"Kau --" ucap Sora terkejut. Gadis itu bahkan masih berada dalam mode bersiaga kalau-kalau Kris melakukan sesuatu.
"Jean! Maksudku Sora! Malam ini jangan ke dermaga!" pintanya yang mencoba untuk mencegah Sora pergi dengan cara apapun.
Sora masih mencoba mencerna permintaan yang tiba-tiba ini. Sesekali ia bahkan menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung, “Apa ini kesepakatan yang kau ajukan tadi pagi?”
“Bukan. Ini hal lainnya.”
“Lalu? Kenapa kau menyuruhku untuk tidak ke dermaga?”
"Nanti kujelaskan, tapi bisakah kau ikut denganku sekarang?"
Kali ini Kris tampak agresif. Ia sudah melupakan sifat Jean yang dulu hingga ia berani menarik tangan Sora menuju motornya. Tapi perlakuan itu membuat Sora memilih untuk menepis ajakannya.
Lupa ingatan bukan berarti begitu saja menghilangkan sifat lama, kan?
Kris bahkan tersentak kaget melihat Sora menepis tangannya itu.
"Aku perlu penjelasan. Kalau kau tidak bisa mengatakannya maka jangan mengatur ke mana aku harus pergi.”
“Kau yakin dirimu adalah Kim Sora?” tukas Kris yang seketika itu juga membuat Sora balik badan.
Sebenarnya, sejak bertemu Kris pagi tadi, Sora terus memikirkan apa yang dikatakan pemuda itu tentang dirinya. Sebuah nama – Jean, berhasil membuat kepala Sora berbenturan dengan banyaknya ingatan acak yang tak ia ketahui.
Entah itu darah, pistol, orang-orang berpakaian lengkap dan banyak yang lainnya. Sora ingin menangkis smeuanya, tapi entah bagaiman Sora merasa puzzle yang mulai ia cari mulai terbentuk. Sora yakin, Kris mengetahui sesuatu. Tapi ia terlihat berhati-hati untuk mengungkapkannya.
“Kenapa diam? Mau kubantu untuk mengingat siapa kau sebenarnya?”
Sora dengan cepat menyambar kerah jaket kulit yang dikenakan oleh pemuda tinggi tersebut. Tanpa takut sedikitpun Sora melayangkan ancamannya pada Kris.
Kris terlihat tidak peduli. Ia lantas menurunkan tangan Sora kemudian membuat penjelasan, “Ikutlah denganku sebentar. Jangan mengkhawatirkan bibi angkatmu itu. Ada orang lain yang akan membantunya.”
Kris menyerahkan jaket dan juga helm kepada Sora. Yang tadinya ragu, Sora perlahan menerima ajakan tersebut. Itu semua juga karena Sora penasaran akan informasi yang ingin Kris bagi kepadanya.
“Siapa?”
"Stella dan Do Hyun?" ucap Kris santai yang kini sudah duduk manis di motornya. Sora menyusulnya kemudian.
Di dermaga, Shelly dan beberapa pengawal sudah menanti . Mereka terus memperhatikan kedai ikan milik bibi Kim itu. Beberapa kali Shelly mengancam kedua orang pengawal rentenir yang babak belur di bangku belakang. Kini mereka tampak seperti bocah yang sedang merengek karena diikat dan dipaksa memberi informasi di mana mereka pernah berkelahi dengan Jean.
Do Hyun datang dan dia langsung memeluk bibi Kim dari belakang. Shelly terhenyak karena yang muncul bukanlah Jean, tapi orang lain.
"Bibi...maaf aku terlambat!" seringai Stella - akting. Membuat bibi Kim nyaris keceplosan menayakan siapa dirinya.
Do Hyun menyerahkan secarik kertas untuk dibaca . Ia melirik beberapa mobil yang mencurigakan berada tidak jauh dari depan pasar. Bibi Kim membacanya dengan seksama kemudian mengangguk sambil menepuk bahu Stella – spontan.
"Ahhh...! Kenapa lama sekali? Cepat bereskan ikan-ikan ini!" ujarnya senang yang disambut anggukan Do Hyun penuh semangat.
Shelly menggeram kesal karena usahanya gagal. Tak memberi kedua informan memberi penjelasan, Shelly langsung menembak keduanya menggunakan senjata kedap suara. Pate segera membereskan sisanya. Tampak raut wajah Pate berubah. Ia lebih serius dan dingin daripada sebelumnya. Beberapa informasi dia coba bagikan pada Shelly yang akhirnya membuat kedua bahu Shelly naik karena terkejut.
"Kau yakin Pate?"
Pate menatap penuh seringaian singa, membuat Shelly semakin yakin untuk meninggalkan dermaga secepat mungkin menuju tempat lainnya.
***
Sora memilih untuk tidak berpegangan pada Kris saat motornya melaju kencang entah menuju ke mana. Kris menyadari keanehan pada Sora. Gadis itu tidak merasa kedinginan sama sekali padahal hari masih gelap dan udara pagi sangatlah menusuk kulit. Jaket yang ia berikan ditolak mentah-mentah oleh Sora. Karena itulah Kris tampak bingung dengan perbedaan yang terjadi antara Sora dengan Jean yang pernah ia kenal dulu.
Selama perjalanan Sora terus diam sambil memperhatikan jalanan yang mereka lewati. Membuat perasaan Kris semakin bimbang dengan rencana yang telah ia buat. Rencana untuk menyadarkan Jean kembali.
Bagaimana jika ini gagal? – ucapnya dalam hati.
Tujuan mereka berakhir di tepi pantai. Sora begitu semangat saat melihat matahari muncul dari ufuk timur. Sangat indah karena kemunculnya secara perlahan mulai menyinari sekitar yang tadinya masih diselimuti gelapnya langit kini menjadi terang benderang.
Kris turun dari motornya lalu ikut bergabung bersama So Ra saat menikmati sunrise. Rasa gelisah mulai hilang ketika melihat senyum bahagia yang begitu terpancar dari Sora. Berbeda saat ia menjadi Jean. Suasana hatinya saat ini terlihat begitu damai.
"Kau tidak ingin mengatakannya sekarang?"
Pertanyaan Sora menyadarkan Kris dari tatapan takjubnya. Ia mencoba menjelaskan sesingkat mungkin karena waktu mereka sangat sempit.
"Sora. Kau yang dulu adalah orang yang sangat berbahaya sekaligus yang paling diincar oleh banyak orang. Sekarang tidak ada lagi waktu untukmu menjadi gadis polos bernama Sora. Pergilah lebih jauh lagi. Keberadaanmu mulai diketahui.”
Kris berulang kali menarik napas lebih dalam untuk melanjutkan. Tapi saat melihat Sora terlihat tenang sambil kembali memandangi sunrise, ia malah terdiam, takjub.
Kenapa dia tak terkejut?
"Kau tau, selama 2 tahun terakhir aku malah mencoba mencari tahu jati diriku yang sebenarnya. Tapi tidak ada yang mencariku melalui media manapun bahkan di kepolisian."
Kris tersentak saat mendengar kalimat yang terakhir, "Apa kau gila?"
"Aku tidak tahu siapa diriku yang sebenarnya. Aku sendirian lalu mereka memperlakukanku dengan baik. Setelah semuanya begitu jelas bagaimana aku bisa memiliki luka,bisa berkelahi bahkan menggunakan senjata dengan baik, aku mulai khawatir kalau aku mungkin bukan orang biasa. Atau lebih buruknya adalah, mungkin di masa lalu aku adalah orang jahat atau sejenisnya.”
Sora melanjutkannya dengan berjalan menyisiri pantai. Deburan ombak semakin menentramkan baginya. Meskipun ia tampak tenang menceritakan tentang dirinya sendiri,Kris dapat mendengar helaan napas berat dari gadis itu yang mencoba menahan sesuatu di setiap ujung kalimatnya.
"Dan hingga sekarang pun aku tidak bisa mengingat semuanya. Termasuk nama yang sering kau sebut itu kepadaku."
"Jean?"
"Itu bukan aku. Mungkin aku pernah hidup menjadi Jean, tapi karena sekarang aku telah hidup menjadi So ra, maka aku memilih menjadi Sora. Bukan lagi menjadi Jean."
Mereka saling berhadapan. Tatapan penuh ambisius dan penuh percaya diri itu kembali melekat pada Sora. Membut Kris menyambut pernyataannya dengan anggukan memahami.
"Aku mengerti. Tapi bagaimana dengan keluarga barumu? ada baiknya kau mulai memperhatikan alarm bahaya yang segera menghampirimu," sambung Kris dengan raut wajahnya yang kembali serius.
Sora melemaskan tubuhnya duduk di atas gundukan pasir. Matahari sepenuhnya telah bersandar empat puluh lima derajat. Menerjang semua kegelapan, mengusirnya pergi hingga petang nanti.
"Situasi serius seperti apa maksudmu?”
.
.
BERSAMBUNG