Episode 14 : Perjanjian

1752 Kata
“Kean, aku selalu berharap kamu jadi orang hebat. Orang yang lebih berguna bagi orang banyak khususnya orang tuamu, karena begitulah caraku mencintaimu. Percayalah, masih banyak hal yang lebih sulit dari ini. Masih banyak hal yang tak kalah menyakitkan dari menjalani hubungan jarak jauh.” Episode 14 : Perjanjian Sudah dua jam berlalu, semuanya masih sama. Tidak ada yang memulai atau kembali melanjutkan pembicaraan. Keandra masih bersimpuh di hadapan Sunny, tatapannya kosong. Sedangkan Sunny juga tidak mengalami perubahan berarti. Wanita muda itu masih terduduk tak berdaya dengan keputusan juga konsekuensinya. Bak mendapatkan ilham, tiba-tiba saja Keandra beranjak menuju meja belajar Sunny yang tentunya alih profesi menjadi meja kerja semenjak kekasihnya itu selesai kuliah. Pria berpunggung lebar itu mengambil pulpen dan selembar kertas HVS dengan tergesa. Keandra seolah memiliki rencana besar dengan kedua benda itu untuk hubungannya dengan Sunny. Sunny yang penasaran dengan maksud Keandra segera beranjak meninggalkan kasur tempatnya duduk. Ia menghampiri Keandra dengan langkah pelan. Tak semata tidak ingin mengusik pria itu, sebab tenaga yang tersisa dalam tubuhnya benar-benar sangat sedikit, sesaat setelah keputusan besar yang beberapa saat lalu ia buat. Bahkan kini, Sunny mulai bertanya-tanya mengenai statusnya dengan Keandra. Apakah mereka sudah benar-benar putus seperti yang ia minta? Atau ...? Surat Perjanjian Kami yang bertanda tangan di bawah ini, Keandra dan Sunny. Kami sengaja membuat perjanjian untuk hubungan kami. Kami sepakat menjalani LDR. Selama kami LDR, kami tidak boleh memiliki hubungan dengan pihak manapun. Bahkan meski hanya sebatas dekat. Kami akan bertemu 5 tahun lagi dan setelah itu kami akan langsung melangsungkan pernikahan. Jika salah satu dari kami melanggar perjanjian, kami siap dihukum selain menebus denda sebanyak 1 triliun. “Dendanya gede banget?” celetuk Sunny yang diam-diam mengintip dari samping Keandra. Sambil menandatangani surat perjanjian yang dibuat, Keandra pun berkata, “biar kamu nggak berani macam-macam!” Kemudian ia menyerahkan surat perjanjian beserta pulpennya kepada Sunny yang langsung mengerucutkan bibir padannya. Sunny terlihat sebal padanya. Sunny menerima surat perjanjian berikut pulpennya tanpa menatap Keandra. “Yang selama ini masih suka tebar pesona kan kamu.” Keandra mesem kemudian sengaja membungkuk menyaksikan Sunny tanda tangan. Setelah Sunny selesai, sebuah kecupan ia layangkan di sebelah wajah wanita berbulu mata lentik itu sesaat sebelum mengambil alih surat perjanjian mereka. “Kita taruh ini di ...?” sergah Keandra bersemangat. Sunny hanya mengekor, mengikuti kinerja Keandra yang langsung memutari ranjang tidurnya menuju keberadaan boneka Doraemon paling besar dan kebetulan berada di sudut depan sebelah ranjang. Di bagian kantong atas boneka Doraemon itu terdapat kantong cukup besar bertutup ritsleting. Keandra menyimpan surat perjanjiannya di sana. Setelah itu, ia segera balik badan dan kembali fokus pada Sunny. “Kapan kamu pindah?” tanya Keandra sarat kesedihan. Pun dengan tatapannya yang tak hentinya menatap lekat-lekat setiap inci wajah Sunny. Sunny menunduk. “Mungkin Selasanya.” Keandra mengerutkan bibir dan kemudian ikut menunduk. “Berarti sama ....” “Memangnya kamu mau ke mana?” Meski bertanya demikian, sebenarnya Sunny yakin Keandra akan mengikuti Singer Star. Keandra berdeham. “Ny, maaf, ya, sebenarnya aku mau ikut ajang menyanyi ....” “Kamu pasti menang!” sergah Sunny dan langsung membuat Keandra terkesiap. Keandra menatap Sunny dengan tatapan tidak percaya. Kenapa Sunny tidak marah dan justru terkesan sangat mendukung? “Kamu nggak marah?” “Kamu saja kasih aku izin buat kerja. Kenapa aku harus marah? Toh sudah ada surat perjanjian tadi. Ingat, dendanya berapa? Jangan-jangan malah senjata makan tuan. Kamu yang melanggar perjanjian sendiri?” Sunny sengaja melirik sinis Keandra sambil bersedekap. Keberadaan surat perjanjian dalam hubungan mereka membuat Sunny merasa cukup tenang kendati mereka harus menjalani hubungan jarak jauh. Walaupun akan semakin banyak wanita yang mengejar Keandra, rasanya tak setakut sebelumnya ketika surat perjanjian itu belum ada. Tak lama kemudian, Keandra kembali menambahi sambil menatap Sunny. “Kalau aku kangen kamu, bagaimana?” “Bernyanyilah lebih serius. Jadilah yang terbaik karena dengan begitu, aku tahu kamu benar-benar merindukanku!” balas Sunny antusias. Hati Keandra terenyuh. Ia begitu terbesit atas balasan Sunny. Bahkan karenanya ia sampai menitikkan air mata. Di mana tak lama setelah itu, Sunny menarik pelan sebelah tangan Keandra. Sunny berjinjit untuk mengelap setiap air mata Keandra. Hal yang justru kian memorak-porandakan hati sekaligus perasaan Keandra. Tangis Keandra sampai tersedu-sedu. Entah kenapa, rasa takut kehilangan Sunny untuk selama-lamanya justru semakin besar. Justru kenyataan itu seolah akan segera terjadi—Sunny akan meninggalkannya karena wanita itu menemukan pria yang lebih baik darinya. Pria yang selama ini Sunny dambakan dan itu bukan dirinya. Pun meski tiba-tiba saja, Sunny mendaratkan ciuman lembut di bibirnya—hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semua itu tak lantas membuatnya tenang apalagi mengurasi rasa takutnya. Yang membuat Sunny semakin bingung, kenapa tangis Keandra makin menjadi-jadi? Namun ketika ia berusaha menyudahi ciuman mereka, Keandra menolaknya, menahan kedua tangannya sangat erat, seolah-olah sedikit saja pria itu tak menahannya, ia akan lenyap. Sunny mencoba memaklumi apa yang terjadi pada Keandra. Pria itu mungkin saja belum bahkan jauh dari siap, karena selama ini selalu bergantung padanya. Dan ketika Keandra terlihat mulai lebih tenang termasuk menyudahi ciuman mereka, Sunny mencoba memberi kekasihnya itu pengertian. “Kean, aku selalu berharap kamu jadi orang hebat. Orang yang lebih berguna bagi banyak orang khususnya orang tuamu, karena begitulah caraku mencintaimu.” “....” “Percayalah, masih banyak hal yang lebih sulit dari ini.” “....” “Masih banyak hal yang lebih menyakitkan dari menjalani hubungan jarak jauh. Apalagi nanti setelah kita menikah, kuta punya anak! Bukankah sama-sama mencari dari sekarang jauh lebih baik daripada setelah menikah bahkan punya anak, kita justru harus berpisah demi memenuhi kebutuhan?” Keandra mengangguk-angguk bak anak kecil yang baru saja menerima nasehat. Ia mengelap cepat air matanya menggunakan sebelah tangan yang tidak menggenggam tangan Sunny. Mendapati itu, Sunny membantu Keandra mengelap tuntas air matanya menggunakan sebelah tangan yang tidak digenggam Keandra. “Ini air mata bahagia karena kita saling cinta dan percaya.” Sunny juga menitikkan air mata. Tanpa berucap Keandra mengangguk-angguk. Masih terlihat seperti anak kecil yang belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan. Sunny menghela napas dalam. Tak semata mencoba meredakan sesak di dadanya. Sebab, ia juga merasa sakit jika Keandra terus menangis dan tak bisa mengendalikan diri. Bagaimana jika perpisahan mereka tetap membuat Keandra tidak mengerti dan mereka akhirnya gagal? “Aku akan menjadi yang terbaik. Aku akan membuat semua orang melihat usahamu, Ny!” Sesaat setelah kata-kata itu terucap dari bibir Keandra, rasanya Sunny langsung melihat masa depan yang cerah. Sunny buru-buru mengangguk di antara senyum lepasnya. Senyum yang tiba-tiba hadir begitu saja atas rasa bahagianya terhadap perubahan Keandra yang menjadi optimis. “Aku akan selalu melihat perkembanganmu dari sini.” Sunny menatap Keandra penuh senyum. “Kalau nantinya ajang yang kuikuti menggunakan penilaian melalui vote, kamu harus vote yang banyak biar aku menang!” rengek Keandra yang lagi-lagi tak beda dengan bocah. Sunny tergelak sambil memegangi perutnya. Namun tak lama setelah itu, ia berangsur mengangguk sambil menatap Keandra penuh cinta. “Aku akan memaksa semua kolega dan pengunjung hotel untuk mendukungmu. Akan kupastikan mereka memilihmu dan memberikan semua vote-nya!” Keandra tergelak diikuti juga oleh Sunny yang segera balik mendekap Keandra sesaat pria itu mendekapnya dengan hangat. “Kita harus bersiap-siap. Aku akan membantumu menyusun semua keperluanmu. Jangan lupa hubungi pihak yang mengurus ajang menyanyimu agar ada kejelasan.” “Semuanya sudah jelas. Hanya tinggal berangkat saja karena memang sudah tidak ada lagi proses untuk persyaratannya.” “Kalau boleh tahu, nantinya kamu akan latihan di mana?” “Dari kedua belas peserta akan diseleksi dan pemenangnya akan dikirim ke Korea—” Keandra belum selesai menjelaskan, tetapi Sunny sudah antusias sambil berkata, “kamu harus menang! Kalau nanti kamu menang, tolong titipkan salamku untuk BTS khususnya Kim Seok Jin. Titip salam juga ke Lee Seungki, Choi Siwon—” “Kan, kan ... belum apa-apa sudah genit titip-titip salam buat cowok lain. Bahkan aku masih di sini, Ny! Aku cemburu!” Sunny merajuk mengguncang-guncang kemeja bagian d**a yang Keandra kenakan. “Kean ... kamu harus berhasil biar bisa menyampaikan salamku buat mereka. Mereka biasku!” Keandra menghela napas dalam. “Ya ampun ... bahkan sebelumnya kamu nggak pernah merengek kepadaku, dan kenapa rengekan pertamamu justru untuk pria lain?” Sunny tergelak. “Aku mohon, kamu harus berhasil.” “Aku memang akan berhasil tapi ogah kalau disuruh menyampaikan salammu sama mereka! Lihat saja nanti, kamu pasti menyesal dan akan lebih memilihku daripada mereka!” “Ha ha ha ... ya, semoga aku menyesal. Dan meski mereka memang biasku, tetapi sampai kapan pun, kamu masa depanku!” Keandra menatap tak percaya Sunny bersamaan dengan kebahagiaan yang meletup-letup di dadanya. Sunny mengatakan bahwa ia merupakan masa depan wanita itu? “Aku mencintaimu!” tegas Keandra. “Aku sangat mencintaimu!” balas Sunny. Tiba-tiba saja suasana kembali hening. Sunny mengalihkan tatapannya pada jendela yang belum tertutup gorden tebal. Selain suasana di luar sudah gelap, hujan juga belum benar-benar reda. Jadilah ia berjalan menuju jendela meninggalkan Keandra begitu saja. Ia memperhatikan rintik hujan dari sana. Di mana tak lama setelah itu, ia mendengar langkah Keandra mendekatinya. Keandra mendekap Sunny. Ia tak sepenuhnya memperhatikan hujan layaknya Sunny. Karena baginya, tidak ada yang lebih menarik dari Sunny. Dunianya sudah telanjur dipenuhi dan memang dikuasai Sunny. “Kamu nggak sedih kita bakalan pisah untuk waktu yang sangat lama?” ujar Keandra. “Kenapa harus sedih? Perpisahan kita untuk masa depan yang lebih baik. Kita nggak berbuat jahat apalagi kriminal?” Sunny mengatakan itu tanpa beban. Seulas senyum tersungging di bibir tebal Keandra. Kemudian tatapannya teralih pada jemari Sunny yang berpegangan pada kusen jendela. Jari manis kanan tepatnya. Ia meraih jari manis kanan itu sambil berkata, “kelak, hal pertama yang kulakukan saat bertemu denganmu adalah memasang cincin di sini.” Sunny yang sampai menoleh sambil menengadah menyimak ucapan Keandra, segera mengangguk. “Aku akan menunggu untuk itu!” Dengan senyum yang kian lepas, Keandra mengangguk kemudian mendaratkan ciuman di kening Sunny. Sekali lagi, mereka yang kali ini sama-sama terpejam menegaskan dalam hati, perpisahan mereka untuk masa depan yang lebih baik. Tak sepantasnya mereka mengizinkan rasa bersedih apalagi takut menghuni hati bahkan menguasai kehidupan mereka. Mereka saling mencintai juga saling percaya. Jadi tak sepantasnya mereka rapuh hanya karena perpisahan yang jelas-jelas untuk kebaikan mereka. *** Bandung dengan musim hujan yang sudah menguasai wilayah Indonesia membuat Sunny harus beradaptasi dengan cepat. Suhu di Bandung jauh berbeda dari Jakarta. Karena saat di Jakarta, biasanya Sunny selalu kepanasan. Namun begitu sampai di Bandung, semuanya benar-benar berubah. Sunny terpaksa mengenakan jaket kendati setelan pakaian panjang telah ia kenakan. Belum lagi, kantor barunya ternyata berada di sekitar Lembang yang sudah tidak diragukan lagi suhu dinginnya karena Lembang termasuk dataran tinggi dekat dengan puncak. Sunny menjabat sebagai Manajer utama di hotel bintang lima cabang tempat barunya bekerja. Sejauh Sunny menjalaninya, semuanya baik-baik saja karena semua teman kerjanya sangat kooperatif. Bahkan Sunny yang tergolong sulit bergaul dengan mudahnya dekat dengan mereka. Namun setelah satu bulan berlalu, kehadiran Rafael selaku anak pemilik hotel yang memegang penuh semua urusan hotel, membuat Sunny mulai kurang nyaman. Pria berusia tiga puluh tahun itu mengubah rasa nyaman Sunny menjadi dipenuhi ketegangan. Tak semata rutinitas Rafael yang akan mengirim Sunny buket besar berikut surat cinta yang turut serta dengan kata-kata penuh perhatian, melainkan karena Rafael tak segan menyentuh bahkan berusaha memeluk Sunny. Apakah begitu perlakuan bos terhadap bawahannya? Sunny merasa apa yang Rafael lakukan sudah berlebihan. Pun meski Rafael berdalih apa yang pria itu lakukan karena Sunny telah membuat hotel menjadi lebih maju. Sedangkan mengenai Keandra, sesuai janjinya, pria itu lolos ke seleksi terakhir dan mulai menjalani pelatihan ketat di Korea Selatan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN