Episode 1 : Prolog
(n****+ ini merupakan cerita utama sebelum n****+ 1. Menjadi Istri Tuanku. 2. Perfect Pasutri (Menjadi Istri Tuanku Season 2)
****
Tidak ada yang benar-benar kebetulan. Semuanya selalu beralasan. Kenapa suatu hal bisa terjadi tanpa terkecuali keputusan yang kita ambil.
Sunny percaya itu. Wanita itu bahkan menjadikan keyakinan tersebut sebagai alasan dalam melakukan semuanya. Baik ketika masih berupa keputusan, juga semua tindakannya. Layaknya nasehat dari orang tuanya tentang keyakinan “di dunia ini tidak ada yang benar-benar kebetulan apalagi untuk urusan jodoh”.
Seperti kali ini, Sunny yang baru keluar dari sebuah kafe sambil berlinang air mata, memutuskan untuk tetap pergi meski hujan deras tengah mengguyur kehidupan. Hujan pertama yang begitu dinantikan penghuni kehidupan, setelah sempat dibuat risau oleh kemarau panjang yang tak kunjung usai. Juga, hujan yang mungkin menjadi awal Sunny merasakan kehilangan bahkan penyesalan, setelah hari-harinya dipenuhi kebahagiaan bersama pria bernama Keandra.
“Sayang ...?”
Tak lama dari kepergian Sunny, Keandra keluar dengan tergesa dari kafe. Pria berjaket jin warna biru tua itu langsung menyusul kepergian Sunny kendati hujan mengguyur semakin deras.
“Sayang ... Sayang, ayo, dong. Ini nggak lucu. Kita saling mencintai, tapi kenapa kamu nggak mau nikah sama aku? Kasih aku alasan yang masuk akal,” ucap Keandra yang berhasil menahan sebelah lengan Sunny.
Menyadari hujan membuat tubuh mereka kian kuyup, Keandra segera melepas jaketnya kemudian membentangkannya di atas kepala mereka sesaat setelah ia merapatkan tubuhnya pada Sunny. Wanita yang tak lain merupakan cinta pertama sekaligus kekasihnya. Wanita yang juga tiba-tiba meninggalkannya setelah lamaran yang ia lakukan beberapa saat lalu.
Keandra memboyong Sunny meninggalkan pelataran kafe yang hari ini sepi tanpa satu pun kendaraan yang terparkir. Demi keperluan lamaran, dari jauh-jauh hari Keandra memang sengaja menyewa kafe tersebut. Tentu beralasan, karena di kafe itu juga, ia dan Sunny jadian. Tepat 6 tahun lalu, di awal November, tak lama setelah ia bekerja di sana.
“Kenapa?”
Keandra mengelap sisa hujan dari wajah Sunny. Ia juga mengeringkan rambut panjang wanitanya yang tergerai dan basah akibat hujan, menggunakan jaketnya. Keandra tak mau Sunny sakit meski hanya flu atau sekadar demam ringan akibat hujan.
Di halte tak jauh dari kafe yang baru saja mereka tinggalkan, Keandra tekankan sekali lagi keseriusannya. Cepuk hati warna merah berisi cincin emas yang sempat Sunny tolak, kembali ia keluarkan dari saku jin panjang yang ia kenakan, sesaat setelah menyampirkan jaketnya dengan asal ke pundaknya.
Buru-buru Keandra memasangkan cincinnya, tapi lagi-lagi Sunny menolaknya. Wanita itu kian berderai air mata, sibuk menggeleng, terus begitu sambil sesekali meminta maaf.
“Kenapa?” Keandra bingung. Ia bahkan mulai merasa sakit dan kecewa atas penolakan yang kembali Sunny berikan. Mereka berpacaran sejak SMA.
Beberapa hari yang lalu, mereka baru saja wisuda perguruan tinggi yang mereka lalui bersama. Lantas, salahkah, jika Keandra ingin meresmikan hubungannya ke jenjang yang lebih serius dalam ikatan pernikahan sakral?
Selain saling mencintai tanpa permasalahan berarti bahkan Keandra dan Sunny jarang bertengkar, semua orang mengatakan keduanya sangat cocok. Keandra dan Sunny pasangan yang saling mencintai dan sangat serasi. Pasangan yang selalu membuat orang lain iri.
Namun sekali lagi, Sunny kembali meninggalkan Keandra berikut cincin yang sempat pria itu sematkan.
Jika mereka saling mencintai dan dicap sebagai pasangan serasi yang selalu membuat orang lain iri, kenapa Sunny justru lari tak mau menerima lamarannya? Kenapa Sunny tak mau menikah dengannya? Kenapa wanita itu meninggalkannya layaknya mentari yang tak mampu bertahan, ketika langit berselimut awan hitam dan melahirkan banyak kabut di tengah derasnya hujan?
Keandra masih ingat, kekasihnya itu tipikal yang percaya, “tidak ada yang benar-benar kebetulan karena semuanya selalu beralasan dan memiliki tujuan”. Lantas, apa alasan Sunny, apa tujuan kekasihnya itu menolak lamarannya?
***