Bahagia itu sederhana

1193 Kata
    Sudah sebulan Hanna menjadi istri dari Keanu Whittaker tetapi hubungan mereka masih seperti teman dekat. Ken sama sekali tidak memaksa Hanna untuk melakukan hubungan suami istri selama Hanna kurang nyaman.     Hari minggu pertama di bulan kedua pernikahan mereka, Hanna baru saja menyelesaikan tugasnya memanjakan Bella dengan mengajaknya berenang. Balita usia 2 tahun itu kini ada bersamanya di kolam renang sementara Ken? Hanna tidak tahu apa yang dilakukan oleh Ken. Mereka hanya bertemu semalam dan Ken mengatakan ada yang harus dia kerjakan sehingga Hanna langsung tidur di kamar yang sudah dia tempati sejak memasuki rumah keluarga Whittaker.     Suara tawa Bella bermain air begitu nyaraing hingga menarik perhatian Ken yang baru saja masuk ke kamar Hanna.     Bayangan Ken yang berada di kamarnya menarik perhatian Hanna, Apa yang dilakukan oleh Ken di kamarnya? Apakah dia sedang mencarinya?     Suara Bella memanggil namanya menyadarkan Hanna yang masih berada di dalam air sementara Bella berada di dalam pelampung.     “Aunty rasa sudah cukup hari ini berenangnya. Bella sama Carly dulu ya,” Hanna membawa Bella keluar dari air lalu memberikannya pada Carly yang menunggu di pinggir kolam.     “Tubuhnya kamu bilas setelah itu pakaikan baju yang hangat,” Hanna memberikan Bella yang langsung disambut Carly yang memegang handuk di tangannya.     Sepintas pandangan Hanna tidak lagi melihat Ken di jendela kamarnya sehingga ia memutuskan untuk melakukan beberapa putaran.     Hanna keluar dari air setelah melakukan beberapa putaran, berdiri di pinggir kolam lalu berjalan menuju kursi panjang yang terbuat dari kayu untuk mengambil mantel handuk. Tubuhnya yang memakai bikini berwarna dark blue memperlihatkan laekuk tubuhnya sebalum Hanna menutupinya dengan mantel handuk.     Suara siulan menarik perhatian Hanna dari balik punggungnya dan dia melihat Ken menatapnya dengan pandangan memuja. Hanna menaikkan alisnya seolah bertanya ada apa dan Ken sepertinya mengerti arti kerlingannya karena dia langsung menjawab, “Cepat banget?”     “Apanya yang cepat. Aku sudah dari tadi. Kau yang kelamaan tidurnya,” jawab Hanna mengambil posisi duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu.     “Terus aku sendirian berenangnya?” tanya Ken mencoba menarik perhatian Hanna.         “Ya Tuhan…apa maksudnya dia bergaya di depanku? Mau pamer roti sobeknya? Memangnya bisa aku makan apa,” batin Hanna menggerutu kesal karena Ken membuat daeda Hanna berdetak lebih kencang hingga kepalanya sakit.     “Memangnya selama ini ada yang menemani? Aku cape dan sudah sejak tadi ada di kolam. Terus terang aku masih mau menjadi manusia bukannya putrid duyung,” jawab Hanna mencoba menggendalikan dirinya.     Ken menatap air kolam lalu ke Hanna masih mencoba membujuknya, menurutnya matahari pagi belum terlalu terik dan air sudah menjadi hangat jadi sangat pas bagi mereka untuk berenang, sayang Hanna tidak bersedia menemani dengan alasan istirahat dulu.     Setelah tidak berhasil merayu Hanna, Ken segera masuk ke dalam air. Kecipak air akibat gerakannya membuat Hanna memperhatikannya. Sebagai seorang istri, baru kali ini Hanna melihat Ken hanya mengenakan celana renang yang membuat jantungnya berdetak sangat cepat seolah dia sedang berlari di kejar herder.     Hanna tidak bisa membayangkan reaksi wanita yang bersama dengan Ken saat dia hanya mengenakan pakaian yang sangat minim seperti itu bisa bertahan untuk menjauhkan matanya? Atau tidak membuat jantung mereka berdetak lebih cepat? Hanna yakin tidak ada seorangpun wanita yang bisa bersikap normal.     Ken cukup lama berada di kolam dan melakukan beberapa putaran dengan berbagai macam gaya seolah-olah memamerkan keahliannya dalam berenang sebelum dia merayap naik keluar dari air dan berdiri di pinggir kolam seolah menantang Hanna untuk memberikan komentarnya.    “Gila si Ken. Tadi aja udah bikin aku sesak napas, terus sekarang mau bikin aku semaput apa?” omel Hanna dalam hati.     Tubuh Ken yang masih basah begitu atletis dan terlihat kencang mengotori mata Hanna karena dia langsung mengerjapkan matanya berkali-kali setelah melihat wajah tampan yang belum mendapat sentuhan pisau cukur membuatnya sangat berbahaya.     Tidak peduli dengan tubuhnya yang nyaris taelanjung Ken berjalan mendekati kursi Hanna sebelum meraih handuk yang ada di kursi. Bukan untuk menutupi tubuhnya tetapi hanya dia sampirkan di pundaknya. Dan senyumnya seakan menggoda Hanna karena secara tidak sadar Hanna sudah mengeluarkan napas begitu cepat setelah dia menahannya.     “Kok sudah selesai? Aku saja masih di sini,” tanya Hanna mencoba mengalihkan perhatiannya dengan mengangkat gelas berisi air jeruk yang sejak tadi ada di tangannya.     “Mana seru berenang sendirian,” jawab Ken memberi alasan dan Hanna langsung mencibirnya.     “Kenapa tidak kau katakan saja kalau staminamu tidak kuat,” cibirnya.     “Siapa bilang? Aku masih sanggup kok kalau gelut sama kamu,” jawab Ken ikut mengambil gelas berisi air jeruk yang ada di meja.     “Kau yang pesan?” tanyanya sambil menyruput.     “He eh. Ga tega aku lihat anak orang habis berenang ga dapat minum,” jawab Hanna tertawa.     Melihat tawa Hanna sesaat membuat dia lupa dan terus memandangi wajahnya yang memiliki bentuk bibir yang paling menarik tanpa berkedip hingga suara batuk Hanna menyadarkan Ken.     “Apa sih yang kau perhatikan?” tanya Hanna dengan alis terangkat.     “Bibirmu. Kau tahu kalau bibirmu seakan menarik diriku untuk menyentuh dan kembali merasakan rasanya,” sahut Ken dengan matanya belum juga berkedip.     “Hati-hati Ken,” sahut Hanna mencoba mengingatkan.     “Apa?”     “Hati-hati nanti matamu kering,” kata Hanna mengikik sedangkan Ken tersenyum asem.     “Tidak akan kering kalau kau mau memberikan yang mataku inginkan,” jawab Ken bangun dari duduknya.     “Mau ngapain kamu?” tanya Hanna waspada.     “Mau apa? Tentu saja mau mencium istriku. Memangnya tidak boleh?” katanya berjalan mendekati kursi pandang tempat Hanna duduk.     “Ken…kita ada di luar ini,” Hanna begitu panic karena Ken sepertinya serius untuk menciumnya.     “Bukan di luar. Kita berada di pinggir kolam renang yang berada di dalam rumah. Jadi kita ada di dalam,” jawab Ken mulai duduk di sisi Hanna setelah mendorong paentat Hanna untuk bergeser.     Debaran jantung dan napasnya yang sesak menjadi pertanda bahwa Hanna benar-benar panic dengan apa pun yang akan di lakukan Ken padanya.      “Astaga…benarkah yang aku lihat ini? Kenapa Hanna begitu menggoda untuk di sentuh dan bibirnya benar-benar tidak bisa dibiarkan begitu saja,” suara di hati Ken seolah-olah di dengar Hanna karena dia langsung bergerak dengan jari tangan yang menyibak mantel handuk yang dikenakan Hanna sementara dia sendiri sudah meninggalkan handuknya di kursi.     “Kau benar-benar mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna Hanna. Aku tidak percaya selama ini tidak ada lelaki yang tertarik padamu,” katanya parau sementara jarinya mulai mengelus kulit daedanya yang terbuka.     “Siapa bilang tidak ada yang tertarik. Kalau saja aku tidak sakit hati dengan ucapanmu aku tentu sudah bertunangan dengan kekasihku,” sahut Hanna dengan napas seperti di kejar banteng dan Ken sangat menyadarinya.     “Benarkah? Aku rasa kalian tidak terlalu mencintai. Kalau ya kalian tentu tidak berpisah dan kau akhirnya menikah denganku,” jawab Ken mulai menunduk untuk menyetuh kulit yang sejak tadi dia elus dengan jarinya.     Hanya daesahan yang keluar dari mulut Hanna saat Ken melakukan yang belum pernah dirasakan oleh Hanna seumur hidupnya.     Tubuhnya bergetar hebat dan Hanna yakin Ken mengetahuinya karena dia tersenyum sebelum menyentuh kembali daeda yang semakin membesar karena rangsengan lidahnya yang seperti merasakan rasa permen yang sangat manis dan Hanna benar-benar tidak bisa bergerak. Tubuhnya menjadi kaku sementara dia hanya bisa mengeluarkan suara yang sama sekali tidak jelas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN