanggil namanya dengan menenteng flat shoes yang segera dipakaiannya. Kakinya melangkah mendekati halte yang biasanya digunakan untuk berangkat kerja, sambil menunggu bus datang, Asiyah memilih duduk disamping tembok, menyandarkan bahunya ditembok itu dengan bibir yang terus mengulang kembali hafalannya kemaren subuh yang baru saja dihafalnya. Empat ayat surah Luqman. Allah SWT berfirman: خَلَقَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَاَ لْقٰى فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤ بَّةٍ ۗ وَاَ نْزَلْنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَ نْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ "Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik." (QS. Luqman 31: Ayat 10) هٰذَا خَلْقُ اللّٰهِ فَاَرُوْنِيْ مَاذَا خَلَقَ الَّذِيْنَ مِنْ دُوْنِهٖ ۗ بَلِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ "Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh (sesembahanmu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata." (QS. Luqman 31: Ayat 11) وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗ وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِ نَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖ ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِ نَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ "Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji." (QS. Luqman 31: Ayat 12) وَاِذْ قَا لَ لُقْمٰنُ لِا بْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِا للّٰهِ ۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَـظُلْمٌ عَظِيْم "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman 31: Ayat 13) وَوَصَّيْنَا الْاِنْسٰنَ بِوَا لِدَيْهِ ۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَا لِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS. Luqman 31: Ayat 14) * Via Al-Qur'an Indonesia h***:://quran-id.com Ayat yang baru saja dibacanya, membuat hatinya tersentil, bersyukur memang harus seperti itu. Syukuri apa yang ada, karena bersyukur Itu Indah! Bersyukur, sebuah kata sederhana namun memiliki makna dan dampak yang sangat luar biasa. Bersyukur menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan. Bersyukur membuat hidup menjadi terasa indah, membuat yang sedikit terasa cukup, mengubah apa yang kita miliki menjadi lebih berharga, mengubah masalah yg kita hadapi menjadi hikmah yang bernilai. Namun sering kita mendengar istilah orang berkata bahwa Rumput Tetangga itu Kelihatan Jauh Lebih Indah dan Lebih Hijau dari Rumput di Pekarangan Rumah Sendiri. Artinya bahwa kita telah menganggap kehidupan orang lain itu jauh lebih baik dan lebih menyenangkan dibanding dengan apa yang ada pada diri kita dan dengan apa yang kita miliki. Sebenarnya apa yang menghalangi kita untuk bersyukur?! Padahal jika kita mau berpikir bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu bukan terletak pada sesuatu benda melainkan pada apa yang ada di dalam diri dan hati nurani kita sendiri. Dan seandainya jika kita mau bersyukur dengan apa yang ada dan dengan apa yang kita miliki maka tentunya kita pun akan dapat merasakan kebahagiaan dan menikmatinya. Sungguh salah besar jika kita menyangka bahwa yang disebut nikmat hanya sebatas materi dan sesuatu yang bersifat lahiriah. Atau, bahwa yang disebut nikmat adalah apa yang kita minta atau kita harapkan, kemudian terwujud. Padahal tidaklah demikian. Nikmat dan karunia Allah meliputi banyak hal, baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah, baik yang kita minta maupun yang tidak kita minta. Sebab, nikmat yang Allah berikan kepada kita pada dasarnya bukan berdasar atas permintaan kita, melainkan karena Allah Maha Tahu bahwa nikmat itu memang kita perlukan sesuai kebutuhan kita. Namun hal itu sering tidak kita sadari, sehingga banyak karunia Allah yang tanpa kita sadari kita menikmatinya. Ketidaksadaran itulah yang membuat kita lalai untuk bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepada kita. Kita hanya berfokus pada apa yang kita minta, tapi lalai dengan apa yang ada. Sebagaimana firman Allah SWT, "Dan kenyataannya, hanya sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur." (QS Saba':13) Memang manusia seolah tak pernah bisa bersyukur atas apa yang di miliki dan apa yang sedang di alami. Yang kaya akan merasa masih miskin, yang miskin tak pernah merasa kaya. Keinginan manusia memang tak pernah ada batasnya. Selalu ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang telah dimilikinya. Namun bagaimana mungkin kita mendapatkan hal-hal yang lebih besar bila kita tidak mensyukuri atas apa yang telah kita miliki sekarang? Semuanya hanya bisa dimulai dengan apa yang telah kita miliki sekarang dan mensyukurinya. Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah: 152 "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku". Memang mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal baik namun sering kali kita merasa sulit untuk bersyukur akan hal-hal buruk. Kita menganggap bahwa hal-hal buruk tersebut adalah sebuah musibah yang dengannya membuat kita mengeluh dan lupa untuk mengucap syukur atas nikmati-Nya yang telah di berikan kepada kita. Sebagai manusia tidak sepantasnya kita mengeluh dalam keadaan apapun, karena Allah memberikan cobaan hidup bukan karena tidak sayang kepada hamba-Nya tetapi karena Dia menyayangi hamba-Nya maka Allah berikan cobaan untuk memperkuat keimanan kita kepada-Nya. Karena cobaan hidup adalah sebuah pembelajaran untuk menjadikan diri kita lebih dewasa dan berkembang. Maka sewajarnya kita bersyukur atas apapun nikmat yang Allah berikan kepada kita karena dibalik semua itu pasti ada hikmah yang bisa kita dapatkan. Ingatlah bahwa seindah apapun rencana kita namun rencana Allah untuk kita itu jauh lebih indah karena apa yang menurut kita baik belum tentu baik pula menurut Allah dan ingatlah betapa luas nikmat yang telah Allah berikan untuk kita, banyak sekali nikmat-NYA yang sering kita lupakan. Kita masih diberikan kesehatan itu sebuah nikmat yang sangat berharga, betapa tidak, banyak di luar sana orang yang sedang menderita sakit tapi kita dalam keadaan yang sehat wal'afiat. Dan terkadang kita merasa bahwa beban hidup yang sedang kita alami ini terasa sangat berat, tapi yakinkanlah hati kita bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. (Laa Yukallifullaahu Nafsan Illaa Wus'ahaa). "Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yamg paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman" (Qs. al-Imran/3: 139) Melihat Bus Transkotaraja yang sudah berhenti didepannya, membuat Asiyah segera masuk, tapi sebelum itu Asiyah menyempatkan diri membaca doa berkendaraan. Setelah duduk manis dibangku penumpang yang sudah terisi oleh dua orang ibu yang sepertinya hendak pergi ke pasar, karena kedua ibu itu membawa keranjang belanja yang terbuat dari anyaman.  Udara AC didalam Bus ini membuat hatinya kembali terasa baik, rasa panas karena dari tadi ia menahan emosi atas kelakuan Bundanya. Asiyah memejamkan matanya menikmati sensasi rasa nyaman dihatinya. "Kuliah dimana, Dek?" Salah satu ibu yang didalam Bus bertanya. Berhasil membuat Asiyah kembali membuka matanya. "Saya nggak kuliah buk," ucap Asiyah dengan nada yang pelan, sedih rasanya jika ditanya seperti itu sungguh dia sangat ingin kuliah seperti orang seumurannya juga, tapi ekonominya tidak mendukung, jika meminta pada Bunda dan Paman pasti tidak akan diizinkan. "Saya pikir Adek ini kuliah, karena masih terlihatan muda," jawab ibu itu dengan senyumannya. "Saya masih tergolong muda buk, masih 20 tahun," kata Asiyah dengan senyuman yang tak pudar. Ibu itu senang bercengkaraman dengan Asiyah yang lembut tutur katanya. "Oh sama seperti anak saya, tapi dia sekarang lagi kuliah di Unsyiah," kata Ibu itu dengan nada bangga. Asiyah hanya mampu tersenyum menangapi cerita si ibu yang kini tengah membanggakan anaknya. Siapa yang tidak kenal dengan Universitas itu, salah satu Universitas terbaik di Banda Aceh. Tanpa meminta berhenti pada supir Bus, Bus itu sudah terhenti, sesuai dengan halte yang jumpa terlebih dahulu. Asiyah pamit kepada si ibu yang sedari tadi mengajaknya mengobrol. Asiyah pun mengatakan terimakasih pada sopir Bus tanpa memberikan uang, karena Bus ini memang gratis untuk semua penumpang. Butuh berjalan kaki sepanjang 100 meter untuk sampai ke tempat kerjanya. Setiap langkah tak henti Asiyah beristighfar memohon ampun kepada Allah. Karena bukan hanya mengampuni dosa, tapi akan pula menambah rizki serta mengabulkan doa-doa. Sesungguhnya Allah sangat mencintai hamba-Nya yang memohon ampun. Allaah menjamin Rizki untuk hambaNya yang rajin ber istighfar, seperti dalam firman-Nya : فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا "Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat," (QS. Nuh [71] : 10-11) Hana japanese canteen, pandangannya terus tertuju pada nama tempat kerjanya itu. Asiyah mengembuskan napas semangat, menampilkan raut muka yang jernih serta keceriaan. Ia harus berhasil di hari pertamanya. “Assalamu'alaikum,” sapanya yang membuat beberapa orang dalam ruangan itu menoleh kearahnya. “Wa'alaikumsalam,” jawab mereka serempak. Mereka mulai memperhatikan penampilan Asiyah. Gadis itu nampak cantik dan anggun hari ini, tentu saja dengan balutan syar'inya. "Hai! Anak baru ya?" Tanya seseorang perempuan muda yang sebaya dengannya, berjalan kearah Asiyah. “Iya Kak. Nama saya Asiyah Zharufa.” “Aku Fitri,” jawab gadis muda itu sambil mengulurkan tangan kanannya, Asiyah menyambut tangan itu dengan senyum merekah. “Jadi kamu dibagian antar makanan ya,” ucap kak Fitri mengarahkan. Asiyah mengangguk dengan senyuman.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
202.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.2K
bc

My Secret Little Wife

read
115.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook