bc

No one but You

book_age18+
864
IKUTI
5.8K
BACA
billionaire
contract marriage
arrogant
dominant
goodgirl
tomboy
CEO
boss
bxg
others
like
intro-logo
Uraian

Keanu, pria dingin dan terlalu sibuk bekerja tidak dapat menemukan wanita yang pantas menjadi istrinya kecuali seorang mahasiswa jurusan hukum yang bekerja paruh waktu sebagai pengasuh di rumahnya.

Suara hujan yang turun dengan deras tidak mampu meredam pertengkaran pasangan suami istri antara Hanna dan Keanu.

"Kenapa kau datang ke sini?Apa ego mu tertampar karena aku menggugat cerai?" seru Hanna tegas.

"Ini bukan masalah ego tapi aku tidak akan membiarkan kau melakukan sesuatu yang akan kau sesali," Balas Keanu tajam.

"Sesali? Yang aku sesali adalah kenapa aku setuju menikah dengan seorang laki-laki yang tidak punya hati dan perasaan. Sekarang pergi dan kembali ke negaramu. Aku tidak akan kembali menjadi istrimu."

Pertengkaran pertama setelah Hanna kembali ke Jakarta meninggalkan suaminya. Sebuah keputusan yang sudah dipikirkan begitu matang kembali mentah ketika sebuah kenyataan mengakibatkan Hanna berubah pikiran.

chap-preview
Pratinjau gratis
Hanna cepat bangun!
    Diawal fajar yang masih begitu gelap dan dingin seorang remaja putri masih nyaman di bawah selimut tebalnya. Tidak ada keinginan di dalam hatinya untuk bangun apalagi keluar dari kamar sementara hujan masih turun dengan deras sejak semalam.     Hari ini adalah libur hari pertama setelah ibunya mengambil raport tengah semesternya. Sebuah hari kebebasan dari kegiatan sekolah hingga ia tidak perlu bangun pagi-pagi untuk bersiap pergi sekolah.     Menjelang pukul 5.00 sudah mulai terdengar suara ketukan pintu di kamarnya. Dengan menggeliat manja, Hanna membuka matanya, kelopak matanya sangat berat setelah semalam ia sibuk bermain game dengan teman dunia maya-nya.     “Han…Hanna, sudah siang bangun sayang,” panggil Narasita ibunya.     “Ya Mom….”     Narasita melotot melihat penampilan putrid bungsunya yang terlihat acak-acakan.     “Astaga…jam berapa kamu tidur semalam? Mom sudah berualng kali bilang sama Hanna kalau mau main game boleh saja, tapi jangan sampai lupa waktu. Lihat mata kamu sudah menyerupai mata panda. Cepat mandi! Mom ga mau Hanna kusut seperti ini. Mom tunggu 30 menit lagi!”     Setelah mengeluarkan perintah, Narasita meninggalkan pintu kamar Hanna tidak mendengarkan keluhan putrid bungsunya yang merengek.     “Udah siang cepat mandi sana! Mau ikut kaka ga?” terdengar suara kakak nomor 3 nya yang saat ini memiliki status sebagai seorang mahasiswa tingkat 2 di salah satu Universitas Negeri di Jakarta.     Seketika wajah yang semula kusut dan ingin menikmati empuknya kasur dan hangatnya selimut terbuka dengan mata berbinar.     “Hah? Mau kemana Kak?”     “Ke kantor Mom,” jawab Angga mengendorkan semangat Hanna yang semula bangkit.     “Apa enaknya ke kantor Mom,” katanya merajuk.     “Hanna…waktu terus berjalan! Sampai mom berangkat kerja kamu belum juga mandi, ga ada dispensasi ya!” terdengar suara Narasita kembali hingga Hanna buru-buru menutup pintu kamarnya. Dia tidak mau kehilangan kesempatan menikmati liburan yang sudah dijanjikan oleh orang tuanya kalau ia tidak mengikuti perintah sang Ratu rumah tangga.     Sudah sejak lama Hanna meminta ijin pada ibunya agar ia diijinkan menerima tawaran salah satu travel perjalanan wisata untuk menjadi brand ambassador. Sudah 2 bulan Hanna mendiamkan tawaran travel wisata tersebut karena Narasita melarangnya untuk pergi liburan karena ia harus mempersiapkan ujian semester.     Hanna sudah memberitahu ibunya kalau kemarin ia sudah menghubungi travel yang menawarinya sebagai brand ambassador dan hari ini ia diminta bertemu dengan pimpinan travel di kantornya sebelum ia memposting setiap foto liburannya yang penuh warna.     Tubuhnya yang sudah bersih dan segar membawa Hanna keluar dari kamar untuk menemui kedua orang tuanya yang sudah rapi. Orang tuanya biasa berangkat ke kantor pada pukul 6 pagi. Dan sekarang sudah pukul 5.30. masih tersisa 30 menit.     “Oh iya mom, tadi Kak Angga bilang mau ke kantor Mom, ada apa? Tidak biasanya kakak ke kantor Mom?” tanya Hanna ingin tahu.     “Oh itu. Di kantor mom akan diadakan lomba menembak dan panahan kerjasama dengan PERBAKIN dan PERPANI. Angga sepertinya berminat. Kamu mau ikut Perbakin atau Perpani?” tanya Narasita melirik putrinya.     Tidak seperti kedua anaknya yang lain yang lebih memilih Menembak sebagai kebutuhan karena pekerjaan mereka, Angga dan Hanna memilih kedua olah raga tersebut karena berawal dari sering ikutnya mereka setiap kali kedua kakak mereka bertanding.     Kini Angga sudah menjadi seorang atlet professional pada olah raga menembak sementara Hanna justru ahli dibidang keduanya walaupun dia belum menjadi atlet profesioanal karena Hanna masih berada di bawah bimbingan Perpani yaitu Persatuan Panahan Indonesia. Sedangkan menembak Hanna baru mulai melakukannya sejak ia tercatat sebagai siswa SMA.     “Memangnya Kak Angga boleh Mom?” tanya Hanna sambil melirik kakaknya yang tertawa usil.     “Tentu saja boleh. Kali ini di adakan untuk kelas professional dan juga pemula. Hanna kalau mau boleh mendaftar kok. Usianya kan sudah cukup,” jawab Nara lagi.     “Oh gitu, kaka mau daftar kapan?” tanya Hanna ingin tahu.     “Hari ini. Makanya kaka tadi bilang sama kamu,” jawab Angga memasukkan suapan terakhir roti yang berada di tangannya.     “Hanna ikut ya Kak. Tapi pulangnya nanti antar Hanna ke kantor travel ya,” sahut Hanna sambil mengedipkan matanya.     “Memangnya mom setuju?” sahut Angga melirik ibunya yang sudah mulai bersiap-siap. Sementara ayahnya masih berada di meja makan menyaksikan percakapan kedua anaknya yang masih tinggal bersamanya setelah kedua putranya memilih untuk tinggal di luar.     Rizal Putra Wangsa yang menjadi putra pertama Ardian Wangsa sudah memiliki rumah tangga sendiri dan aktif sebagai perwira tinggi AU yang sekarang berdinas di Balikpapan sementara putra keduanya yaitu Ananta Bayu Wangsa baru saja melepas masa lajangnya yang lebih memilih untuk menjadi petani, memanfaatkan lahan pertanian yang diwariskan oleh kakek nya. Tentu saja dengan menjadi petani modern.     “Mom dan Dad berangkat dulu ya. Ingat kalau nanti mau ke kantor mama pastikan kalian sudah bilang sama bibik,” pesan Narasita pada kedua anaknya.     “Siap Mom,” jawab Angga dan Hanna berarengan.     Setelah kedua orang tuanya berangkat kerja, Hanna melirik kakaknya ingin tahu, “Kita ke kantor mom jam berapa Kak?”     “Jam 10 an. Kenapa?” tanya Angga curiga.     “Hanna mau lanjut tidur dulu…ngantuk berat,” sahutnya tanpa dapat menahan kuapnya.     “Kamu jam berapa semalam selesai main game-nya. Ga takut apa kalau mom dan daddy marah kalau kamu terlalu sering main game?”     “Hanna main game karena libur Kak. Biasanya juga ga pernah kok. Serius,” sahutnya sambil mengangkat kedua jarinya.     “Ya sudah kalau mau tidur, tidur dulu sana. Setengah jam sebelum pergi kaka bangunkan. Tapi ke kantor travel jam berapa?”     “Sore Kak. Sekitar jam 3 an. Hanna tidur lagi ya.”     “Hem.”     Di dalam kamar, ternyata ia tidak bisa tidur lagi. Ia justru sedang memilah foto mana yang akan dia posting sesuai dengan permintaan agen perjalanan yang nanti akan mereka datangi.     Senyumnya mengembang puas. Dia tidak mengira kegemarannya untuk ber swafoto  hingga jumlah folowornya yang begitu banyak dapat menarik perhatian. Khususnya agen perjalanan wisata. Hanna membayangkan keuntungan apa yana akan ia dapatkan selain jalan-jalan gratis.     Hanna beruntung memiliki orang tua yang memberikan kebebasan padanya walaupun bukan kebebasan secara mutlak karena ia juga harus tetap mejaga disiplin dan mengikuti aturan yang diterapkan oleh orang tuanya, teramat khusus aturan dari ibunya.     Setelah menyiapkan semuanya Hanna kemudian memilih untuk melihat dracin yang menjadi favoritnya sekarang.     Tetapi…ternyata salah. Bukan Hanna yang menikmati dracin tetapi dracin yang memantengi Hanna yang tertidur dengan pulasnya. Tidak peduli bahwa adegan di dracin mulai sedang seru-serunya, cerita tentang seorang peri wanita yang jatuh cinta pada dewa yang usianya jauh di atas usia ayahnya sendiri.     Suara Angga yang dibarengi dengan ketukan di pintu kamarnya tidak bisa membangunkan Hanna dari tidurnya. Dia tetap tertidur pulas di depan layar lappy-nya sampai ia merasakan lengannya menjadi dingin seperti sedang menggenggam es.  

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Married with Single Daddy

read
6.1M
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M
bc

DIA UNTUK KAMU

read
37.4K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.6K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
581.8K
bc

Dua Cincin CEO

read
232.2K
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook