“Terkadang, cinta memang menempatkan kita menjadi orang jahat demi orang yang kita cintai.”
Episode 13 : Keputusan Besar
“Ada masalah serius yang kamu sembunyikan dariku? Nggak mungkin, kan, hanya karena kamu ingin ikut ke Bandung, matamu jadi bengkak?”
Keandra menatap serius Sunny yang berdiri di hadapannya. Hanya saja, kekasihnya itu tidak menghadap padanya. Masih menatap ke luar pintu tempat mereka berdiri, sedangkan beberapa saat lalu, Sofia dan Deris baru saja pergi. Keduanya jadi ke Bandung menggunakan mobil yang Deris kemudikan. Rencananya, keduanya tidak hanya menghadiri undangan pernikahan adik ipar Sasy, karena Sofia dan Deris juga akan menginap di rumah Sasy selama tiga hari.
Tatapan Sunny kosong. Begitu banyak beban yang seolah sedang disembunyikan wanita itu. Keandra melihatnya. Apalagi, Sunny memang tidak beda dengan dirinya yang akan memilih diam dan sebisa mungkin menyembunyikan masalah. Layaknya dirinya yang tidak mau membebani Sunny, kekasihnya itu pasti melakukan hal serupa padanya. Sunny tidak mungkin berbagi beban dengannya. Wanita berparas kalem yang cenderung dicap pendiam padahal aslinya ceria sekaligus tegas itu hanya akan berbagi kebahagiaan padanya. Entah itu kabar baik, atau justru cerita lucu yang tak jarang membuat mereka terpingkal-pingkal bersama.
“Apa ini menyangkut hubungan kita? Atau hanya aku?” Keandra mulai menebak-nebak, tetapi Sunny tetap diam.
“Aku salah? ... Ny, jawab dong ....”
Keandra masih sabar menarik pelan perkara yang ada agar Sunny mau bercerita. Namun usahanya itu tak mendapatkan hasil yang berarti. Sunny menggeleng sambil mengulas senyum kemudian berlalu meninggalkannya. Kekasihnya itu benar-benar bungkam. Akan tetapi, Keandra tidak menyerah begitu saja. Ia mengikuti Sunny bahkan ketika kekasihnya itu memasuki kamar kemudian berusaha menutup pintunya.
Keandra menahan dan mendorong perlahan pintunya di mana Sunny juga tidak jadi menutupnya. Sunny membiarkan Keandra masuk ke kamar. Kamar minimalis bernuansa biru langit yang tertata rapi. Ada satu lemari pakaian berukuran besar selain ranjang tidur yang di sebelahnya dihiasi meja belajar lengkap dengan rak buku empat susun, persis menghadap jendela.
Di meja belajar ada dua bingkai yang bersebelahan dan bila dilipat akan menyatu berbentuk persegi. Satu bingkai berisi foto Sunny bersama orang tuanya, satu fotonya lagi merupakan foto Sunny bersama Keandra. Sedangkan koleksi boneka Doraemon yang mengelilingi lantai ranjang tidur dan menjadi pandangan paling mencolok di kamar, dari yang berukuran paling kecil hingga sebesar tubuh Sunny, dan merupakan hadiah dari Keandra.
Semenjak berpacaran, setiap bulan Keandra memang memberikan boneka Doraemon kesukaan Sunny, untuk merayakan hubungan mereka. Terhitung ada 72 boneka Doraemon yang menghiasi lantai, sesuai usia hubungan mereka bila dihitung berdasarkan bulan.
Sunny memang penggila semua yang berhubungan dengan Doraemon. Tak hanya boneka pemberian Keandra, karena untuk urusan keperluan tempat tidur tanpa terkecuali selimut, juga masih bernuansa gambar kucing biru bernama Doraemon.
Keandra memperhatikan kamar Sunny, sementara pemilik kamar memilih duduk di tepi kasur sebelah tengah persis di hadapan Keandra. Tatapan Sunny masih belum benar-benar hidup, tapi kali ini terlihat menampung banyak keresahan. Sunny kerap mengerjap tanpa berani menatap Keandra yang memilih jongkok di hadapannya dengan kedua tangan pria itu yang berangsur menggenggam kedua tangan Sunny.
Di luar sana hujan masih berlangsung. Hujan deras yang disertai angin kencang berikut gemuruh guntur yang kadang menyentak kehidupan dan tak jarang membuat sebagian besar dari penghuni kehidupan yang rawan kaget, menjadi jantungan saking kerasnya suara guntur menyambar.
Sebenarnya dari sebelum mereka wisuda, Sunny sudah memikirkan nasib hubungannya dengan Keandra. Ia yakin Keandra pasti menginginkan hubungan lebih seperti dirinya. Hanya saja, mereka sama-sama belum memiliki masa depan dalam selaku tabungan untuk membangun rumah tangga. Apalagi, Keandra yang saat itu masih sering terbawa arus yang tak jarang akan diam-diam bersenang-senang dengan teman band-nya. Bahkan Keandra kerap manggung tanpa sepengetahuan Sunny hingga semua wanita yang mengetahui langsung antusias merebutkan perhatian Keandra. Ya, meski setelah itu Sunny akan tetap mengetahuinya entah karena curiga dengan gerak-gerik Keandra yang selalu mencurigakan ketika sedang berbohong, atau beberapa postingan para wanita di i********: yang tak segan menandai Keandra dan otomatis Sunny kehatu.
Itu mengapa, Sunny yang sedang bingung-bingungnya dan diminta Leon untuk segera datang ke Kafe Happy biasa Keandra bekerja tapi setahunya sang kekasih tak lagi bekerja di sana, tanpa pikir panjang segera datang dikarenakan saat Leon memberinya kabar, pria itu mengatakan Keandra tiba-tiba pingsan. Alhasil, ternyata Keandra dan sahabat-sahabatnya itu justru memberi Sunny kejutan lamaran, padahal Sunny sudah sangat cemas dan berpikir macam-macam kalau Keandra sungguh sakit parah. Jadi, karena kejutan itu justru membuatnya kesal, ditambah pikirannya sedang tidak baik-baik saja, Sunny yang benar-benar belum siap, memilih meninggalkan Keandra. Pun meski saat itu Sunny belum sepenuhnya mendekati Keandra--Sunny memperhatikan Keandra yang bernyanyi di atas panggung kafe, dari pintu masuk. Kala itu, suara emas Keandra mengalun indah memintanya menerima lamaran melalui lagu Marry You yang dipopulerkan oleh Bruno Mars.
***
“Sayang ... mari kita sama-sama jujur,” pinta Keandra sambil menatap dalam Sunny. Keandra mengangguk pelan dan memang menuntun Sunny melalui anggukan yang dilakukan.
Bukannya menjawab, Sunny yang berangsur menatap Keandra justru menitikkan air mata. Sunny berderai air mata sambil terus menatap Keandra. Ia mendapati kekasihnya menuntunnya melalui anggukan untuk memulai cerita. Untuk membagikan beban yang tengah mengganggunya.
“Jangan menangis ....” Suara Keandra benar-benar lirih. Ia mengelap setiap linangan air mata Sunny dengan lembut. “Jangan menangis. Ayo cerita, pelan-pelan.”
Tangis Sunny semakin menjadi sampai sesenggukan. Kenyataan tersebut membuat Sunny lebih nyaman menunduk tanpa menatap Keandra.
“Ny ... nggak apa-apa. Pelan-pelan saja.”
Setelah kembali menunggu, akhirnya Keandra mendapatkan tatapan Sunny. Tatapan penuh beban yang terus saja bergetar. Sekali lagi Keandra mengangguk dengan seulas senyuman yang sengaja ia berikan untuk meyakinkan wanitanya jika semuanya akan baik-baik saja. Mereka akan tetap bisa melaluinya bersama seperti sebelum-sebelumnya.
“Kean, kita putus saja, ya? Selama belum menikah, lebih baik kita jadi teman baik saja.”
Permintaan Sunny membuat Keandra seperti tersambar petir di siang bolong. Awalnya mereka baik-baik saja meski Sunny memang sempat menolak lamarannya. Namun, kenapa kali ini kekasihnya itu justru meminta mengakhiri hubungan mereka?
Untuk sesaat, dunia Keandra menjadi kosong. Namun detik berikutnya pria itu buru-buru menggeleng sambil menitikkan air mata. “Aku nggak mau putus.” Suaranya terdengar parau dan Sunny tahu itu karena pria itu merasakan sakit luar biasa akibat permintaannya.
“Tapi ini yang terbaik buat kita, Kean. Lagi pula, aku juga selalu jadi kelemahanmu. Kamu belum benar-benar bisa jadi diri kamu kalau aku ada.”
Keandra memejamkan matanya dan terlihat sangat tidak bisa menerima keputusan Sunny. “Kata siapa? Selama bersamamu aku baik-baik saja. Oke. Aku memang bukan orang yang sempurna. Aku masih banyak kekurangan tapi aku akan terus belajar buat jadi seperti yang kamu mau, Ny ...!”
Tangis Sunny semakin pecah.
“Aku nggak mau putus, Ny ... aku mohon, aku nggak mau putus. Bahkan aku baru dapat kerja. Aku juga sudah menyusun ini itu buat masa depan kita.”
Dan Keandra tak hentinya merengek sambil bersimpuh mendekap lutut Sunny.
“Sebelumnya baik-baik saja, kan? Apa yang bikin kamu tiba-tiba berubah begini?”
Dengan berat Sunny berkata, “aku dimutasi. Aku mendapat promosi kenaikan jabatan dan harus pindah keluar kota.” Tanpa mengungkit perihal ajang pencarian berbakat yang Keandra tinggalkan.
Keandra tercengang. Rintihan itu sirna digantikan tatapan heran yang seolah mengecam alasan Sunny. Hanya sebatas itu cinta kekasihnya untuknya? Benar-benar tentang materi dan jabatan? Uang?
Keandra bangkit dengan kasar. Kedua tangan kokohnya menahan kedua lengan Sunny. “Apakah di hidupmu hanya ada uang dan pekerjaan? Apakah semua itu satu-satunya yang kamu inginkan? Benar-benar uang?!”
Keandra meledak-ledak dan tangis Sunny kian pecah. Lantaran tak ada balasan, Keandra melepas tahanannya dengan penuh rasa kecewa. Ia melangkah gelisah menjauhi Sunny tanpa arah, mondar-mandir. Sedangkan wanita yang menjadi penyebabnya begitu marah, diam-diam memperhatikannya. Namun ketika Keandra balik badan, Sunny buru-buru menunduk tanpa ingin Keandra tahu.
“Berapa banyak uang yang harus aku punya agar kamu berhenti dan tetap bersamaku?!”
Sebelumnya, Sunny tidak pernah melihat Keandra semarah sekarang apalagi padanya. Keandra tidak pernah berkata dengan nada tinggi apalagi sampai membentak. Namun untuk pertama kalinya, hal yang belum pernah terjadi itu justru menimpanya.
Keandra berjalan cepat menghampiri Sunny. Ia kembali jongkok dan menggenggam tangan Sunny sangat erat. “Aku akan memberimu banyak uang, Ny. Aku akan kasih semuanya ke kamu. Tapi tolong, jangan akhiri hubungan kita. Aku nggak mau putus. Oke. Kita sama-sama kerja. Kita LDR. Tolong beri aku waktu agar aku bisa kasih kamu banyak uang!”
Keandra mengatakan itu dengan rahang yang mengeras. Sunny tahu Keandra masih sangat marah.
“Lupakan aku, Kean,” pinta Sunny lirih.
Rasa takut dan sakit mewarnai ucapan Sunny.
Dengan cepat Keandra menolak, “nggak akan! Aku nggak akan melupakan kamu apalagi melepasmu buat pria lain!” Keandra benar-benar serius dengan ucapannya.
Namun tetap, Sunny tidak mau membahas perkara Singer Star. Pun mengenai cara apa yang akan Keandra lakukan demi mendapatkan banyak uang. Sunny ingin melihat bagaimana Keandra keluar dari zona tidak nyaman ini. Apakah pria itu sudah bisa mengambil keputusan besar tanpanya? Bahwa hidup harus memiliki prinsip sekaligus pendirian?
Terkadang, cinta memang menempatkan kita menjadi orang jahat demi orang yang kita cintai. Sunny pikir, apa yang tengah ia lakukan kini juga begitu. Ia rela jadi orang jahat demi masa depan sekaligus kebahagiaan Keandra.