Tubuh Asiyah hanya bisa mematung, bibirnya terasa sangat kelu. Ia hanya bisa diam ketika Sabilla masuk dengan seenaknya bahkan belum Asiyah persilahkan, menganggap seperti di rumah sendiri. Sebenarnya Asiyah tak terlalu keberatan, namun kenapa benaknya malah terus berpikir negatif. Apa lagi ini? Kenapa Sabilla tiba-tiba datang? Apa ia tidak akan bisa merasakan kebahagiaan yang lebih lama. YaAllah kuatkanlah hamba. Sabilla berjalan sangat angkuh memasuki rumah megah bernuansa coklat itu dengan tangan mendorong kopernya. Tak henti-hentinya bibir itu terus berdecak kagum, Sabilla sangat yakin akan sangat betah tinggal di sini selamanya. Sabilla menoleh ke belakang melihat Asiyah dengan pandangan mengamati dari ujung kaki hingga wajah. Ia berdecak sembari terkekeh sinis. Ahh, ternyata yang
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari