Kedatangan keluarga Whittaker disambut dengan baik oleh Keluarga Wangsa. Semua niat kedatangan mereka sudah disampaikan oleh Eric sebagai wakil dari keluarga Whittaker. Tidak ada keraguan dalam penyampaian tersebut hingga keluarga Wangsa menerima mereka dengan tangan terbuka.
Senyum lega setelah lamarannya di terima keluarga Wangsa, Ken melihat Hanna yang berada di ruang bagian dalam. Hanna ditemani oleh Diana yang selalu menggodanya sementara dia tidak diperbolehkan untuk menemuinya.
“Akhirnya kita menjadi keluarga juga. Kau tahu Hanna, sejak aku melihatmu di arena dan menyaksikan Ken memberimu semangat, aku yakin kalian pasti berjodoh,” Kata Diana membuat kerutan di dahi Hanna terlihat.
“Bagaimana bisa? Saat itu kita bahkan belum kenal,” jawab Hanna mencoba mengingat-ingat.
“Tentu saja kita belum kenal. Saat itu aku marah pada Ken karena dia memberi semangat padamu sementara aku yang sepupunya sendiri malah di omelin,” grutu Diana tidak terima dengan sikap Ken pada saat itu.
“Memangnya dimana Ken pertama bertemu Hanna?” tanya kakak ipar Hanna yang merupakan istri Angga.
“Di arena menembak. Kalau tidak salah saat itu Hanna baru pertama mengikuti kejuaraan Internasional. Kalau tidak salah Angga waktu itu tidak ikut karena tidak lolos. Benar tidak Han?”
“Benar. Aku baru pertama kali masuk dan tidak ada yang aku kenal seorang pun. Aku tidak percaya Ken memberiku semangat. Padahal pertama melihatnya aku sudah ilfeel padanya,” sahut Hanna membuat Diana tertawa.
“Benarkah? Kenapa?”
“Pertama aku melihatnya dia sedang berbicara di ponselnya dan cara bicara dan sikapnya membuat aku ingin memanahnya. Saat itu aku merasa orang yang terkena mata panah pasti akan merasakan sakit yang berkepanjangan dibandingkan dengan peluru yang aku pakai untuk bertanding,” jawab Hanna mengikik.
“Astaga. Kau baru pertama bertemu dan kau pasti belum mengenal dirinya.”
“Benar. Dia baru memperkenalkan diri ketika di arena,” jawab Hanna.
“Waktu itu berapa usiamu?”
“Belum 17. Dan aku masih gadis manja yang semuanya harus Kak Angga yang mengurusi kebutuhanku. Jadi kalian bisa bayangkan aku yang selalu bersama Kak Angga tiba-tiba sendirian di antara orang-orang asing yang tidak aku kenal sama sekali,” ujar Hanna mengingat saat pertama kali dia terjun pada pertandingan Internasional.
“Dari sanalah persahabatan kita dimulai. bertemu di arena menembak dan melihat Ken sangat perhatian padamu aku yakin kau akan menjadi keluargaku. Ken bukan orang yang mudah memberi perhatian pada orang asing. Tetapi melihat dia memberi semangat padamu, adalah kejadian luar biasa yang tidak pernah aku lihat,” ujar Diana membuat Hanna tersenyum malu.
“Benarkah?”
“Tentu saja benar. Dia bahkan menolak makan siang bersama denganku hanya untuk bersamamu. Kau tahu apa yang dia katakan setelah itu?”
“Apa?”
“Dia pikir akan melihat dan mengenalmu dari cara kau makan, tapi kau justru lupa kalau sudah janji makan siang bersama dengannya sehingga dia hanya bisa menyaksikan kau minum air mineral saja,” sahut Diana membuat mereka yang mendengar jawabannya tertawa keras.
“Kau serius? Aku memang lupa kalau sudah janjian. Aku pikir dia hanya bercanda saja.”
“Untuk Ken tidak ada yang bercanda Hanna. Makanya aku sangat gembira begitu mendengar dia akan melamarmu dan terus terang aku sempat marah padamu. Bagaimana bisa untuk mengatakan iya saja harus memerlukan waktu 2 bulan.”
“Aku yakin Hanna melakukannya karena dia tidak mau bertindak terburu-buru,” ujar Riris, istri Angga.
“Bisa jadi. Yang pasti sekarang aku sangat gembira. Semoga pengesahan kau sebagai pasangan suami istri tidak perlu waktu lama dan kau menjadi kakak sepupuku sekaligus menjadi istri kepala keluarga Whittaker yang paling berpengaruh,” kata Diana bersemangat.
“Kau pikir gampang menyiapkan semuanya. Ingat, adat di Indonesia berbeda dengan negara kalian.”
“Kau benar juga. Tapi semoga semuanya tidak ada halangan dan berjalan dengan lancar.”
“Aamiin.”
Tidak ada yang meragukan ketulusan Ken mempersunting Hanna untuk menjadi istrinya, termasuk keinginnannya agar pernikahan mereka dipercepat kecuali Scott yang belum bisa mengikuti keputusan Ken. Ken menggunakan alasan bahwa Hanna yang berada di London tentu saja lebih baik bila mereka kembali, status mereka sudah menjadi pasangan suami istri padahal kenyataan sebenarnya keputusan pengadilan tentang pengasuhan Bella sudah mendekati akhir. Hanya tersisa waktu 4 bulan untuk memberi keyakinan pada hakim dan negara.
“Apa kalian sudah menyiapkan semua dokumennya?” tanya Rizal Putra Wangsa kakak pertama Hanna dengan nada suara yang tegas setelah Ken meminta pernikahan mereka dipercepat.
“Semuanya sudah kami persiapkan dan kami juga sudah mendapatkan ijin dari Kedutaan Inggris di Indonesia,” jawab Scott yang selalu terlibat dalam urusan hukum Ken.
“Kalau semua sudah dipersiapkan secara hukumnya, saya rasa tinggal pihak kami yang akan menentukan waktunya. Hanna adalah putri kebanggaan keluarga Wangsa. Semua kejadian bersejarah dalam hidupnya selalu menjadi kebanggaan kami. Saya yakin kalau Tuan mengerti maksudnya,” ujar Rizal yang mewakili ayahnya.
“Kami mengerti dan menghormati semua keputusan dari keluarga besar Wangsa,” ujar Eric setelah mendengar ucapan Rizal.
Setelah acara ramah tamah, akhirnya rombongan keluarga Whittaker kembali ke hotel karena Ardian akan memberikan jawaban pada mereka sehari setelah mereka berbicara dengan semua anggota keluarga besar.
Hanna masih berdiri di kamarnya ketika ia mendengar suara Angga memanggil namanya.
“Ya, Kak.”
“Aku boleh masuk?” tanya Angga.
“Tentu saja boleh. Dimana Dion?” tanya Hanna menanyakan keponakannya, putra pertama Angga yang baru berusia setahun.
“Bersama Riris. Bagaimana, kau bahagia?” tanya Angga duduk di kursi yang berada di depan meja rias.
“Bagaimana perasaan Kak Riris ketika kakak melamarnya?” tanya Hanna menggoda Angga.
“Riris marah, katanya kenapa aku baru melamarnya saat itu dan bukan sebelumnya,” jawab Angga terkekeh. Jadi bagaimana denganmu?”
“Jujur, Hanna tidak menduga kalau Ken bisa sabar menunggu Hanna memberi jawaban,” sahut Hanna menarik tirai jendela karena langit sudah gelap.
“Jadi keputusan menerima Ken sudah kau pikirkan baik-baik dan bersedia mengambil resiko dengan menikahi lelaki paling diminati para wanita. Apa kau tahu siapa kekasihnya sebelum dia bersama denganmu?”
“Kenapa kakak bertanya seperti itu?”
“Hanya ingin tahu saja. Riris sebelum menerima hari pernikahan kami, melakukan penyelidikan siapa kekasih kakak agar dia bisa membalas ucapan wanita yang berasal dari masa lalu kaka,” jawab Angga bangga.
“Serius, bukan omong besar seorang Angga?” goda Hanna tertawa.
“Tentu saja serius, kau bisa bertanya padanya. Hanna, asal kau tahu, kebahagiaanmu adalah yang paling utama bagi kami semua. Apa pun yang terjadi nanti, kakak harap kau selalu mengatakan pada kami. Kami tidak peduli dengan nama keluarga Whittaker karena kita adalah keluarga Wangsa yang juga mempunyai aturan sendiri untuk melindungi dan saling menjaga anggota keluarga kita.”
“Terima kasih Kak. Kakak tidak perlu khawatir Hanna akan berusaha mengatasinya dan menjadikan masalah kami sebagai urusan kami berdua.”
“Tidak. Kau harus mengatakan pada kakak kalau ada masalah dengan Ken,” kata Angga menolah pernyataan Hanna yang bermaksud mengatakan setelah menikah maka masalah mereka adalah milik mereka berdua dan orang lain tidak perlu mengetahuinya.
Sementara itu, di kamar hotel bintang 5, Ken menerima Scott yang langsung berdiri menantang. Dia ingin mendengar keputusan sahabatnya apakah pendiriannya sudah berubah atau belum setelah mengetahui keadaan dan latar belakang keluarga Hanna. Dan Scott hanya bisa tersenyum lega setalah Ken menetapkan pilihannya.
“Terima kasih karena kau bersedia melakukannya, Ken. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Hanna bila dia mengetahui kau tidak berniat menjalani pernikahan secara serius.”
“Kau terlalu khawatir kepada sesuatu yang tidak penting.”
Apa pun yang dikatakan oleh Ken, Scott tidak peduli, bagi dia mendengar Ken tidak akan melakukan pernikahan singkat sudah membuatnya lega.
“Kalau begitu selamat istirahat.”
Scott meninggalkan kamar Ken untuk kembali ke kamarnya tapi entah mengapa dia belum juga bisa tenang dan yakin sebelum menghubungi pengacara pernikahan yang sudah di sewa Ken. Ragu-ragu, Scott tidak bisa berbuat ceroboh dan melanggar privasi Ken karena dia tahu betapa bencinya Ken bila ada yang melanggarnya.
“Scott? Kenapa kau masih ada di luar? Kau tidak lelah?” tanya Diana yang baru datang bersama suaminya.
“Kalian dari mana?”
“Kami dari Coffee shop. Dan kau, apa yang kau lakukan?”
“Aku baru bicara dengan Ken.”
“Ada apa dengannya? Dia tidak berbuat macam-macam. Kan?”
“Tidak. Tapi menarik juga mendengar kau bertanya seperti itu? Ada apa?”
“Tidak apa-apa. Aku khawatir dia pulang duluan karena persidangan tentang pengasuhan Bella akan dimulai minggu depan,” jawab Diana membuat Ken terkejut.
“Darimana kau tahu?” tanya Scott bingung. Bukankah seharusnya dia yang dihubungi pengadilan karena dia adalah pengacara Ken yang mewakili keluarga Whittaker.
“Aku pikir kau tahu. karena berita tersebut di ekspose oleh media luar. Kau tahu kalau Lenna memiliki hubungan dengan salah seorang pengusaha asal timur tengah? Aku rasa dia berani menantang Ken karena dukungan pengusaha gurun itu,” ujar Diana mengejutkan.