Ucapan Diana masih terngiang di telingan Scott padahal Diana sudah menghilang ke dalam kamarnya. Tidak mungkin Lenna bergerak sangat cepat dan tidak mungkin pula Lenna memanfaatkan ketidakberadaan mereka.
Scott masih berpikir bagaimana dia tidak tahu pergerakan Lenna? Lalu bagaimana dengan Ken? Apakah dia tahu dan bagaimana pengadilan tidak mengatakan pada mereka?
Tidak ingin terlambat, Scott segera menyusul Diana untuk menanyakan kepastiannya.
Diana sudah berganti pakaian dan dia memandang malas pada Scott yang menurutnya sudah menganggu waktunya.
“Maaf Di, aku harus memastikan dari mana kau bisa tahu soal Lenna? Sementara aku sama sekali tidak mengetahuinya.”
“Karena yang kau tidak pernah membaca berita gossip. Tapi aku juga tidak tahu pasti apakah dia memang serius atau hanya berkoar saja. Tapi…kemungkinan tersebut rasanya sangat kecil,” jawab Diana.
“Kenapa? Bukankah kau tadi mengatakan kalau berita Lenna akan merebut putrinya didukung oleh kekasihnya?”
“Itu katanya. Kalau tidak salah Lenna memuat berita itu karena media mengetahui siapa dirinya sebelum mengenal Ali. Dan klarifikasi yang disampaikan oleh Lenna justru merupakan hantaman yang sangat besar pada Ali. Tapi aku tidak tahu lagi. Sebaiknya kau ikuti saja berita tersebut,” jawab Diana. “Ada lagi?”
“Tidak. Aku akan mengecek berita soal Lenna. Terima kasih kau sudah membuatku sadar tidak ada salahnya membaca berita gossip,” jata Scott sebelum meninggalkan Diana menuju kamarnya.
“Barengsek. Kenapa Lenna membuat masalah sekarang,” omelnya sambil mengeluarkan laptopnya.
Malam-malam bekerja tidak pernah menjadi masalah bagi Scott, tetapi bila dilakukan pada saat dia berharap istirahat sangat membosankan.
“Diana barengsek. Pernyataan ini sudah berlangsung sekitar setahun lalu dan kembali timbul karena Ali yang memutuskan hubungan mereka, dengan kata lain bukan merupakan ancaman yang bisa terjadi dalam waktu dekat,” ucap Scott menyandarkan tubuhnya di sandaran kepala tempat tidur.
Dengan langkah cepat, Scott segera mengecek laporan yang ada di pengadilan mengenai kasus Lenna dan Keanue Whittaker. Kembali dia menghebuskan napas lega. Tidak ada laporan apa pun, tetapi mereka harus melakukan segala persiapan sebelum usia Bella 2 tahun.
Sementara itu di rumah keluarga Wangsa, Hanna baru saja meredupkan lampu dikamarnya ketika ponselnya menyala, menandakan kalau ada pesan yang masuk. Penasaran karena pesan tersebut masuk menjelang dini hari membuat Hanna segera membacanya. Pesan dari Irawan, mantan guidenya yang sangat menjengkelkan/
Isinya membuat Hanna tidak bisa tidur. Dan Hanna memang benar-benar tidak bisa tidur selain dia meneruskan pesan tersebut kepada Scott dan Ken. Mereka harus tahu apalagi dia bukan pengacara Lenna lagi.
Hanna memperhatikan pesan tersebut dan hanya 1 orang yang membacanya dan dia adalah Scott.
Tidak perlu waktu lama, Scott langsung membalas pesan tersebut yang isinya, “Tidak perlu khawatir dan jangan katakan apa pun pada orang yang tidak penting. Mereka tidak memiliki dukungan seperti pesan yang dia sampaikan. Tetapi kau bisa menyimpan pesan tersebut dan buat pesan tersebut sebagai salah satu bukti untuk memberatkan mereka.”
Hanna segera menjawab pesan Scott, “Sudah aku lakukan, tapi dari mana kau tahu mereka tidak mempunyai dukungan?”
“Aku baru saja mencari berita tentang Lenna. Pesan yang disampaikan oleh Irawan adalah berita setahun lalu. Jadi kau segera tidur, ingat jangan katakan apa pun dan berpikir macam-macam!”
Membaca balasan pesan Scott membuat Hanna tersenyum. Scott seperti kakaknya yang selalu mengatakan tidak perlu khawatir dan tidak perlu memikirkan macam-macam, biarkan kami yang melakukan semuanya.
Hanna hanya menjawab ‘oke’ sebelum meletakan kembali ponselnya di atas meja nakas yang berada di samping tempat tidurnya.
Suara adzan Subuh dari masjid yang tidak begitu jauh dari rumahnya membangunkan Hanna yang belum lama memejamkan matanya. Rasanya ngantuk masih memberati kelopak matanya.
Tidak mau kalah dengan kantuknya, Hanna menuju kamar mandi untuk mandi sekaligus Shalat Subuh.
Narasita baru saja keluar dari kamarnya dan melihat kamar Hanna sudah terang sehingga dia mengetuk pintunya pelan sampai suara Hanna terdengar menjawab panggilan dari ibunya.
“Hanna, sudah Shalat Subuh?” tanya Nara setelah pintu kamar terbuka.
“Baru selesai. Mom sudah?”
“Sudah. Ada yang mau mom bicarakan pada Hanna. Boleh?” tanya Nara sambil duduk di pinggir tempat tidur Hanna.
“Tentu saja boleh. Ada apa?” tanya Hanna memilih duduk bersila di atas tempat tidur tidak jauh dari Nara.
“Selama ini kami sangat percaya pada Hanna. Jadi apa alasan Ken meminta pernikahan kalian dipercepat? Ada sesuatu yang tidak kami ketahui?” tanya Nara dengan matanya yang tajam.
“Kalau mom mengira ada adegan married by accident itu sama sekali tidak terjadi. Hanna bisa menjaga diri dan tidak akan membiarkan sesuatu terjadi yang merugikan Hanna. Tapi kalau memang ada yang tidak kalian ketahui memang ada. Yaitu masalah pengasuhan Bella yang diberikan oleh Ken. Kalau tidak salah Hanna pernah mengatakan pada mom, kan?”
Anggukan kepala Nara memberikan bukti kalau Hanna pernah mengatakannya dan ia lega karena putri satu-satunya bisa mempertahankan kehormatannya sebagai wanita.
“Mom lega mendengarnya. Semalam setelah keluarga Ken pulang, kakakmu Rizal dan istrinya sudah mencari tempat yang pantas untuk resepsi pernikahan kalian. Tetapi semua tempat yang menurut mereka pantas sudah penuh sampai tahun depan. Satu-satunya tempat yang kosong pada tahun ini adalah gedung yang berada di luar komplek. Bagaimana menurutmu?”
“Buat Hanna tidak ada masalah. Hanna tidak menuntut macam-macam dan hanya akan mengikut semua yang menurut mom baik. Lagipula gedung itu bagus dan mewah. Tidak kalah dengan hotel bintang lima,” sahut Hanna.
“Tapi waktunya yang pas dan sesuai dengan hitungan keluarga adalah 2 minggu dari sekarang. Bagaimana? Menurut Hanna terlalu cepat tidak?”
“Astaga mom itu sih bukan terlalu cepat lagi tapi kebangetan,” jawab Hanna tertawa. “Memangnya ada perhitungan lagi yang tepat?”
“Perhitungan yang cocok untuk kalian adalah 2 minggu dari sekarang atau akhir tahun,” jawab Nara.
“Sementara kalau akhir tahun semua tempat penuh. Begitu?”
“Benar sekali. Kalau Hanna setuju, kami semua bisa persiapkan.”
“Hanna tidak mau kalian kerja keras untuk pesta pernikahan Hanna. Dua minggu adalah waktu yang sangat cepat, kalau keluarga bisa melakukannya buat Hanna tidak ada masalah,” jawab Hanna setelah diam cukup lama.
“Kami melakukannya secara bersama-sama. Apa kau lupa kalau ada WO yang bisa melakkan semuanya?”
“Mom benar. Kalau begitu terserah mom saja, Hanna hanya mengikuti arahan kalian saja.”
“Terima kasih sayang. Kalau begitu kami akan sampaikan keputusan kami pada keluarga Whittaker. Semoga saja tidak ada keberatan dari pihak mereka. Apa Hanna tahu kapan mereka kembali ke London?”
“Hanna belum sempat bertanya,” jawab Hanna diikuti dengan suara tawanya membuat Nara mengerutkan alisnya.
“Kenapa?”
“Hanna membayangkan bagaimana reaksi mereka setelah keluarga kita memberi kabar kalau mereka hanya bisa memilih 2 minggu kedepan atau tahun depan dan jatuhnya di pertengahan tahun,” jawab Hanna mengikik membuat Nara ikut tertawa.
“Benar juga. Mereka akan bertahan di sini atau kembali lagi dalam waktu 2 minggu,” sahut Nara di sela tawanya.
“Hanna akan menantikan apa yang akan dikatakan oleh Ken dan Scott,” jawab Hanna masih tertawa.
“Kalau begitu mama keluar dulu untuk bicara sama papa dan kakakmu. Ternyata putri mama sudah besar,” kata Nara kembali sambil memeluk Hanna yang masih duduk bersila.
“Hanna sayang mom dan terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan,” kata Hanna balas memeluk ibunya.