Murid kelas satu tengah berkumpul di lapangan olahraga. Sora tampak tengah bermain lempar bola dengan rekan sekelasnya sambil dilirik sinis oleh Do Hyun dan gengnya. Sora menyadari pengamatan mereka itu, tapi gadis itu memilih untuk tak menggubrisnya dan malah menaruh perhatiannya pada Yoona yang duduk sendiri tanpa berniat untuk bermain.
Sora menghentikan permainannya lalu berlari kecil ke arah Yoona. Melihat saudari tirinya itu datang, Yoona memilih mengalihkan pandangannya dengan menunduk melihat rumput di bawah kakinya. Sora berdiri melindungi Yoona dari pancaran sinar matahari yang malah ditanggapi dingin oleh Yoona.
“Kau sedang apa? menyingkirlah. Aku sedang berjemur.”
“Kenapa tidak main bola bersama?” ajak Sora mencoba seramah mungkin saudari tirinya itu.
Yoona membalas ajakan itu dengan gelengan kepala. Ia bahkan ingin beranjak dari tempatnya tapi dihalangi oleh Sora.
“Kalau ingin menjadi kuat, harus banyak mengeluarkan keringat.”
Sora menarik lengan Yoona paksa. Gadis tersebut tak bisa melakukan apapun dan hanya bisa pasrah mengikuti langkah Sora ke tengah lapangan. Ia juga berpikir tentang apa yang dikatakan Sora tadi. Mungkin ia bermaksud untuk menyinggungnya tentang adu tinju yang ingin ia ikuti kemarin, namun gagal karenanya.
Mereka pergi ke tengah lapangan dan bola mulai digilir untuk dilemparkan. Permainan yang mereka lakukan adalah olahraga bola tangan. Siapapun yang terkena lemparan bola harus keluar dari lapangan. Sebaliknya, yang bertahan tanpa terkena pukulan dan berhasil membuat lawan mati, maka dialah pemenangnya.
Selama permainan berlangsung, semua pemain entah kenapa mengarahkan bola mereka terus menerus ke arah Yoona dan Sora. Entah mereka memang sengaja atau tidak, Sora tentu saja tak membiarkan hal itu terjadi. Pertarungan sengit pun terjadi. Sora dengan sigap melindungi Yoona yang lagi-lagi dirundung oleh teman sekelasnya sendiri. Bola terus menerus mengincarnya. Namun dengan sigap pula Sora melawan dengan melemparkannya kembali pada mereka yang mencoba menyerang. Hingga pertarungan antar dua tim itu menyisakan empat pemain. Yoona dan Sora dan Do Hyun serta rekannya. Melihat ketekunan Sora, membuat hati Yoona sedikit terenyuh. Tak jarang ia mengingat lagi bagaimana Sora terus menerus melindunginya meski ia terus terluka dan mendapatkan caci maki darinya. Sora tak pernah berhenti berjuang. Seperti hari ini bahkan di hari-hari sebelumnya.
Kedua tim semakin sengit melempar dan mengelak serangan. Yoona yang sejak tadi berada di belakang Sora kini mulai memberanikan diri menerima bola kemudian melemparkannya dengan keras ke arah Do Hyun. Tentu saja bukan hanya Sora yang terkejut, namun juga lawan mereka.
“Ck..berani?” gertak Do Hyun angkuh.
Yoona tersenyum miring, “Terima saja, gendut!”
Bola untuk ke sekian kalinya melambung keras. Sora nyaris lengah dan mendapatkan pukulan. Dengan sigap Yoona merentangkan tangannya untuk melindungi kepala Sora. Sayangnya itu malah membuat dirinya knock out yang artinya Yoona telah kalah. Berakhir menyedihkan memang tapi Yoona dengan santai menggendikkan bahunya sambil memberi semangat pada Sora untuk pukulan terakhir.
“Kau tidak akan membiarkanku mati sia-sia kan?” ujarnya.
Sora menyunggingkan senyum di sudut bibirnya menanggapi ucapan Yoona tersebut. Permainan kembali dimulai dan tanpa ampun Sora mengakhiri permainan tersebut dengan lemparan keras ke arah Do Hyun. Seperti yang dapat diduga oleh semuanya, Do Hyun yang tambun bahkan tak bisa menangkap bola tersebut. Akhirnya ia terjatuh ke belakang dan permainan tersebut dimenangkan oleh Sora.
Kedua kakak beradik itu berakhir dengan membuat tos kemenangan.
***
Dari kejauhan, Kris bisa mendengar suara erangan berasal dari ruangan Noname. Semakin jelas sudah bahwa ada suara lain yang tak asing dari telinganya bahkan sejak 10 tahun yang lalu. Cambukan keras mendarat pada Shelly. Kris langsung menghampiri gadis malang itu, tapi dicegah oleh Pate dengan cepat.
Celana ketat Shelly bahkan telah tergores mengikuti arah cambukan pada paha dan bokongnya. Kris bisa merasakan kembali cambukan pada dirinya dulu. Jean juga tak luput dari hukuman tersebut, hanya saja ia terlalu berlatih keras dan tidak mau menerima hal yang sama 2 kali. Sehingga, hanya Jean yang bisa terbebas dari hukuman tersebut. Karena hal itu dia menjadi anak kesayangan Noname yang pintar dan berani.
Noname masih mengumpulkan napas untuk berbicara. Terlihat urat kepalanya sampai keluar karena menahan emosi. Ia kemudian melihat Kris yang berdiri tepat di ambang pintu. Seketika itu pula perhatiannya teralihkan dan Shelly bisa benapas dengan lega.
"Kris! Keluar dari sekolah dan fokus mencari Jean!"
Tidak ada yang bisa Kris lakukan selain mengangguk paham daripada harus berdebat ketika Noname sedang berada di puncak emosi. Sekarang Kris tahu, kenapa Shelly mendapatkan semua hukuman ini.
"Kim juga telah kembali. Halangi dia untuk mendapatkan Jean."
Semua anak buah Noname cukup terkejut mendengarnya. Dengan berani, tuan Kim yang sudah diserang habis-habisan itu berani kembali untuk mendapatkan Jean yang juga diketahuinya masih hidup.
"Aku mau Jean hidup-hidup datang kehadapanku, jangan membuatku kecewa lagi! PERGI KALIAN!" teriaknya.
Kris membantu Shelly berdiri. Begitu pula dengan Pate yang membantu wanita malang itu masuk ke dalam bar.
"Antarkan aku ke dermaga," ucap Shelly yang sedikit meringis.
Kris membawa beberapa minuman sedangkan Pate mencoba mengobati wanita tersebut, "Untuk apa ke sana?"
"Aku dengar Jean bekerja di sana sebagai penjual ikan. Cihh..miris sekali. Aku akan membunuhnya jika berhasil menemukannya," ancamnya.
Ancamannya membuat Kris diam-diam kembali menelan ludah. Entah apa yang terjadi nantinya jika mereka juga menemukan Sora berada satu sekolah dengannya.
*Flashback sebelum kecelakaan*
Diam-diam Kris ternyata mengikuti mobil sport hitam Jean yang mengarah ke bukit. Dia ikut berhenti di sana, sambil memperhatikan Jean yang diam-diam menangis cecegukan di pintu mobil. Kris hanya bisa memperhatikannya dari jauh, karena mendekat pun tidak akan ada tanggapan dari Jean yang terkenal dingin tersebut.
Jean merobek beberapa kertas dan menebarkannya ke arah jurang. Kris mengutip serpihan kertas yang tersisa sepeninggal Jean dari sini. Sebuah potongan foto wajah Jean berhasil Kris temukan. Dari foto tersebut, Kris kembali teringat dengan gadis imut dan lucu saat pertama kali mereka dipertemukan di penjara bawah tanah.
#
"Jean berkhianat?" tungkas Kris tak percaya setelah mendengar berita dari Shelly.
Berita yang cukup mencengangkan karena Jean seperti tidak akan pernah melakukan hal tersebut. Shelly tertawa senang dengan berita ini, ia bahkan duduk santai sambil menghisap beberapa nikotinnya dengan tangan yang gemetar.
"Tidak ada gunanya. Setelah ini karir Jean akan tamat," imbuhnya yang membuat Kris semakin dilanda penasaran.
Beberapa meter menuju motor, Kris dikejutkan dengan sebuah panggilan tak dikenal. Begitu pemuda itu mengangkatnya, ia setengah tak percaya bahwa suara yang ia dengar itu adalah suara Jean.
"Aku tahu sudah lama kita tidak bicara."
"Kau di mana? apa yang terjadi padamu!" tanya Kris yang segera menaiki sepeda motornya yang siap membelah kota untuk mengejar Jean yang tak biasa.
Dari ujung telepon, Jean terdengar menghela napas sangat dalam. Dan dari sana pula, Kris bisa mendengar suara benda berderit dan semacamnya di sana.
"Sebenarnya aku tidak ingat bagaimana diriku 10 tahun yang lalu. Jika aku memiliki kesempatan kedua, bolehkah aku memintamu untuk memberitahukanku?"
Kris hanya bisa mencerna beberapa kata-kata Jean tersebut disela-sela teriakan samar di belakang telponnya. Suara benda bergesekan semakin terdengar jelas, membawa Jean kepada ucapannya yang menggantung tadi.
“Memberitahukanmu apa?” pekik Kris takut.
“Siapa namaku yang sebenarnya –“
Itu terdengar seperti kata-kata terakhir. Telponnya mati dan saat Kris menuju ke lokasi kejadian, nama Jean Cloudy telah menjadi nama pusara.
*Flashback end*
Kris mematikan mesin motornya tepat di depan sebuah rumah tepat pada tengah malam. Suara pintu berderit memecah heningnya malam di sekeliling penghuni rumah lain yang telah terlelap. Kris terlihat tegang. Ia tak menyangka akan melakukan hal ini.
Kris memilih pergi menggunakan alasan tugas lain oleh Noname kepada Shelly. Dengan caranya, Kris mencari tahu alamat rumah sementara Jean melalui Do Hyun. Itulah mengapa Kris bisa berada di depan rumah gadis itu.
Pintu pagar terbuka. Jean alias Sora tampak mengenakan celana trainning dengan jaket hoddienya tengah melangkah keluar pagar bertepatan dengan langkah Kris yang menghentikan pergerakan gadis tersebut.
Insting Sora tentu saja tak bisa diam. Karena ia tahu tengah dihadang oleh seseorang di tengah malam, Sora langsung mengarahkan pisau yang selalu ia bawa kemana pun itu ke arah Kris. Pemuda itu tak terkejut dengan gerakan refleks Sora tersebut. Ia malah sedikit lega. Karena dugaannya itu tidaklah keliru.
Sora terbelalak begitu mengetahui, siapa yang menghadangnya itu.
“Kau –“
"Sora. Jangan ke dermaga. Pergilah dari sini sejauh mungkin."
.
.
Bersambung